Sekarang, Kian sudah berada di mobil Jenan. “Mau kemana sih …. Masih pagi,” gerutu Kian.
“Udah siang, pagi apanya udah jam setengah 12. Yaudah sih, kamu ngikut aja,” balas Jenan.
Jenan menjalankan mobilnya menuju tempat yang ia tuju.
Jenan menyetir mobilnya menuju salah satu Mall yang ada di kota ini. “Loh kita ke Mall?” tanya Kian kepada Jenan saat mobil ini memasuki area parkir Mall.“Ya iya, yuk.” Jenan dan Kian langsung berjalan masuk ke dalam Mall sambil bergandengan tangan.
Jenan tiba-tiba berhenti berjalan, “Kenapa berhenti?” tanya Kian.
“Bentar ya sayang, aku sakit perut mau gue toilet dulu ya,” ucap Jenan dengan memelas.
“Astaga, bisa-bisanya. Iya sana buruan jangan lama. Aku tunggu di sana sekalian beli minum haus.” Kian menunjuk toko minuman yang tak jauh dari tempat dirinya berdiri sekarang ini.
Jenan mengagguk dengan cepat, lalu segera berlari ke arah toilet yang tempatnya tidak jauh.
Kian langsung pergi memesan minuman dan satu waffle favoritnya.Kian melihat Jenan berjalan menuju tempat ia duduk sekarang. “Udah selesai urusan kamu sama toilet?” tanya Kian kepada sang pacar yang sudah berada di depannya.
Jenan mengangguk, “Minta ya minumnya, haus.” Jenan langsung mencoba minuman yang dibeli Kian.
“Seger banget, enak. Yuk jalan lagi.” jenan mengenggam jemari tangan Kian.
Kian yang melihat tong sampah langsung pergi membuang sampah yang sedang ia bawa saat ini.
Jenan menarik tangan Kian dan mengajak gadis masuk ke salah satu toko baju. Namun saat baru saja masuk ke toko tersebut, Jenan berubah pikiran dengan tiba-tiba.
“Nanti aja deh ke sininya, timezone yuk main,” ajak Jenan.
“Ih apaan sih gak jelas banget, aku mah ayo-ayo aja.”
Jenan dan Kian segera menuju area timezone dan segera mengisi ulang saldo kartu timezone tersebut.
“Mau main apa dulu?”tanya Jenan kepada Kian.
“Gak tau, ngikut aja.” Sejujurnya Kian tidak pandai dalam urusan main game.
“Aku ada ide,” celetuk Jenan.
“Apaan? Kalo aneh-aneh gak mau!”
“Engga kok, aman. Kita main game yang kalah harus ngabulin permintaan yang menang,” ujar Jenan.
“Yaudah yang nentuin gamenya itu aku ya,” balas Kian.
“Oke siapa takut, yaudah mau game apa?”
“Air hockey aja.” Kian langsung berjalan mendahului Jenan menuju permainan tersebut.
“Ah gini doang mah kecil.”
Kini Jenan dan Kian sedang memainkan game tersebut, di babak pertama itu hasilnya seri. Mereka berdua mencetak poin 2 vs 2.Akhirnya memutuskan memainkan sekali lagi sebagai babak final.
“Aku pasti menang!” ucap Jenan dengan optimis sembari fokus kepada bola hockeynya. “Jangan kepedean mulu, nanti kalah mampus.”
“Yes menang! Kamu kalah,” seru Jenan sambil meledek Kian.
“Sombong! Ya udah mau apa?” tanya Kian dengan pasrah.
“Nanti ya di kasih tau, mikir dulu mau apaan. Sambil mikir kita main yang lain aja.”
Kian mengangguk, lalu mereka berdua asik mencoba semua permainan yang berada di timezone ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR | NA JAEMIN ✔
Tiểu Thuyết ChungJenan Aditama yang tertarik dengan gadis polos dan baik hati. Namun, sang Ayah tidak setuju jika Jenan mendekati gadis tersbut, Akankah Jenan bisa bersatu dengan wanita yang ia cintai? Takdir selalu memiliki jalannya, entah berakhir tawa atau berder...