Ponsel Lita tiba-tiba berdering menampilkan panggilan dari nomer yang tak dikenal, tanpa fikir panjang ia memutuskan untuk mengangkatnya, seketika skelebat bayangan masalalu mampir dibenaknya saat mengetahui sosok yang menelpon diseberang sana.
"Rega?"nama itu seketika lolos dari mulutnya.
Apa yang membuat pria itu tiba-tiba menghubunginya? Lita juga merasakan sikap Rega yang begitu lembut dan penuh perhatian, apa ada yang salah dengannya?
Ketika ia masih menjalin hubungan dengan Rega, sikapnya tidak pernah seperhatian itu, karena ternyata, Rega awalnya hanya iseng meminta Lita untuk menjadi kekasihnya, namun tanpa diduga, Lita menanggapinya serius bahkan sangat tulus, hingga mau tak mau Rega harus menjalaninya, alhasil hubungan itu bertahan hanya tiga bulan.
Mengingat hal itu kembali, ia hanya tersenyum miris, tapi itu sudah berlalu, ia tidak mempermasalahkannya lagi. Lita hanya sedikit heran dengan kemunculan rega yang secara tiba-tiba apalagi sikapnya yang sangat aneh menurutnya, ia begitu perhatian bahkan tanpa ragu mengungkapkan perasaannya, trus apa maksutnya? apa ia baru menyesali sikapnya dulu? Dan sekarang ingin memperbaikinya? Entahlah Lita tak ambil pusing, ia sudah cukup dipusingkan oleh sikap Brian dan masalahnya di sekolah bersama pak Dirga.
Lita hanya menikmati alur saja, selagi takdir memberinya luang untuk menikmati hari dan melupakan masalahnya sejenak, kenapa tidak?, Lita cukup terhibur dengan kehadiran Rega, Kehadiran pria itu rasanya sangat tepat.
Saking seringnya Rega menghubunginya, ia mulai nyaman dengan hal itu, namun Lita tetap tidak bisa menaggapi prasaan Rega, biar bagaimanapun, dihatinya masih ada Brian, tapi sikap pria itu? Yasudahlah ia hanya nyaman saja dengan Rega, didukung dengan keadaanya yang butuh seseorang untuk mengerti.
*****
Lita tidak bisa terus-terusan dalam keadaan yang membuatnya sangat berat menjalani hari-harinya, ia harus bertindak, dan memberanikan diri menemui pak Dirga, ia yang memulainya jadi ia juga yang harus menyelsaikannya. Apalagi pada posisinya saat ini, dia yang butuh, bukan pak Dirga.
Di sekolah, Lita tidak menemukan pak dirga, ternyata guru pamongnya tersebut sedang tidak masuk dan digantikan sementara oleh asistennya.
"Hah! Asisten?" pak Dirga punya asisten?" gerutu Lita yang tak menemukan pak Dirga ditempatnya. Lita memutuskan untuk menemuinya besok saja.
Keesokanya Lita masih tak menemukan pak Dirga. Asistennya masih terlihat menggantikannya, Lita juga tidak mendapatkan kabar pasti mengenai kapan pak Dirga akan masuk kembali. Bukankan dia asisten? Bagaimana bisa dia tidak tau kapan atasannya masuk?.
Sesampainya di posko Lita hanya membuang nafas kasar dan langsung meluruhkan diri duduk berselonjor di lantai dengan memanfaatkan tembok untuk menopang punggungnya.
Afnan yang melihat itu seketika mendekatinya.
"Aku yakin kamu bisa! Aku juga yakin pak Dirga orangnya baik, ia hanya perlu melihat usaha dan keseriusanmu dalam memperbaiki semuanya, jangan sungkan meminta bantuan kami, jika kamu sudah ingin. Aku salut denganmu yang ingin memperbaikinya sendiri" ucap Afnan selaku teman dan ketua untuk memberi semangat.Afnan faham dengan raut wajah Lita yang kusut, hasilnya pasti belum sesuai seprti yang diharapkan. Tentu saja sebagai ketua ia sigap membantu anggotanya, namun hal itu ditolak oleh Lita, ia ingin mencobanya sendiri, sebab masalah itu ia yang memulainya.
"Hm...kusut banget neng?" goda Adrian yang baru aja datang. Adrian salah satu teman kelompoknya.
Kayaknya author jabarin aja dulu nama-nama mereka ya, ada sepuluh orang, meski mungkin tidak semuanya akan dimunculin. Afnan, Adrian, Angga, Syahril, Lita, Yumi, Riana, Syiha, Esi dan Gina. Jadi mereka ada empat cowok dan enam cewek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah yuk!
Short Story"Kegiatan PPL mu saya anggap selesai, mau masuk atau tidak terserah, kamu hanya tinggal menunggu nilaimu saja, silahkan kamu bisa keluar sekarang" tegas pak Dirga dengan suara yang sangat datar, benar-benar tengah menahan amarahnya. Setelah itu ia m...