Aku berani bertaruh kalau Sam tidak akan berhasil membantuku, yang kupikirkan sekarang kenapa dia mengajakku untuk masuk bersembunyi di toilet wanita. Ini jam istirahat sekolah.
"Ini jam olahraga kelas sebelah, Huh," kata Sam, kami berdua berdiri diatas sisi-sisi kloset untuk mengintip kegiatan para remaja wanita yang baru saja memasuki ruang toilet.
"Huh-uh" balasku sambil menatap para remaja wanita tersebut sedang bercermin di cermin besar wastafel. Mereka mensisir rambut, berbincang, mengoles bibirnya dengan lipstick dan semakin lama yang kulihat mereka mengangkat baju sportnya keatas untuk di buka.
"Aaah, lihat" seruan pelan dari Sam. Aku melihat dia menurunkan celananya dan sedang mengelus miliknya sendiri dengan ekspresi yang membuatku jijik bersamanya seperti gays. Apa dia pikir wanita itu tontonan video porn secara gratis ?.
"Stts, Fuck !" mendadak suara keras meluncur dari mulutku, Sam tergelak langsung menutup mulutku dengan tangan bekas memegang miliknya itu. Aku memberontak, mendorong kepalanya spontan sehingga dia tidak menutup mulutku dengan tangannya lagi.
"Shut the fuck up, Justin !" bentak Sam lebih keras dari suaraku. Refelks aku memukul kepalanya sedikit keras. "Shit" desisnya sembari membalas pukulan, disaat itulah kami mulai ribut berdua di dalam toilet. Yang kulupakan adalah apakah pintu ini terkunci atau tidak ?. Kami hanya sibuk saling memukul sampai tibanya...
"kau Sam, damn !" kakiku tercebur lubang kloset. Untuk pembalasanya aku turun dari bawah kloset dan menarik Sam hingga dia terduduk di kloset dan aku terdorong sampai terjongkok berhadapan dengan dick Sam yang memang dia belum sempat menarik keatas celananya itu. Sebenarnya aku berniat untuk menceburkan kakinya bukan membuat dia duduk.
Bukan perkiraanku kalau ternyata seseorang..."AAAAKKKHH !" seseorang berteriak, aku menengok kebelakang dan melihat pintu toilet terbuka sehingga para murid wanita melihatku dalam posisi seperti ini.
"Oh My Godness" cengangan suara kekejutan dari para wanita mempertontonkan kami. Aku segera berdiri, sementara Sam dia sibuk menarik celananya kembali.
"Bukan seperti ini yang kalian lihat, tidak. Kami tidak melakukan seperti apa yang kalian lihat, percayalah" aku mencoba mengelak semua mata yang memandangku salah.
"Aku tidak menyangka toilet wanita dipakai untuk bercinta oleh dua pria ini" ujar salah satu remaja wanita yang mempertontonkan kami.
Berencana untuk mengintip dan menonton kegiatan remaja wanita mengganti pakaian di toilet wanita, justu kami yang dijadikan tontonan oleh mereka. Ini semua salah Sam, aku harus berjalan sambil merunduk melintasi koridor hanya karena dia. Para wanita di toilet itu sudah menceritakan tentangku kepada yang lain. You tube, Google, Twitter, dan Facebook sudah memasuki tentang kami. Tidak heran kalau Petter Palker si pria berotot dan bajingan itu menjegat langkah kami hanya mengatakan kalau kami payah dan gays. Ini pengalaman memalukan yang tidak pantas untuk dijadikan sebuah karangan. Pengalaman pertamaku harus dicoret dari data yang akan kutulis. Aku tidak akan menuliskan kisah ini ke dalam buku diary pemberian Mom.
First Journal di batalkan ! aku tidak ingin dikatakan Gays.
"Jika kau tidak mengajakku untuk menonton para wanita membuka pakaian, aku tidak akan merasa payah disini" aku menyalahkan Sam, dia menolehku tajam begitupun dengan diriku sambil berjalan kami saling melirik sinis.
"Kau yang memintaku untuk membantumu mencari pengalaman, kenapa kau salahkan aku ?" Sam menimpali. Dia sedikit mendorong bahuku.
"Maksudku pengalaman yang keren seperti novel-novel Stephenie Meyer menemukan idenya untuk menulis sebuah karangan berjudul Twilight tentang vampire dan srigala,bukan pengalaman sialan seperti tadi, Sam" balasku, mengomel.
YOU ARE READING
THE PROBLEM JOURNAL
HumorJustin Carlos dilahirkan pada keluarga yang berprofesi sebagai penulis novel di Chicago. Hal itulah yang membuat dirinya terpaksa masuk ke dalam sekolah jurusan sastra, padahal dia samasekali tidak memiliki kemampuan untuk menulis karangan. Bahkan d...