"More Tequila please" Sudah keberapa kali aku memesan minuman yang sama? Empat atau lima? Entahlah, sudah berapa banyakpun, pastinya aku butuh lebih dari itu. Dengan rakus aku langsung meneguk Tequila yang baru saja selesai di sajikan oleh Bartender. Ah, benar-benar menenangkan.
"Yak!! Joo Yebin!! Bukankah kau sudah minum terlalu banyak?!" Itu suara teman yang aku ajak untuk minum bersama, Lee Dami.
Kenapa di saat seperti ini Dami malah tidak mendukungku? Yang aku butuhkan hanya alkohol untuk menghilangkan rasa gundah. Memang apa salahnya jika aku minum banyak? Aku sudah berumur 24 tahun, wajar wanita seumuranku mabuk-mabukan di saat terpuruk. Bukan begitu?
"Diamlah Dami-ya, aku benar-benar frustasi saat ini." Dengan kasar aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, membuat sanggul rambutku semakin berantakan.
Migrain terus menyerang kepalaku, apalagi setiap ingatan bagaimana Bos menyiksaku dengan pekerjaannya muncul di kepala. Setiap Harinya pria itu memberi pekerjaan-pekerjaan berat, bahkan jatah Hari liburku di renggut begitu saja. Jika bukan karena masalah ekonomi di keluargaku, aku tidak akan pernah mau bekerja padanya.
Tunggu, kenapa aku semakin memikirkan pria yang tak punya hati itu? Seharusnya saat ini aku bersenang-senang, meminum alkohol tanpa batas hingga aku mabuk berat. Benar, Tequila Favoritku memang minuman yang paling cocok untuk menghilangkan rasa suntuk.
Ku teguk gelas tadi yang ternyata sudah kosong, Apa aku terlalu cepat menghabiskannya? dengan lemas aku menyodorkan gelas itu dan berniat memesan menu yang sama. Tapi sesuatu menahan dorongan dari tanganku, seolah menyuruhku untuk berhenti memesan.
Ternyata tangan Dami sedang menghalangi jalur gelasku kepada si bartender. Ekspresi 'tak suka' langsung aku layangkan padanya. Jika dia terus melarangku seperti ini, untuk apa aku mengajaknya kemari? Kenapa dia masih tidak mengerti?
Dia menghela nafas panjang "Jika kau punya masalah, cerita saja padaku, jangan menyiksa dirimu dengan mabuk-mabukan seperti ini Yebin-ah"
Dami mengelus punggungku lembut "dengar, jika kau menahannya terus, itu akan semakin menyiksamu. Ceritakan saja padaku, dengan senang hati aku akan mendengar seluruh keluh kesah di benakmu."
Aku menunduk, apa yang di katakan Dami ada benarnya. Buat apa aku menyiksa diriku seperti ini ketika aku punya tempat untuk berkeluh kesah?
Setelah memikirkan semuanya matang-matang, aku menoleh pada Dami dan mulai menangis. "Hueee Dami-ya.... aku lelah" Rengekku manja pada Dami. Entahlah, emosiku benar-benar tidak terkontrol, mungkin karena aku mabuk?
Dami terlihat gelagapan dengan kelakuanku. Aku semakin terharu saja ketika melihat sahabatku ini malah berusaha menenangkanku. Beruntung sekali diriku punya teman sebaik Dami.
"Ceritalah Yebin-ah, aku disini" Dia masih setia mengelus punggungku, mencoba membujukku untuk berhenti menangis.
Masih dengan kegundahan, kucoba tuk menahan tangis "aku lelah bekerja pada pria dingin dan galak itu!!! Dia terus menyiksaku dengan pekerjaan-pekerjaan yang berat. Bagaimana bisa dia tega membiarkanku lembur bahkan di hari libur? Sedangkan dia bersenang-senang dengan rekan kerjanya yang lain. Benar-benar pria yang tak punya hati."
"Apa kau punya rencana untuk berhenti dari pekerjaan itu?" Tanya Dami dan ku balas dengan gelengan.
"Jika aku berhenti, aku akan sulit untuk mencari pekerjaan baru. Bagaimana aku bisa hidup tanpa pekerjaan tetap setelah berhenti bekerja dari pria itu." Masih dengan nada yang manja aku mengadu pada Dami.
"Bukankah kemarin kau bilang kau menyukai atasan mu? Lalu kenapa sekarang kau bertingkah seakan membencinya?" Pertanyaan itu jelas Dami tanyakan padaku, aku memang mengatakan kalau aku menyukai atasanku kemarin.
"Aku hanya menyukainya karena dia tampan, bukan karena sifatnya." Dami tertawa dengan ucapanku barusan, apanya yang lucu? Itu memang benar, kepala perusahaan tempat dimana aku bekerja saat ini, merupakan CEO muda. Wajar saja jika aku menyukai atasan muda, tampan dan kaya raya. Andai sifatnya tidak seperti itu, aku pasti sudah menambahkannya di 'list pria yang aku incar'.
"Wanita mana yang akan menyukai lelaki dingin sepertinya? Aku jelas tidak mau, dia hanya akan menyiksaku jika aku menjadi istrinya. Sudah cukup aku tersiksa sebagai sekretarisnya, dan—"
"Shhhhh- Yebin-ah... itu" Dami berbisik memotong Kalimatku yang bahkan masih jauh ujungnya, benar-benar tidak sopan.
Aku berniat marah pada Dami, tapi dia terus memaksaku untuk menoleh ke arah yang dia tunjuk. Dengan kesal aku menoleh dan mendapati Atasanku sudah berdiri di sampingku dengan tatapan yang—tak terbaca.
Sejak kapan dia ada di sini? Apa dia mendengar percakapanku dengan Dami? Jika dia mendengarnya, habis sudah riwayatku. Ku rasakan Status pengangguran sudah menungguku di masa mendatang.
Ku pandang garis wajahnya yang Tampan, sial, aku malah terpesona dengan tatapan dingin yang dia layangkan. Jas hitam yang masih rapi itu menambah kesan maskulin padanya.
"Joo Yebin, apa yang kau lakukan di bar di jam yang selarut ini?" Pertanyaan itu aku abaikan. Wajahnya saat ini sudah mengambil alih seluruh perhatianku. Salahkan dirinya terlahir begitu mempesona.
Ah- rasa pusing itu kembali datang. Penglihatanku berbayang-bayang, aku tidak bisa mendengar jelas apa yang dia katakan padaku.
Wajah tampan itu, benar-benar membuatku candu, aku berharap bisa mempunyai suami setampan ini nantinya. Dengan lemas aku berdiri dari dudukku, mencoba mendekat pada si tampan. Aku ingin melihatnya dari dekat, oh ya Tuhan, betapa indahnya ciptaan mu ini.
"Tn. Kang- andai kau tak sedingin itu padaku. Aku pasti sudah jatuh cinta padamu"
Sesuatu secara Batin mendorong diriku untuk semakin mendekat pada Tuan Kang. Keseimbangan ku sedikit Goyah, dan hampir saja aku terjatuh. Untungnya dengan sigap aku memegang kedua sisi Bahu Tuan Kang yang bidang.
Apa ini halusinasi semata? Bertemu dengan Tuan Kang yang tampan, bahkan di posisi yang sangat romantis. Bisa ku cium parfum mahal khas orang kaya dari badannya. Aku benar-benar terbuai dengan ketampanannya. Matanya besar, hidungnya mancung, dan bibir tipis itu sangat menggoda.
Tanpa aba-aba aku langsung mencium bibir pria tampan di depanku. Karena ini hanya halusinasi tentu aku tidak akan membuang kesempatan.
Perlahan aku melumat bibirnya yang masih diam. Rasanya kenyal, dan manis. Ada sedikit rasa vodka ketika aku melumat bibirnya lebih dalam. Apa dia baru selesai minum?
Dengan sensual aku memeluk lehernya, ah dia terlalu tinggi bagiku. Aku bahkan harus sedikit berjinjit agar lebih mudah menciumnya.
Ku lepas tautan itu, karena migrain di kepalaku semakin menggila saja. sepertinya aku minum terlalu banyak, sampai-sampai membuatku berhalusinasi yang tidak mungkin pernah terjadi.
Peganganku pada leher Tuan Kang semakin melemas, penglihatanku semakin gelap kala kesadaranku semakin menghilang.
Tbc.
Aku nulis apa (╥︣﹏᷅╥᷅)
Voment nya <3
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓️) Flirty Touch: Luxury Lust『️Kang Taehyun』️
Fanfiction❝Touch me please, I want to feel you more❞ Joo Yebin tidak pernah menyangka dia akan mencium Atasan nya malam itu. Andai dia tidak mabuk, mungkin Hidupnya tak akan seindah sekarang. SPIN-OFF DARI [FLIRTY TOUCH-CHOI YEONJUN karya @Lorenza_p] ⚠17+ ⚠...