Bagian 6. Dia?

304 35 0
                                    

Pov Anela

Aku tak pernah mengira akan terjebak di situasi yang awkward seperti ini. Pria itu berdiri sambil mengenakan pakaian atasnya dan menyugar rambut basahnya ke atas.

"Nikmat mana yang kau dustakan," batinku mengagumi ketampanannya yang terlihat berkali-kali lipat.

"Ekhem, jangan terpesona padaku." Ujarnya menyadarkan lamunanku.

"Siapa yang terpesona padamu? Aku hanya berpikir kau orang aneh!" Balasku ketus.

Terdengar suara derap langkah yang mendekat ke arah kami. Pria itu menarikku ke dalam dekapannya. Saat aku ingin memprotes tindakannya, tangannya membekap mulutku.

"Diam, jika kau ingin selamat." Desisnya pelan disamping telinga.

Aku menuruti ucapannya karena melihat banyaknya pasukan hitam yang mengendus-endus sekeliling. Aku menahan napas sesaat takut mereka menyadari keberadaan kami.

"Sepertinya dia baru saja pergi dari sini. Cepat kejar!"

Aku menghela napas lega setelah pasukan hitam itu pergi ke arah dalam hutan. Saat menyadari pria itu masih memelukku dengan cepat tanganku bergerak menyikut perutnya.

"Argh, kau wanita yang kejam!" ia mengaduh memegang perutnya.

"Kau mencari kesempatan ingin memelukku, kan?" tuduhku.

"Apa yang membuatku ingin memelukmu? Tubuhmu saja kurus seperti tak ada gizi."

Tanganku terangkat ingin mencekek lehernya yang dengan sigap ditahan olehnya.
"Ekhem... Maaf menganggu kegiatannya."

Seseorang memergoki kami yang sedang saling menatap tajam dan tanganku yang digenggam ke atas oleh pria itu.

"Pangeran Harry...." Panggilnya dengan membungkukkan setengah badannya.

"Wah! Ternyata kau masih hidup, Kenzie." Pekiknya kegirangan mendekati Kenzie dan menepuk keras pundak pria itu.

Sontak aku memandangi kedua pria itu dengan tatapan menyelidik. Pria yang baru saja datang itu menyebut pria aneh itu dengan sebutan pangeran?

"Kau seorang pangeran?" Aku bertanya spontan.

Pangeran Harry menoleh lalu tersenyum bangga, "Ya. Aku seorang pangeran, kau pasti semakin terpesona, kan?"

Penyakit gilanya kumat!

Kenzie memandang ke arahku dengan dahi yang dihiasi kerutan. Ia menatap penuh selidik lalu perlahan mengeluarkan pedang yang berada di samping pinggangnya.

"Siapa kau?" Tanyanya penuh intimidasi.

Aku tak dapat melihat pergerakannya, gerakan tubuhnya sangat cepat sehingga pedang itu sudah ada di leherku.

"M-mari kita bicara baik-baik, Tuan!" Tawarku menahan napas melihat dekatnya pedang itu di leherku.

"Ia mengintipku saat mandi di danau!" Adu Pangeran Harry pada Kenzie.

"Apa? Aku tak mengintipmu! Aku hanya buang air kecil saja!" Aku mengelak tuduhan pria itu yang menyebutku secara tak langsung seorang penguntit.

"Ya! Kau melihat semuanya. Bahkan, tak ada seorang wanita yang pernah melihat tubuhku!"

"Itu masalahmu bukan masalahku! Mungkin aku sedang di berkahi dewa melihat ciptaannya!" Balasku tak mau kalah.

"Jadi kau mengaku bahwa terpesona padaku?" Harry menaik-turunkan alisnya menggoda kearahku.

"Maksudku bukan seperti itu!"

"Ekhem...." Kenzie berdehem menyela perdebatan kami. Lalu ia menjauhkan pedangnya dan menyimpannya kembali.

The Noble PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang