CHAT DARI FIKRI

0 0 0
                                    

Kulihat handphone yang sejak pulang sekolah tadi ku letakkan di atas meja belajar. Ada 2 pesan yang ternyata dari Talia dan Dewi. Belum sempat Aku membaca, Pamanku datang dengan membawakan obat yang usai ditebusnya.

“Kak, ini obatnya ya.” Pamanku memberikan obat dan uang kembalian pada Mamaku.

“Makasi ya nong,  cepet banget sampenya.” Heran Mama.

“Iya tebus di Apotek yang deket tadi.” Jawabnya.

“Makasi ya Paman.” Aku mengucapkan terima kasih dari depan pintu kamar.

Aku kembali lagi masuk ke kamar dan segera kubaca masing-masing pesan dari Talia dan Dewi. Aku terharu saat membaca pesan dari Dewi yang isi pesannya kata permintaan maaf. Bahagia perasaanku meski harus terjadi
kecelakaan dulu. Segera kubalas pesan dari Dewi. Sedangkan isi pesan dari Talia yaitu kekhawatirannya saat melihat Aku tertabrak saat menyebrang.

Selesai kubalas semua pesan, Aku teringat dengan Fikri yang tadi di sekolah ingin meminjam buku bahasa Inggrisku. Niat hati ingin mengirim pesan kepadanya namun apalah daya yang tidak mempunyai kontaknya.

“Oh iya kenapa ga coba minta sama Ami aja, dia kan temen dari kelas X.” Pikirku sambil mengetik dan mengirim pesan untuk Ami.

Tak lama Ami membalas pesanku dan ternyata benar Ami mempunyai kontak Fikri. Tanpa berfikir panjang Aku langsung mengirim pesan untuknya.

Fik, besok gw gak masuk. Buku bahasa Inggris udah gw titip Maria tadi, cuma tugasnya belum gw kerjain, Azalea. [Ketikku].

Sambil menunggu Fikri membalas pesan dariku, Aku pergi keluar kamar untuk makan malam. Kuletakkan handphone di atas meja belajar. Aku jarang sekali membawa handphone jika tidak urgent. Karena bagiku kebersamaan dengan orang terdekat adalah prioritas utama dibanding harus membawa handphone kemana saja Aku pergi.

Kulihat Mama yang tengah menyiapkan makan malam di atas meja makan. Biasanya Aku yang selalu membantu Mama, berhubung Aku habis kecelakaan Mama menyuruhku untuk banyak istirahat. Aku duduk di ruang tengah sambil menunggu. Walaupun di rumah ada meja makan, biasanya kami makan lesehan di ruang tengah sambil menonton tv. Meja makan hanya tempat untuk menaruh hidangan makanan.

“Cha, tolong Mama bawain makanan untuk Kakak kamu nih.” Suruh Mama pada adikku yang bernama Icha. Aku adalah anak pertama dari 3 bersaudara, Icha anak kedua dan Eros anak terakhir. Kami bertiga kakak beradik yang sangat akrab dan jarang sekali kami bertengkar.

“Iya Ma.” Jawab Icha yang sedang belajar di ruang tengah.

“Nih kak makanannya.” Icha memberikan makanan padaku.

“Makasi ya cha.” Ucapku pada Icha.

“Kamu juga makan dulu Cha baru lanjut belajar lagi.” Cetus Mama yang sedang membawa piring berisikan makanan yang mau dimakannya.

Kami melanjutkan makan malam bersama, seperti biasanya kami makan tanpa kehadiran seorang Ayah. Ayahku bekerja di laut, oleh karena itu jarang sekali beliau pulang. Ayah lebih banyak waktunya di laut dibandingkan di
darat. Tapi kami sekeluarga mengerti pekerjaan Ayah yang jarang pulang itu. Meskipun jarang pulang komunikasi tetap lancar denganku dan juga yang lainnya.

Selesainya makan malam, Mama mengingatkan aku untuk minum obat yang ditebus Pamanku tadi. Icha menyiapkan obat dan juga segelas air putih untukku. Kumasukkan 2 kapsul obat dengan disusul seteguk air putih ke dalam mulut.

Aku kembali ke kamar untuk istirahat. Kuambil handphone yang kuletakkan di atas meja belajar. Kulihat ada 1 pesan yang ternyata dari Fikri.

Oh iya Din, tugasnya biar gw kerjain sendiri. Bdw kenapa besok lu gak masuk? [Balas Fikri].

Gw abis kecelakaan tadi pulang sekolah. [Balasku].

Lah kok bisa? Ditabrak atau gimana? [Balasnya kepo].

Ya tadi gw nyebrang sambil melamun jadi ditabrak dh. [Balasku]

Ada-ada aja lagian, nyebrang kok sambil melamun. Lamunin apa sih? [Balas Fikri].

Kepo lu. [Balasku jutek].

Hhaha galak banget sist, ditabrak dimana? [Balas Fikri].

Di depan Mall Indah, tau gak? [Balasku].

Ya taulah, emang gw orang mana gatau daerah situ. Jalanan disitu kan mobil sama motornya pada kenceng-kenceng banget. [Balas Fikri].

Ya beruntunglah gw gak ditabrak mobil dari belakang. Allah masih lindungin gw. [Balasku].

Alhamdulillah ya. Udah makan belum lu? [Balas Fikri].

Aku kaget saat Fikri menanyakan hal ini.

Kaya bocah aja gw ditanya begitu. [Balasku]

Ya kan lu harus minum obat biar cepet sembuh nah sebelum minum obat kan harus makan dulu. [Balas Fikri].

Tenang aja, ada Mama gw yang selalu ngingetin soal kaya gitu. [Balasku].

Emang gw gak boleh nanya gitu doang. [Balas Fikri].

Ya aneh aja lah. [Balasku].

Galak banget sih, yauda istirahat gih. Jangan lupa sholat isya sebelum tidur. [Balas Fikri].

Tak ku balas lagi pesan dari Fikri. Aku tidak sadar karena justru aku saling berbalas pesan dengan Fikri. Dia yang terlihat sok memberi perhatian padaku, namun Aku tidak semudah itu hanyut dalam perhatian yang dia kasih. Umurku masih terlalu muda untuk mengenal dan dekat-dekat dengan laki-laki.

Aku ambil wudhu dan kulanjutkan untuk sholat isya sebelum tidur. Dalam doaku mengucap syukur Alhamdulillah karna Allah masih melindungiku dan memberikan Aku kesempatan hidup. Kulipat mukena dan sejadah, kuletakkan
dengan rapih di atas lemari bajuku.

Kurebahkan badanku ini ke tempat tidur. Badanku terasa pegal, kakiku baru terasa nyeri dan juga ngebet. Aku belum bisa memejamkan mata, seketika hawa kamar terasa panas padahal Aku sudah memakai kaos oblong
lengan pendek.

“Lea, kamu belum tidur?” Tanya Mama memasuki kamarku.

“Belum Mah, baru terasa sakit semua badan Lea.” Jawabku.

“Emang begitu kalau abis kecelakaan pasti malemnya baru terasa sakit. Mau Mama ambilin air hangat gak buat kompres kaki kamu yang masih bengkak ini.” Tawar Mama sambil memegang badan dan kakiku.

“Iya Ma boleh.”

Mama keluar untuk mengambilkan Aku air hangat. Tak sampai 5 menit Mama kembali lagi ke kamar, lap yang sudah dibasahi air hangat di tempelkan di kakiku yang luka.

“Udah terasa mendingan gak?” Tanya Mama.

“Udah Ma, makasi ya Ma.”

“Yauda Mama tinggal ya, Mama mau tidur juga. Kalau masih sakit kamu bangunin Icha aja suruh panggil Mama.” Aku dan Icha memang masih 1 kamar dan tidur berdua.

“Iya Ma, makasi ya Ma.” Ucapku.

Mama pergi meninggalkan kamarku. Aku mencoba memejamkan mata tapi belum bisa juga. Aku membayangkan kejadian hari ini yang penuh dengan rasa duka dan suka. Dari awal dengar perkataan pedas Dewi, lalu ditabrak mobil, sampai akhirnya Dewi yang mengakui kesalahannya dan minta maaf padaku. Terlebih lagi yang bikin hari menjadi lucu saat berbalas chat dengan Fikri yang sok memberi perhatian.

Mataku mulai sayu, tak lupa Aku baca doa sebelum tidur dan akhirnya Aku bisa memejamkan mata.

TAK LAGI SAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang