(6.): "Execution of three"

721 105 8
                                    

Hai hai!!
Jangan lupa vote dan komentarnya yaww!
Love♡

Hai hai!!Jangan lupa vote dan komentarnya yaww!Love♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jum'at sore. Kebetulan hari ini Alanska harus bertemu Pak Jon. Padahal sudah ada janji juga dengan tiga rekannya. Ketika sampai rumah, Alanska disuguhkan tiga koper sedang, camilan diplastik, juga tiga dedemit yang asik menikmati kacang rebus. Sebentar lagi waktu maghrib tiba, dan pukul setengah delapan mereka harus sampai di stasiun. Letaknya sekitar lima belas menit dengan lalu lintas normal tanpa macet. Kalau macet mungkin bisa dua puluh menit sampai setengah jam. Prediksi mereka sekitar dua puluh menit sampai stasiun. Tujuan utama mereka adalah Kota Semarang.

"Pak bos baru pulang nih. Mana bawa buah tangan," sindir Altair melirik paper bag ditangan kanan Alanska.

"Gue mandi dulu, diem-diem lo di sini," kata Alanska yang diakhir kalimatnya menunjuk Altair.

Sekitar setengah jam Alanska menyelesaikan urusan bersih-bersih. Saat turun, rambut Ray, Celio, dan Altair basah. Sepertinya mereka baru saja melaksanakan salat Maghrib di mushola rumah Alanska. Ray sedang mengelap kamera sembari menguyah. Celio adu mulut dengan Altair perihal tiket.

"Yaelah, duduk di mana aja mah, yang penting sampe," serobot Celio membalas aduan Altair tentang kesalahan memilih tempat duduk. Katanya Altair tidak suka kalau harus duduk paling belakang.

"Lo nggak tau seberapa bencinya gue kalau duduk belakang," bela Altair untuk dirinya sendiri. Celio menarik tangannya yang hendak diikat oleh Altair memakai ikat pinggang.

"Lagian ya Altair monyet, si Ali pesen tiketnya bukan business class. Jadi kursinya hadap-hadapan. Lo mau kerasa paling belakang atau paling depan tetep bisa," jelas Celio benar-benar sudah gondok. Altair memanyunkan bibirnya sebal.

Alanska hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Celio dan Altair. Ia mengecek kembali koper yang sudah ditata kemarin malam agar tidak buru-buru. Jam sudah menujukkan pukul 18.40 sekarang, setengah delapan lebih lima menit kereta akan berangkat. Ketika Alanska siap memesan taksi online, Alfabet datang membawa koper sedang dan ransel yang digendong. Sontak Celio menampakkan wajah kaget.

"Bet, ngapain lo? Jangan kepedean ya. Circle kita nggak nerima bocah bau kencur," kata Celio bernada mengusir.

Alfabet menaikkan sebelah alisnya, "majapahit, gerbong 8." ia mengangkat ponsel berisi tiket yang sudah dipesan daring. Alanska menarik ponsel dari tangan adiknya. Dengan santai Alfabet menunjuk Ray yang masih setia bersama kamera kesayangan. Celio menatap Ray garang, ingin sekali menendang pantat Ray kuat sampai terpental.

Rumaisha datang membawa kebab yang baru matang. Sudah diberi wadah pada masing-masingnya. "Adek kamu pengen ikut. Biarin aja, dia nggak sering liburan." kata Rumaisha.

Alanska sudah tidak bisa menjawab lagi. Ia memesan taksi online yang muat untuk mereka semua dan barang-barang. Setelahnya Alanska membagikan kebab dari Rumaisha, mereka semua bersiap-siap menunggu penjemputan ke depan. Baru sampai pintu depan, Alen berjalan dari arah halaman belakang menenteng tas kantor dan jas. Memang baru pulang, tapi untuk apa maghrib begini ke belakang? Semuanya mencium punggung tangan Alen. Pria tiga anak itu menatap koper-koper yang dikerek pemilkinya.

Arcanum et SecretumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang