2 : Hello Goodbye

60 11 0
                                    

Happy Reading

*
*
*

Changbin berlari dengan tangan yang terus menggenggam erat tangan Bunda. Ia bahkan menolak saat Bunda menawarkan diri untuk menggendongnya.

Bukan tanpa alasan Changbin menolak tawaran Bunda. Itu semua karena ulah salah seorang Rogue yang berhasil koyak kaki Bunda hingga kesulitan berlari.

Ingin rasanya Changbin menggendong Bundanya namun apalah daya, ia hanya bocah delapan tahun dengan tinggi tak lebih dari setengah tubuh Bunda.

"Bunda, ayo!" seru Changbin saat dirasanya lari sang Bunda makin melambat.

Si kecil pun tolehkan kepala dan netra sekelam malamnya membulat kaget lantaran dibelakang Bunda nampak seorang Wizard menyerang Bunda dengan sihir hitamnya.

Sihir itu membuat Bunda seolah dibebat asap hitam yang membelit tubuhnya kuat hingga Bunda tak sanggup lagi bergerak.

"Bunda!"

Changbin berhenti berlari. Ia berlutut disamping Bunda yang tergeletak lemas diatas tanah dengan panik.

Bunda kesulitan bernafas!

"Hanya segini? Kupikir bocah keturunan dua Alpha sekaligus bisa selamatkan ibunya yang sekarat," ejek Wizard wanita itu pada Changbin yang mulai berkaca-kaca melihat keadaan Bunda.

Tidak, Changbin tak boleh menangis.

Tanpa diduga Changbin menggeram dan terjang Wizard itu dengan pukulannya.

Slesh!

Wizard berhasil menghindar dalam sekejap mata.

"Berani menyerangku? Oke, ibumu akan mati dengan lebih cepat."

Tidak.

Wizard itu mengepalkan sebelah tangan dan Bunda makin berteriak kencang. Raungan pilu sarat akan kesakitan. Bahkan gemeletuk tulang yang patah mulai terdengar.

Changbin terus berusaha menyerang sang Wizard dengan berurai air mata walau berkali-kali gagal. Tenaganya tak sebanding dengan sihir hitam si Wizard.

Crash!

"A-apa?" gagap Wizard itu tak percaya sembari pandang perutnya yang kini tertusuk pedang.

Bukan, melainkan pedang itu menusuk punggungnya hingga menembus perut.

Bruk!

Tubuhnya ambruk seketika dan Changbin bisa melihat wanita dengan penampilan berantakan menatap takut Wizard tadi dengan pedang ditangan. Wanita itu juga merangkul anak lelaki seumurannya yang memeluk erat pinggang si wanita.

"B-bu?" panggil sang anak dalam pelukan itu takut-takut.

"Shh, tak apa Minho, ibu disini," ucap wanita itu sebelum mendongak dan beri Changbin senyum tipis.

Changbin tak bisa menahan isakannya, "Terima kasih," ucap Changbin disela isakan.

Bocah itu segera berbalik untuk periksa keadaan ibunya yang kini tak sadarkan diri. Terdapat beberapa memar ditubuh ibunya namun Changbin dapat bernafas lega lantaran ibunya masih bernafas.

"Minho tolong bantu anak itu bawa ibunya ke tempat aman ya?"

Wanita yang tadi menolong Changbin kini berlutut dihadapan Minho sembari belai lembut pipi anaknya.

"Ibu gak bantuin?" tanya Minho bingung.

Gelengan didapat Minho sebagai jawaban. Ibu terisak pelan dengan air mata yang menetes, namun segera dihapus kasar olehnya.

Mate For A SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang