Acara Thanks giving bagaikan menghisap weed. Terasa mabuk, menyenangkan, menyebalkan, menyerukan. Membuat arti keluarga berarti dan itu terkadang.
Ini memang acara Thanks giving bersama keluarga, memasak besar dengan memanggang ayam kalkun berukuran sedang. Orang tuaku tidak ingin menghabiskan uang untuk acara ini, bersyukurlah, dibanding Mom membeli setengah potong ayam kalkun seperti tahun kemarin, seolah yang memakannya hanyalah Chloe--si wanita paling menyebalkan di dunia ini.
Dad kali ini bagian yang memanggang ayam,sementara tugasku mengiris sayuran untuk salad dan tomat cery, adikku Chloe dia hanya memperhatikan Mom menumis. Umurnya masih 16 dan terbilang manja jika dia tidak bisa memasak sebagai wanita pada umumnya. Chloe juga berbakat dalam bidang tulis-menulis namun dia lebih menjurus kebagian komik atau skesta gambar. Dia sudah menerbitkan satu buku berjudul Hurt Again, tentang tiga anak remaja terjebak di dalam dunia fantasy. Itu cerita komik untuk anak-anak bukan untukku yang harusnya belajar dengan buku seks.
"Justin bisakah kau memotong wortel yang ada disana ?" Mom menunjuk kearah atas kulkas sebagai mana letaknya keranjang berisi wortel.
"Yes,Mom" jawabku tanpabasa-basi lagi segera melangkah lebar untuk cepat meraih keranjang kecil berisi wortel tersebut.
"Justin ambilkan saus tomat dilemari bumbu !" Dad berteriak diluar sana, yang sedang memanggang ayam agar asap tidak bergumpal di dalam ruang.
"Oh Ayolah Dad,tugasku banyak "keluhku sedikit bersuara keras.
"Justin !" Dad berteriak perang di luar sana, segeralah aku berlari membawa saus yang baru saja Mom mengambilkannya dari dalam lemari bumbu. Dan aku kembali lagi beberapa menit setelahnya, memotong wortel sesuai permintaan Mom, mencuci sayuran sekaligus buah, dan menuangkan air minum untuk si mahkota kecil Chloe. Dia pemalas tapi dimanjakan karena dialah bunga-bunga calon penulis yang didambakan oleh Mom dan Dad.
Musik ala preode 60'an bergenre rock pop dari band The Beatles berjudulOb-La-Di, Ob-La-Daini masih berputar sedari tadi, kami merapihkan meja makan berukuran sederhana untuk keluarga kecil ini dan meletakkan piring-piring sekaligus peralatan makan lainnya. Aku ditugaskan untuk menuangkan sup kacang merah, Chloe menuangkan jus orange, sedangkan Mom menyiapkan makanan yang lainnya, Dad yang baru saja datang berseru senang berlari-lari dan meletakkan ayam kalkun berwarna cokelat mengkilap bersama piring besarnya. Chloe menepuk tangan melihat reaksi Dad, aku hanya berdengus aneh sambil menggeleng-gelengkan kepala pelan dan tidak teralu menonjol , mengesankan sesuatu reaksi tak enak.
"Semuanya telah selesai" Mom datang membawa buah-buahan sebagai hidangan penutupuntuk nanti, kamipun segera menarik kursi kayu dan duduk membalik piring kemudian memegang garpu serta pisau pemotong daging. Sebelum Mom duduk, Dia mematikan music dari MP3playernya di meja dekat jendela ruang. Mom duduk dan kami semua berdoa untuk mensyukuri atas nikmat yang diberikan Tuhan. Selesai berdoa, aku mendahului yang lainmemotong ayam kalkunnya membuat Chloe protes dan aku menyambarnya dengan kata "Shut up !", dia membungkam namun menggerutuk di dalam hati. Aku tahu itu, melihat dari cemberut dan bibirnya yang bergetar seperti berkata-kata tanpa suara.
"Justin, kapan kau mulai menulis buku ?" inilah pertanyaan yang tidak aku harapkan terlontar dari mulut Dad. Aku yang sudah mengambil potongan daging segera memotongnya menjadi potongan kecil-kecil di pinggir, dibuat menggrutuk oleh Dad. Kenapa sih dia membahas soal itu di hari perayaan yang seharusnya istimewa.
"Dengan sekolah sastra itu tidak membantu aku untuk menulis buku, Dad" jawabku, setelah menjawabnya aku melahap potongan kecil daging kalkun perpadu emosi.
YOU ARE READING
THE PROBLEM JOURNAL
UmorJustin Carlos dilahirkan pada keluarga yang berprofesi sebagai penulis novel di Chicago. Hal itulah yang membuat dirinya terpaksa masuk ke dalam sekolah jurusan sastra, padahal dia samasekali tidak memiliki kemampuan untuk menulis karangan. Bahkan d...