Bagian 2. Dunia Lain

436 60 0
                                    

Jangan lupa vote serta komen!

Mohon maap apabila ada typo, maklum jari w kepeleset.

Gaskeun lurr...


Vera merasakan kepalanya sangat pusing dan sekujur tubuhnya terasa sakit, perlahan ia membuka matanya menyesuaikan dengan cahaya yang masuk.

"Noe, panggilkan tabib kerajaan! Putri Anela sudah sadar!" perintah seorang wanita tua pada seorang gadis yang menatap haru padanya.

Ia mengernyitkan dahinya, siapa mereka ini. Tenggorokannya terasa sangat kering untuk berbicara.

"Putri, apa anda ingin minum?"

Vera mengangguk lemas, biarlah mereka memanggilnya siapapun. Sekarang air lebih penting untuk hidup nya.

Wanita tua itu membantunya setengah berbaring dan menyodorkan segelas air putih yang langsung di tenggak hingga setengah olehnya.

"Syukurlah anda baik-baik saja. Pangeran Edward sangat mengkhawatirkan anda,"

Vera tak menghiraukan ucapan wanita tua itu, kini ia tengah berpikir tentang kejadian terakhir yang menimpanya.

Setelah ingat kejadian mengerikan itu, ia langsung terduduk tegak menatap sekelilingnya.

"DIMANA INI?!" Teriaknya heboh memegang kedua tangan wanita tua itu yang menatapnya terkejut.

"Putri, anda tenanglah. Anda sekarang berada di kerajaan Yin,"

Matanya membola mendengar penuturan wanita tua itu, pikirannya semakin kalut. Ia berdiri di atas ranjang dan langsung melompat.

Bersamaan dengan wanita tua itu memekik melihat tingkahnya. Ia berusaha kabur menghindari wanita tua itu yang berusaha menghentikannya.

"Putri, sekarang anda harus beristirahat. Tidak boleh melakukan aktivitas olahraga," ujarnya cemas berusaha menghentikan aksi kejar-kejaran mereka. olahraga gundulmu!

Vera berlari berputar-putar di dalam kamar itu, mungkin orang lain yang melihatnya akan berpikir ia tak waras.

Setelah beberapa kali berputar ia berhenti berlari sambil mengatur napasnya yang tidak beraturan.

"Hah... Hah... lelah sekali," ucapnya membungkuk memegang lutut.

"Saya... juga lelah mengejar anda, Putri." Balas wanita tua itu melakukan hal yang serupa dengannya.

Vera membalikkan tubuhnya menatap wanita tua itu yang sedari tadi bertingkah konyol, padahal dirinya yang lebih konyol bermain kejar-kejaran seperti kucing dan anjing.

"Kau! siapa sebenarnya kau?!" ia berkacak pinggang sambil menunjuk wanita tua itu dengan jari telunjuknya.

Mata wanita itu terkejut lalu setelahnya berkaca-kaca, "Putri, anda melupakan Moli yang merawat anda dari kecil?"

"Tunggu! Sebenarnya dari tadi aku bingung, kau terus memanggilku dengan sebutan putri. Namaku bukan putri!"

"Putri... malang sekali nasibmu," ujarnya menatapnya dengan tampang yang sangat konyol menurutnya.

Pintu terbuka mengalihkan atensi Vera dari wanita tua itu. Ia melihat empat orang termasuk satu orang gadis yang tadi ia lihat pertama kali dan tabib serta seorang pria dan wanita tua yang berpenampilan seperti raja dan ratu.

Tak memperdulikan tatakrama santun, seperti yang dilakukan wanita tua bernama moli itu yang membungkuk tanda hormat. Ia langsung berteriak ketika melihat penampakan.

"Argh hantu!!" teriaknya menutup matanya dengan kedua tangannya.

"Putri Anela!" suara tegas itu berasal dari pria yang sepertinya raja kerajaan ini.

Vera membuka celah pada lipatan jarinya mengintip sejenak lalu berdehem canggung ternyata yang ia lihat bukan hantu, melainkan wanita tua disamping raja itu.

"Ah aku pikir wanita itu hantu. Riasan wajahnya sangat berlebihan," ungkapnya santai.

Semua suara yang berada di ruangan itu mendadak sunyi. Ratu yang merasa disindir seperti itu mengepalkan kedua tangannya erat mencoba tersenyum. Vera menatap bingung semuanya seolah berkata 'apa aku salah?'

"Tabib! Periksa Putri Anela!" perintah mutlak itu membuatnya kini berbaring tak ikhlas.

Tabib kerajaan itu memeriksanya dengan tangan yang sesekali bergetar, mencoba bertanya padanya dengan nada ragu.

"Putri, siapa nama anda?"

"Namaku bukan Putri!" elaknya menepis tangan tabib itu.

Tabib itu membungkukkan badannya sambil menunduk menghadap Raja, "Maafkan hamba, Yang Mulia. Putri Anela telah kehilangan ingatannya."

"Astaga! kasian sekali anakku." Ratu Inabelle membekap mulutnya seolah sangat terkejut.

Vera berdecih melihatnya, terlihat sekali bahwa nenek lampir itu tersenyum puas dibalik tangan itu.

"Apa ada cara mengembalikkan ingatannya?" Raja Alexander mencoba menenangkan istrinya.

Tabib itu menghela napasnya berat, "Saya tak bisa memastikan kebenarannya, Yang Mulia."

Tabib itu mengundurkan diri setelah mengatakan keadaannya. Sedangkan dirinya masih bingung mencerna kejadian di hadapannya. Otaknya mendadak ngebug.

Raja Alexander mendekat kearahnya lalu mengusap lembut kepalanya, ia tersenyum lembut.

"Tak apa, semuanya akan baik-baik saja."

Setelah mengatakan kalimat penenang yang tak berpengaruh baginya, pria itu pergi setelah memberi perintah pada wanita tua dan gadis tadi yang ternyata pelayannya untuk merawatnya dengan baik.

Ratu Inabelle tersenyum miring, dan berlalu tanpa sepatah apapun mengikuti langkah suaminya.

Ratu Inabelle tersenyum miring, dan berlalu tanpa sepatah apapun mengikuti langkah suaminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yok gaes ada nenek lampirnya nih wkwk

Seru gak sih? hm, insecure bangett

The Noble PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang