Bagian 7. Kebahagiaan kecil

273 30 2
                                    

Harry memandang diam bangunan kastil yang menjulang tinggi di hadapannya. Kastil itu memiliki arsitektur bangunan yang megah bak istana dan secara bersamaan terlihat menyeramkan.

Kastil itu berada di tengah hutan terlarang yang membuat bangunan itu terlihat menyeramkan. Terdapat jembatan yang menghubungkan antara gerbang utama dengan jalur hutan. Dibawahnya mengalir air sungai yang cukup deras.

 Dibawahnya mengalir air sungai yang cukup deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Di tempat ini aku merasakan rasa sakit sekaligus bahagia." Ucapnya tiba-tiba.

Kenzie menoleh menatapnya kasihan. Ia tak dapat mengatakan apapun karena itu termasuk masa lalu kelam majikannya.

Mereka masih berdiri memandang kastil itu, pria itu berbicara tanpa menolehkan kepala menatap lawan bicaranya. "Jangan menatapku dengan tatapan seperti itu, aku benci merasa di kasihani."

"Ada kalanya kau tak perlu merasakan gengsi, akuilah bahwa kau juga membutuhkan rasa simpati seseorang."

Harry tertawa meremehkan. Ia menolehkan kepalanya miring, "seorang pemberontak bangsa Minotaur mengharapkan simpati orang lain?"

"Sampai kapan kau akan menganggap dirimu sebagai pemberontak? Kematian keluargamu itu bukan karena kau menolak rencana mereka. Kau menyelamatkannya dari kutukan yang akan membuat mereka menderita seumur hidup."

"Tapi aku membunuh mereka dengan tanganku sendiri, bahkan di hari ulang tahun adikku sendiri." Ucapnya sendu lalu melangkah meninggalkan Kenzie yang menatap punggung nya.

Meski bangunan luar terlihat menyeramkan dan tak terurus. Namun, siapa sangka bahwa isinya sangat mewah. Dinding yang dilapisi warna keemasan dan patung-patung berkepala minotaur emas itu berjejer rapih di sepanjang jalan.

Harry menatap datar semua pelayan yang berbaris rapih di hadapannya. Seorang kepala pelayan membungkuk hormat diikuti pelayan lainnya.

"Selamat datang kembali, Pangeran Harry. Saya sudah menyiapkan keperluan anda, jika anda membutuhkan hal lain bisa memanggil hamba."

Harry hanya menanggapinya singkat, "Semuanya kembali bekerja terkecuali Michaels."

"Baik, Pangeran."

Kepala pelayan itu bekerja bukan hanya sekedar mengatur kebutuhan Harry di kastil. tetapi sewaktu-waktu jika dibutuhkan oleh Harry menyelidiki sesuatu, pria itu akan melakukan nya tanpa protes.

Harry berjalan terlebih dahulu diikuti Michaels di belakangnya, mereka berdua menuju ruang kerja.

"Kemampuan sihirmu masih bekerja maksimal?"

Michaels membuat pelindung agar tak ada siapapun yang mendengar perbincangan mereka. Walaupun kastil itu hanya dihuni sebagian besar oleh pelayan, tapi tak bisa menjamin bahwa takkan ada pengkhianat

"Setelah anda tertangkap pasukan hitam saya telah kembali melatih kemampuan sihir, tetapi akibat peperangan melawan pasukan hitam sihir saya melemah. Butuh waktu untuk kembali bekerja maksimal."

Harry mengangguk, ia mengeluarkan sebuah kristal berwarna hijau terang pada Michaels.

"Pegang lah kristal ini saat kau sedang melatih sihirmu. Kristal ini dapat memulihkan luka dalam akibat meditasimu nanti."

Michaels menerima kristal itu, ia mengangguk dan mengatakan terimakasih.

"Satu hal lagi, aku ingin informasi seorang gadis yang kemungkinan statusnya tak dapat di lacak. Mungkin ada satu dua orang di dunia ini, aku ingin kau mendapatkan informasi tentangnya."

"Baik, Pangeran."

***

Setelah perjalanannya menuju Pandora, akhirnya Anela dapat mengistirahatkan tubuhnya diatas kasur empuk. Mereka memilih menginap di sebuah penginapan yang terletak di kota Pandora.

Perburuan dilaksanakan keesokan harinya, ia perlu mengisi energinya kembali agar dapat mengikuti perburuan dengan hasil terbanyak.

Pangeran Albert berada di kamar sebelahnya, mereka jelas memilih kamar yang berbeda walaupun mereka berstatus adik-kakak.

Ia merebahkan tubuhnya dengan gaya tengkurap. Tubuhnya sudah terlanjur pegal untuk memilih posisi tidur yang benar.

"Aku penasaran, sebenarnya siapa pria yang aku temui di danau? Mereka terlihat biasa saja, tapi... membuatku berpikir keras siapa sebenarnya mereka."

Anela berganti posisi menatap langit atapnya. "Dalam memoriku tak ada satupun clue tentang jati diri mereka. Sangat misterius,"

Ia beranjak menuju jendela dan menatap hamparan bintang di langit. Pikirannya terus berkelana tentang hidupnya, pria itu, dan dunia ini.

"Andaikan malam itu aku tak ke kampus, aku takkan berada disini bukan?"

Ia menghela napasnya lelah, cukup sulit diterima akal sehatnya untuk semua yang telah ia lalui belakangan ini. Makhluk immortal, dunia selain bumi, kemampuan yang tak dimiliki manusia pada umumnya.

Selalu ada sisi positif dan negatif yang di terimanya, ia tak pernah menyangka namun juga tak dapat mengelak takdir hidupnya.

"Huh... Aku hanya perlu menjalani kehidupan ini hingga napas terakhirku."

"Apa yang sedang kau bicarakan?" Seruan dari belakang membuatnya berbalik dan menatap sebal sang pelaku.

"Kita sudah sepakat untuk mengetuk pintu sebelum masuk, tapi kau melanggarnya."

Pangeran Albert tersenyum geli, "aku sudah mengetuk pintu beberapa kali, namun kau sibuk melamunkan isi pikiranmu."

"Ya ya terserah kau saja."

"Mau makan malam bersama?" Ajak Pangeran Albert.

Anela mengangguk semangat. "Gratis, semua biaya makan dan penginapan disini ditanggung olehmu."

Mereka tertawa bersama dan berjalan sembari melemparkan candaan yang membuat mereka menjadi pusat perhatian.

Anela tersenyum menatap Pangeran Albert di sampingnya.

"Terimakasih, Kak."

***

Selamat Malam!

Mohon maaf aku bakalan slow update cerita ini, di karenakan cukup sibuk sekolah. But, tenang aja aku bakal tetep up cerita ini saat waktu luang.

Tetep ikutin alur ceritanya ya, masih banyak misteri yang belum terpecahkan.

Nanti seiring berjalannya alur bakalan ketebak kok, jadi jangan bosan ya!

See you 💕💕💕

The Noble PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang