Part 2

3 0 0
                                    

"Ini bukan masalah masuk kelas, lalu mengajar dan selse. bukan! Tapi kamu harus tau dulu rancangan pembelajaran yang akan kamu lakukan, kamu juga harus pahami apa itu buku kerja satu, dua, dan lainnya, saya hanya ingin membantumu. Kamu selesaikan dulu rancangan pembelajaran yang akan kamu terapkan, masalah masuk kelas itu gampang, walaupun beberapa hari tapi berkualitas itu lebih baik kan". Terang pak Dirga selaku guru pamongnya, pasalnya Lita terus menanyakan kapan ia bisa mulai kegiatannya mengajar seperti rekannya yang lain, tapi jawaban yang didapat tidak sesuai harapannya.

"Hm.....tapi pak, teman saya yang lain sudah bisa ngajar kok walaupun belum buat RPP, masalah laporan saya, kan bisa sambilan, atau nyusul nantinya pak". Protesnya, tidak terima.

"Kamu guru pamongnya siapa?" tanya pak Dirga

"Kan bapak sendiri" jawab Lita, terlihat bingung dengan arah pertanyaan pak Dirga

"Trus temen kamu itu guru pamongnya siapa? Tanya pak Dirga lagi

"Ya, , , ," lita terlihat berfikir, seketika raut wajahnya lesu "hm....beda-beda sih pak, tapi-" jawab Lita mengantung, dan tidak tau harus protes apalagi, ia mulai fahan  arah pertanyaan pak Dirga.

"Nah, itu kamu tau. Lita, niat saya ini baik, bukan ingin mempersulitmu, sebaiknya kamu selsaikan saja tugas yang saya berikan" putus pak Dirga mengahiri pembicaraannya dengan Lita.

"Jika guru pamongmu orang lain, dan kamu trus saja mengeluh seperti ini, aku sendiri tidak tau bagaimana nasib nilaimu nanti, ini untung saya, saya mudah orangnya jika kamu patuh dan tidak banyak mengeluh" tambah pak Dirga, sebelum pandangannya kembali pada layar komputernya.

Lita terus merutuki keputusan pak Dirga padanya "huh, untung ganteng" gerutunya.

"Apa?"

"Hah, nggak ada pak, saya nggk ngomong apa-apa" kilahnya, Lita rasa suaranya tadi sangat kecil, ia harap pak Dirga tidak mendengarnya dengan jelas.

*****
Para ciwi-ciwi posko terlihat sibuk bergulat di dapur, ada yang potong sayur, ngulik sambal, goreng-goreng apa yang perlu digoreng, goreng perasaan juga boleh, biar mateng melangkah ke plaminan, ceileh, kok nyeleneh sih, hm...oke balik ke topik.

Yang cowok bagaimana? Oke, mereka juga ikut membantu, lebih tepatnya bantu bikin onar, ruang tengah yang biasa tempat kumpul, untuk rapat dan sebagainya kini jadi lapangan bulu tangkis. Iya, mereka bermain didalam posko, ruang sempit dan langit-langit rumah objek penting nyangkutnya bola  tak jadi penghalang mereka.

Jadwal tugas sudah pasti ada. Sehari dua orang, dan begitu untuk hari selanjutnya, yang bertugas hari itu tentunya yang bertanggung jawab, yang lain hanya membantu, bukankah dikerjakan bersama akan lebih cepat dan mudah?

Para cowok bukan tak ingin membantu, hanya saja mereka sudah selesai, para cewek sepakat menaruh mereka hanya dibagian cuci piring. Walau kadang mereka yang memasak, saat ada mukjizat saja. Tapi jangan salah, masakan mereka juga nggak kalah enak, karena biasanya cowok lebih fokus dalam bekerja, racik bumbunya juga fokus ya bapak-bapak.

Makan malam berlangsung seperti biasa, diselingi canda tawa mereka, diruang yang tadinya sebagai lapangan bulu tangkis kini menjadi ruang makan.

*****
Air mata mengalir tak henti-hentinya, isakan tangisnya terdengar sangat lirih, ia begitu hanyut terbawa susana, sesekali meraih tisu untuk mengelap cairan dari mata dan hidungnya. Seketika deringan ponsel yang cukup nyaring menghentikan drama yang memilukan itu, Lita yang merasa terganggu segera meraih ponselnya dan melihat nama yang tertera disana

"Pak Dirga? Ih ganggu aja ni bapak, nggak tau apa orang lagi fokus nonton" kesal Lita, pasalnya ia tengah nonton drama kesukaanya, meski berulang kali ia tonton, drama itu tetap sukses membuatnya menangis.

Nikah yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang