3 : Birth Of The Twin

48 11 3
                                    

Happy Reading

*
*
*

Tujuh bulan telah terlewat semenjak kekacauan yang menerjang penghuni hutan 'terlarang'. Entah apa yang kini terjadi disana setelah kepergian empat pemimpin mereka.

Wanita dengan surai cokelat dan netra kebiruan itu lagi-lagi berada ditempat yang sama, pandang langit kelam malam bertabur bintang sembari usap lembut perutnya yang membesar.

Sembilan bulan, siap untuk lahir.

Matanya memanas memikirkannya.

Ia berhasil bertahan demi bayinya.

Ia berhasil.

Suaminya pasti tengah menatapnya bangga diatas sana diantara jejeran bintang yang ia lihat.

"Sayang lihat, coba tebak Papa yang mana? Apa yang paling terang disana? Atau yang paling besar itu?" tanya wanita itu sembari tunjuk bintang yang ia maksud.

Ia tertawa pelan saat merasakan tendangan pelan diperutnya. Sepertinya sang anak merespon pertanyaannya tadi.

"Iya, Papa lagi awasin kita kok sekarang. Makanya kamu nanti lahir dengan sehat ya biar bisa lihat Papa diatas sana," lanjutnya dengan lembut.

Ah, perasaannya jadi membiru jika harus mengingat suaminya.

Kabar tentang pengorbanan sang suami sudah terdengar ditelinganya, buat ia enggan untuk kembali pulang kerumahnya. Ia takut jika ia akan makin terpuruk bila kembali ketempat yang penuh akan kenangannya.

Maka disinilah ia, diwilayah manusia dan hanya akan kunjungi perbatasan desa dan hutan bila ia merindu akan sosok yang telah pergi jauh itu.

Samar-samar ia bisa teringat pesan terakhir yang dikirimkan sang suami padanya dulu.

"Aku juga mencintaimu bodoh," wanita itu terkekeh seolah ia memang mengatakannya dihadapan sang suami.

Srak!

Seketika wanita itu tersentak mendengar suara yang berasal dari arah hutan itu.

Siapa yang muncul dari sana?

Dengan was-was ia mendekat untuk mengecek. Ia tak bisa biarkan jika memang itu adalah salah satu makhluk mitologi sepertinya yang berniat keluar dari hutan.

Tangannya pun memeluk perutnya sendiri, seolah dengan begitu ia bisa melindungi buah hatinya.

"T-tolongh.."

Netra birunya membulat.

Dari balik pepohonan muncul wanita dengan penampilan berantakan berjalan dengan langkah terseret berusaha menghampirinya.

"Astaga!"

Dengan cepat si surai cokelat hampiri wanita bersurai hitam yang nampak menahan rasa sakit itu. Ia pun segera papah wanita yang ternyata perutnya juga membuncit sepertinya.

Hamil.

"Apa ya-"

"Felixh.." si surai hitam menyela ucapan surai cokelat dengan lemah.

"Felix.. Yongh- Akh!"

Tak sempat selesaikan kalimatnya, si surai hitam cengkram erat perutnya yang terasa begitu sakit sebelum tak sadarkan diri.

Mate For A SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang