Part 4

2 0 0
                                    

"Tling" suara ponsel berdering menandakan pesan masuk, segera Lita meraih ponsel tersebut. Saat mengetahui sosok pengirimnya, Lita memilih untuk mengabaikan. Pasalnya ia sudah jengah, tiada guna, kenapa baru menghubungi sekarang, disaat sudah tidak dibutuhkan. Kembali pesan yang sama dikirim namun Lita tetap mengabaikannya.

Notifikasi pesan masuk terlihat diponselnya ketika mengaktifkan data, nampaknya beberapa hari Lita tidak penah membuka WA, sejak kekalutannya waktu itu, begitu banyak pesan group dan pesan lainnya berdatangan, seperti hitungan pada stopwach.

Lita juga melihat balasan
chatnya yang waktu itu ia kirimkan pada Brian

"Kamu ada apa?"
"Yang"
"Sayang" bunyi ketiga pesan dari Brian satu hari yang lalu dan baru dibukanya. Dan memilih untuk mengabaikannya juga.

Lita tersenyum kecut, seperti inilah hubungannya, ia sadar, bgaimana bisa ia bertahan sampai sekarang, ia berfikir sangat disayangkan jika hubungannya berahir seperti ini, apa makna enam tahun tersebut jika tidak ada titik terangnya, hanya ngambang nggak jelas. Namun untuk memulai dengan orang barupun ia begitu malas, menurutnya ia jalani saja yang sudah terjadi, karena memang hatinya masih ada untuk Brian.

Sosok itu kembali sudah berdiri didepan rumahnya, Lita langsung membukakan pintu. Sebelumnya Brian memang sudah memberitahu ingin kesana saat tau Lita pulag karena sekolah libur beberapa hari.

Berbeda dengan kedatangan Brian pertama kali yang membuat Lita takut dan was-was, lain halnya kali ini, selain karena Brian sudah sering kesana, orang tua Lita juga bisa memaklumi, bahwa gadis kecilnya kini sudah dewasa, ada masanya ia akan menyukai lawan jenisnya, dan sebagai orang tua, tentu tidak bisa menafikkan itu, karena sebelum menjadi orang tua, tentunya pernah berada diposisi itu.

Berbicara masalah Rega? Meski pernah menjalin hubungan dengan Lita, namun ia tidak pernah kerumah Lita. Brian lah laki-laki pertama yang membranikan diri bertamu.

"Ibu dimana? Tanya Brian membuka pembicaraan.

"Ada tu didalam" jawab Lita. kembali tak ada percakapan diantara mereka, hanya terdengar suara televisi yang sebelumnya memang sudah menyala.

"Mm...kalo kamu menikah? Maunya acara yang mewah atau sederhana saja?" tanya Brian lagi.

"Gimana-gimana dah, aku sih nggk masalah"

"Maunya kamu itu seperti apa?" tanya Brian lagi

"Udah ku bilang gimana aja, yang sederhana juga nggak apa-apa" jawab Lita lagi, namun dengan raut bingung,
"Untuk apa Brian menanyakan itu? Apa sungguh dia akan mengajak ku menikah? Atau sekedar nanya saja lalu menikahnya sama orang lain?" Tanyanya dalam hati. Sungguh fikiran yang tidak masuk akal memang, bagaimana bisa seorang laki-laki menanyakan soal pernikahan kepada pacarnya untuk pernikahan dengan orang lain? Sama saja cari petaka.

Membayangkannya saja Lita sudah tidak sanggup, tapi Lita sama sekali tidak merasa jika pertanyaan itu memang untuknya, karna bagianya bagaimana mungkin setelah sering menghilang begitu saja tiba-tiba membicarakan pernikahan? Rasanya nggak mungkin.

Ia sadar memang, fikirannya terlalu negatif, tapi bagaimana lagi, ini berawal sejak kejadian itu .

"Yang diundang hanya keluarga dekat saja, tidak usah banyak-banyak" sambung Brian lagi.

Lita tetap sibuk dengan fikirannya
"Ngapain kasih tau aku? Dan kenapa harus nanyak sama aku? Haah, apa benar dia merancang pernikahannya dengan orang lain? seandainya itu benar, haaah, aku nggak sanggup" Lita terus saja bergumam dalam hati.

Ia teringat dengan sosok orang yang selalu mengisi kolom komentar di setatus FB nya Brian, bahkan menggunakan stiker love, dan yang Lita ketahui dia seorang perempuan, hatinya cukup terusik dengan hal itu.

Nikah yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang