Part 5

0 0 0
                                    

Para siawa memperhatikan dengan seksama, walaupun ada beberapa siswa yang terlihat bosan tidak bisa diam untuk memperhatikan, ada juga yang sering sekali izin keluar dengan alasan, ke toilet, beli polpen, pergi beli minum karna sangat haus sehingga tidak bisa konsentrasi dan sebagainya.

Lita menarik napas panjang sebelum ahirnya ia melanjutkan untuk menjelaskan materinya, pasalnya sudah dua hari sejak pertemuannya dengan pak Dirga waktu itu ia ahirnya diperkenankan mulai mengisi pelajaran.

Flash back on

Lima belas menit sebelum jam yang ditentukan, Lita sudah berada dilokasi yang dimaksut pak Dirga, lokasi tempat mereka bertemu. sebuah gedung berlantai sepuluh sudah ada didepannya, diparkiran yang sangat luas itu sudah berjejer banyak kendaraan. ia juga memarkirkan kuda besinya diantara jejeran tersebut. Lita kembali membuka ponselnya untuk memeriksa kembali alamat yang dikirimkan padanya, saat memastikan alamat tersebut memang tidak salah ia pun meneruskan langkahnya memasuki gedung dan menyusuri lorong-lorong berdasarkan insting dan petunjuk dari resepsionis yang ada disana.

Hingga Lita berahir disebuah ruangan, tepatnya dilantai sepuluh. Lita mulai menelisik seluruh bagian yang ada di ruangan itu, sangat bersih dan tertata rapi. Ia kemudian duduk menunggu pak Dirga yang katanya akan datang sebentar lagi, namun sudah hampir dua puluh menit dari waktu perjanjian mereka, pak Dirga belum juga menampakan diri. Ruangan yang begitu sepi, tidak terlihat orang yang berlalu lalang didepan ruangan itu, seperti ruangan khusus yang memang tidak sembarangan orang melewatinya, jika begitu lalu kenapa ia harus disuruh menunggu disana? Memangnya ia siapa? Sampai harus bertemu ditempat khusus begitu? "Di pinggir jalan aja nggak apa-apa" kekehnya.

Lita terus sibuk dengan fikirannya sendiri, hingga fikiran yang tidak-tidak terlintas. Dapat lita simpulkan, ruangan itu sangat tertutup, orang yang bisa melintasi ruangan itupun hanya beberapa orang, mungkin memang hanya orang-orang khusus, ruangan itu cukup renggang dari ruangan para karyawan lainnya, sendainya ada apa-apa bagaimana mereka bisa mendengar? Astaga! Lita baru menyadari sesuatu, apa keselamatannya tengah terancam? bagaimana ia begitu lugu dan mau saja dibawa kesini. Tapi apa mungkin pak Dirga orang jahat? Dia kan seorang Guru. Eh guru? Lagi-lagi hal di fikiranya semakin menguatkan dugaannya, pak Dirga seorang Guru, lalu apa yang dilakukan disini? Ruangannya seperti dihususkan, apa dia punya Kuasa disini? Atau dia bos? Lalu untuk apa dia jadi guru? Dan bagaimana jika semua orang disini sekongkol? Maka teriakannya akan tidak ada gunanya.

Sudah cukup monolog nya, ia rasa harus segera pergi dari sana, harusnya dia meminta bertemu diluar saja, bukan ditempat tertutup seperti itu, apalagi kalau berduaan, pasti yang ketiga setan kan.

Dengan sigap ia segera beranjak dari sofa yang memang terasa sangat nyaman itu, ia akui Ruangan itu sangat mempesona baginya, tapi dia harus pergi.

Ketakutan mulai memenuhi fikirannya, mata dan otak cantiknya juga mulai tidak bisa berfungsi dengan benar, hingga pintu yang sudah terpampang jelas didepan sana, ia perlu berputar-putar dulu untuk bisa menemukannya, kringat mulai membanjiri pelipisnya serta dengan nafas yang tersengal. Hingga ia seperti menabrak benda keras didepannya yang membuatnya terjungkal mundur beberapa langkah.

Ia terus mengusap jidatnya yang terasa sakit oleh benda yang belum ia sadari itu apa, hal itu juga membuatnya sedikit pusing. Menyadari apa yang telah ia tabrak seketika membuatnya kembali mundur beberapa langkah, sebelumnya ia mundur karena terdorong sesuatu, kali ini ia mundur atas kehendaknya sendiri, ia menelan salivanya berat saat melihat sosok yang dari tadi memicu ketakutannya, namun sosok itu seperti menatapnya bingung dan mendekatinya. Namun pergerakan itu semakin membuatnya melangkah mundur serta tangannya yang terus meraba apa saja yang bisa dipakai untuk membela diri.

Nafasnya semakin tersengal, serta keringat yang semakin deras membanjiri pelipisnya. Sosok itu yang ternyata pak Dirga semakin mendekat, ia menaikan satu alisnya serta tatapan yang menyiratkan kebingungan sekaligus penasaran hingga beberapa saat tersirat senyum yang sangat tipis disudut bibirnya. Ia terus mendekat mengikis jarak antara dia dan Lita hingga tiba-tiba.

Nikah yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang