Relita Amrina, umur 23 tahun, mahasiswi smester 7, saat ini ia tengah menjalani kegiatan PPL nya, dengan wajah bosan dan satu tangan yang menyangga dagunya, seperti biasa, ia hanya akan duduk bosan di perpustakaan. Teman kelompoknya yang lain? Tentu saja mereka sedang sibuk mengajar.
Sudah dua minggu sejak penerimaan peserta PPL di sekolah tersebut, lita belum diperkenankan mengajar oleh guru pamongnya, lita akan lebih memilih rebahan saja diposko sambil nonton drama korea kesukaannya dari pada hanya datang duduk seperti ini, jika saja setiap hari ia tidak dicari, Saat tidak masuk.
Salah satu menjadi smangat terahirnya ialah Wajah tampan itu, iya, wajah itu sungguh menggugah jiwa lita sebagai pencinta para pria tampan, seperti kekasih onlinenya para opa-opa korea. karena wajah tampan guru pamongnya itu menurutnya seimbang, jika sikap sang guru menjengkelkan, stidaknya, wajah tampannya mampu sebagai penawar kekesalannya.
"Sebenarnya ini sekolah atau sarang para pria tampan?" batin lita, pasalnya sering kali ia berpapasan dengan beberapa lelaki muda dengan paras yang patut diperhitungkan menurutnya, tidak hanya paras tampan, gaya dan bentuk tubuh juga pyuuuuh, sukses bikin panas dingin, hususnya bagi jiwa gadis normal seperti lita.
"Kayaknya betah deh gue kalo jadi siswa sini, tiap hari diajarin sama yang bening-bening" kekeh lita, sambil tatapan matanya tak lepas dari pak guru tampan tersebut yang diketahui ternya seorang guru SD. Iya, di sekolah tersebut menaungi dua lembaga pendidikan, yaitu SD dan SMP.
Virus pria tampan memang kelemahannya, tapi jangan salah, lita gadis yang setia, ia mempunyai pacar bernama Brian Valendo, mereka telah merajut kasih hampir enam tahun dengan kisah yang terkesan hambar, meski begitu ia tidak akan berani menjalin kasih dengan pria lain jika masih memiliki ikatan dengan sesorang.
Dulunya mereka satu sekolah, dan satu kelas pula ketika SMA. Sebelum Lita dan Brian bersama, lita sempat jadian dengan Rega, Rega teman satu kelasnya juga, namun hanya beberapa bulan pacaran merekapun putus. Brian yang mengetahui lita jadian dengan Rega seolah mempertanyakan karna tidak percaya. Pasalnya Brian sudah menyukai lita sebelum Rega, namun lita sempat menolaknya.
"Benar kamu jadian sama rega? Kok bisa?" lita hanya mengerutkan kening mendengar pertanyaan Brian, tentu saja bisa, orang suka kok, kesal lita dalam hati, namun yang lita dapat terjemahkan dari ekspresi Brian saat menanyainya seolah brian mengatakan "kok bisa lita jadian sama Rega, padahal gue lebih kren kmana-kmana dari si Rega". Lita melihat ketidak terimaan Brian, tapi lita menanggapinya acuh.
Pada ahirnya merekapun jadian setelah beberapa bulan lulus SMA, proses jadian merekapun bisa dikatakan nyelonong gitu aja, tanpa ada embel-embel pertanyaan dari sang laki-laki kepada si gadis, perihal menjadi kekasihnya. Hanya keakraban diantara keduanya serta saling berbagi kisah. Hingga Lita merasa risih dengan hubungan mereka yang menurutnya tanpa status.
"Sebenarnya aku tidak ingin membahas ini, tapi aku rasa perlu memastikan, sebenarnya apa hubungan kita ini? Tanya Lita, melalui telpon, sebenarnya iya malu menanyakan hal itu, tapi hatinya tidak bisa menerima hubungan yang ia rasa tanpa satatus, kalaupun hanya teman stidaknya ia tahu, agar ia bisa mengkondisikannya.
"Loh, menurutmu slama ini apa? Dengan kedekatan kita seperti ini, masih kamu tanyakan lagi?
Lita hanya terdiam, ia belum bisa menyimpulkan jawaban Brian yang justru terlontar dengan pertanyaan balik.
"Apakah sangat perlu aku mengatakan, kamu mau nggak jadi pacaraku? Begitu?" tanya Brian lagi diseberang sana.
"Ya, ng nggak sih, tapi, aku kan juga butuh kepastian" jawab Lita gugup.
Lita malu tapi lega, stidaknya status mereka sudah jelas. Awalnya Lita biasa saja menanggapi kedekatan mereka, yaudah teman, wajarlah sering mengabari dan semakin akrab, tapi lama-lama kedekatan mereka menurutnya luar dari batas teman, namun jika dikatakan hubungan kekasih? Brian tidak mengatakan apapun prihal mereka adalah pacar, yang Lita tau mereka hanya dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah yuk!
Short Story"Kegiatan PPL mu saya anggap selesai, mau masuk atau tidak terserah, kamu hanya tinggal menunggu nilaimu saja, silahkan kamu bisa keluar sekarang" tegas pak Dirga dengan suara yang sangat datar, benar-benar tengah menahan amarahnya. Setelah itu ia m...