6 : A Guest

49 15 4
                                    

Happy Reading

*
*
*

"Bagaimana keadaanmu?"

Tak ada jawaban.

Jisung hanya pandangi jendela dengan tatapan kosong. Matanya terus menerus tatap hutan yang berada tak begitu jauh dari desa tempatnya tinggal.

"Ji?"

Terlonjak kala tepukan ringan mendarat dibahu, Jisung menoleh dan temukan Felix yang menatapnya khawatir.

"Ada apa?" tanya Felix cemas saat pandangi wajah kakaknya yang memucat.

Menggeleng pelan, "Kenapa memang?"

"Kau mengabaikan panggilanku dari tadi," ujar Felix dengan sedikit kesal.

"Maaf, aku hanya.." Jisung tak dapat lanjutkan kalimatnya, pandangannya kembali tatap ke arah hutan tempat ia tersesat beberapa minggu lalu.

Felix menghela nafas sebelum tutup jendela kamar kakaknya, "Sudahlah, kau bahkan memikirkan serigala-serigala itu hingga jatuh sakit. Sekarang istirahatlah sebelum malam makin larut."

Si adik menuntun yang lebih tua menuju ranjang dan selimuti tubuh kakaknya. Ia tersenyum lembut seraya usap surai coklat kakaknya.

"Jisung tau kan jika aku menyayangimu?"

Hangat.

Perasaan Jisung menghangat mendengar pertanyaan adiknya. Ia tersenyum dan raih rahang tegas adiknya sebelum belai pipi bertabur freckles itu.

"Aku tau."

Cup

"Selamat malam, kak," ucap Felix setelah kecup kening Jisung dan melangkah menuju saklar lampu.

Ia membalas sejenak senyuman Jisung sebelum matikan lampu dan melangkah keluar kamar.

Senyum Jisung memudar setelah pintu kamar tertutup. Pandangannya menyendu seketika.

"Maaf harus membohongimu," lirih Jisung.

*
*
*

Felix baru akan baringkan tubuh diranjang saat suara sesuatu yang menggores kayu terdengar ditelinganya. Aneh, seperti ada sesuatu yang mencakar-cakar dinding kayu rumahnya dari luar.

Karena penasaran, ia pun urungkan niatnya untuk terlelap dan justru melangkah keluar kamar setelah kenakan jubah tidur hitamnya.

Raih lampu minyak yang tergantung disamping pintu utama, Felix melangkah keluar dari rumahnya.

Pandangannya menoleh kesana kemari untuk mencari tau sumber bunyi aneh yang terdengar dari halaman belakang rumahnya.

Tak mungkin jika itu bunyi serangga, Felix yakin itu.

Tiba dihalaman belakang Felix tak temukan apapun. Hanya kegelapan lantaran tak ada penerangan untuk terangi halaman belakang rumahnya.

Apa aku salah dengar? Batin Felix bertanya-tanya akan hal itu.


Angkat bahu acuh, Felix pilih kembali masuk ke rumah saja. Namun baru ia membalikan tubuh, kini nafasnya harus tercekat lantar terkejut.

Mate For A SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang