Konyol...konyol...konyol... kata-kata itu yang pertama aku ucapkan setelah aku keluar dari rahim seorang ibu yang berprofesi sebagai penulis novel. Heh, aku mengucapkannya bukan setelah itu--maksudku setelah aku beranjak menjadi seorang remaja berumur 15 tahun lalu mengetahui kalau diriku seperti anak buangan dan diasuh oleh keluarga yang sebagian besar berprofesi menjadi penulis novel. Novel sungguhan, tetapi tidak teralu terkenal seperti nama pengarang Stephen King, J.K Rowling, Gayle Forman atau yang baru-baru ini ialah Stephenie Meyer. Dari namanya saja mereka yang terkenal sudah pantas untuk menjadi seorang pengarang besar, sedangkan diriku ? memegang nama Justin Carlos yang digantikan oleh teman-teman dengan panggilan Justin Silly. Apakah pantas ?.
Mom dan Dad memberi nama itu untukku disaat mereka berdua terjebak didalam lift lantaran Dad yang sedang menggendong diriku masih bayi tidak tahan ingin membuat air kecil, sampai pada akhirnya dia meletakkanku dilantai lift. Dad membuka zipper jeansnya--itu pertama kalinya aku melihat bentuk lobak yang berwarna cokelat kemerahan. Dad menumpahkan air seninya sambil mengobrol pada mom yang tidak kuingat mereka membicarakan tentang apa waktu itu. Dia tidak sadar kalau dia telah memberiku sebuah susu air seninya--Dad mengencingi diriku yang katanya tidak sengaja. Mom marah besar sambil memukul-mukul Dad hingga Mom yang sedang membawa tumpukkan koran itu jatuh bersamaan korannya menjadi berantakkan. Dari sanalah kisah mereka menemukan namaku, lebih tepatnya dari sebuah Koran yang sedang mencari sebuah buronan bernama Justin Crahlie.
Kembali mengenai diriku sekarang, aku tidak pernah berniat ingin menerbitkan suatu karangan. Aku saja sama sekali tidak pernah mengarang--bukan tidak pernah, hanya saja kata lain aku tidak bisa atau tidak mahir dalam mengarang sebuah buku. Semenjak aku duduk dibangku Junior Hight School, aku belum pernah mengarang, sekali mengarang ialah sebuah puisi berjudul PUB. Memberi judul saja aku tidak mahir bagaimana dengan isinya, teman-teman sekelasku menertawai diriku tentang judul puisi. Isinya seperti ini...
PUB..
Kaubau dan berbentuk
Kau cokelat dan terkadang sedikit kuning
Kau bisa menjadi cair ataupun padat
Jika cair kau bagaikan muntahku
Itulah sebagian isi puisi semasa diriku duduk dibangku Junior Hight School, dari puisi tersebut aku telah membawa nama buruk keluarga Carlos--keluargaku yang berprofesi sebagai penulis. Mereka mengurungku selama 2 minggu, namun tidak keberatan bagiku. Didalam kamar terdapat televise, kulkas berisi penuh dengan makan dan minuman, kasur empuk, laptop untuk menstalking teman-teman sekolah dan buku porno. Yap aku terbilang sedikit nakal tapi aku culun. Bahkan itu sesuatu kebiasaanku sekarang, mengurung tanpa dikurung. Mengurung diri didalam kamar setelah pulang sekolah selain latihan band amatir. Kegiatan kebiasaan itulah membuat diriku tidak memiliki pengalaman hidup seperti Mom dan Dad untuk dijadikan buku karangan.
Umurku sekarang sudah 18 tahun, dari umur 15 tahun aku menyukai didalam kamar. Liburan musim panas selama satu bulan saja aku habiskan hanya mengurung di dalam kamar, tidak yang lain. Mom dan Dad pernah memaksaku untuk menulis sesuatu dari imajinasiku. Baiklah aku menuruti kata mereka dan mulai menulis seperti ini...
Menaruh pandangan pada sisi pintu toilet yang terbuka, menelisiknya dalam dan kulihat sebuah baju terangkat oleh kedua tangannya, membiarkan tubuhnya terbuka dan di rintiki air-air dari shower. Kudengar ia bersendung sembari mengelus tiap tubuhnya dengan sabun. Itulah yang kulihat, menyaksikan Mom mandi dengan pintu toilet terbuka.
Sekian singkat dari karanganku mengenai Mom. Mom terbelalak dan Dad memujiku, berkata kalau aku calon penulis besar, bisa menjabarkan mengenai hal tadi. Konyol, mereka memang konyol tapi aku tahu mereka berbicara seperti itu dengan mimic wajah membingungkan. Aku cukup meneguk pepsi soda bercampur liurku saat memperhatikan wajah mereka yang aneh. Aku terjebak dikeluarga yang lucu dan jika kau melihatnya, mereka akan membuatmu tertawa.
Aku merindukan mereka jika aku harus menukarkan mereka dengan permen karet, tapi kenapa aku merasa mereka bukan orang tua asliku karena perbedaan yang nyata dariku. Aku tidak diberi titik buih kemampuan mereka dalam menulis ataupun mengarang buku untuk dijadikan sebuah buku yang bersampul sesuai imajinasi. Tapi mereka berdua berkata kalau aku membutuhkan waktu dan sedikit pengalaman untuk menulis sebuah cerita yang berarti.
Tugasku sekarang adalah mencari pengalaman untuk menulis buku...
YOU ARE READING
THE PROBLEM JOURNAL
HumorJustin Carlos dilahirkan pada keluarga yang berprofesi sebagai penulis novel di Chicago. Hal itulah yang membuat dirinya terpaksa masuk ke dalam sekolah jurusan sastra, padahal dia samasekali tidak memiliki kemampuan untuk menulis karangan. Bahkan d...