Nayya POV
"Astaga tuan yg waktu itu? Saya kira itu candaan, maaf karena saat itu anda tidak meninggalkan kartu nama sama sekali jadi saya kita itu hanya candaan saja" sahutku merasa tak enak.
"Saya ga pernah bercanda makanya sekarang kamu bisa disini?" Sahutnya jengkel.
"Iya pak maaf kan saya ga tau"
"Terus ini saya disini harus apa pak?" Tanyaku lagi
"Kamu perhatiin itu presentasi proposal pengajuan untuk produk baru dan kerjasama dengan perusahaan lain. Kalo kurang jelas tu liat di meja aja" jawabnya santai.
Tak merespon perkataannya akupun langsung membuka berkas di meja membaca beberspa data yg tertera juga membaca singkat presentasi yg ada di laptop. Merasa ada yg janggal akupun menandai poin tertentu dengan alat tulis yg tersedia.
Ada beberapa bagian yg menurutku janggal mungkin karena masih kurang ilmu serta informasi yg kumiliki tentang perusahaan juga managemen perusahaan ini jadi aku putuskan untuk mencari di google. Tau kan istilah malu bertanya sesat di jalan? Nah kalo ga mau tersesat tapi tetap malu maka tanyalah pada mbah google.
Google menjabarkan banyak informasi yg tak di jabarkan di data dan proposal mereka, aku mengolah data yg yg baru dengan mengambil poin penting dari potensi serta presentase ketertarikan pasar terhadap produk baru yg akan di luncurkan lalu kekurang dan kelebihan dari produk ku komper untul menciptakan ide baru agar produk tersebut dapat laris dipasaran saat di luncurkan nanti.
Bahan baku yg mereka gunakan memang berkualitas baik tapi packaging yg di gunakan kurang sesuai untuk produk mereka.
Terakhir yg paling sulit yakni proposal pengajuan kerjasama untuk bisnis baru berupa travel ku kira kemarin ia hanya tertarik saja tak benar-benar serius akan membeli travel yg akan bangkrut itu.
Ya kemarin ia bertanya adakah travel yg akan di jual dan aku yg tau kabar bahwa salah satu travel petinggi asosiasi ada yg terlilit hutang dan ada niatan untuk di jual. Dan benar di beli olehnya. Proposal ini di tujukan untuk travel yg di kelola oleh ketua asosiasi yakni travel terbesar saat ini.
Asgata akupun baru tersadar, tadi aku di culik saat sedang jalan menuju kantor. Lalu pekerjaanku di asosiasi bagaimana? Oh astaga melupakan hal terpenting, bahkan handphone pun lupa ku periksa.
Dengan panik aku membuka tas dan mengeluarkan handphone mengecek panggilan serta chat grup. Ternyata benar mereka mencariku, memasang wajah bingung dan berdecak kesal karna keadaan saat ini.
"Kenapa?" Tanyanya menyadarkanku masih ada orang di sampingku.
"Mmm ini tuan kan saya masih magang di kantor asosiasi, terus ini kalo saya ga masuk kerja disana nanti saya kena masalah, boleh saya balik ke kantor saya sekarang? Nanti pekerjaan yg tuan suruh saya kerjakan di kantor saya" pintaku takut-takut.
"Kamu lagi nego sama saya? Berani banget" sahutnya tak suka.
"Sekarang kamu kerja disini selesai ini tanda tangan kontrak kerja, yg disana saya yg urus kamu cukup kerja sama saya aja" lanjutnya penuh penekanan.
"Tapi tuan saya belum punya pengalaman untuk kerja disini terlalu berlebihan buat saya, saya juga belum lulus kuliah saat ini jadi cuma bisa ngandalin ijazah SMA" jawabku tak enak.
Belum sempat memperoleh respon jhon masuk keruangan menyampaikan pesan dan tuan andre pun pergi meninggalkan ruangan begitu saja.
Aku melanjutkan pekerjaanku dengan perasaan tak tenang karena bingung menjelaskan pada rekan kantor nantinya serta bingung bagaimana cara menolak tawaran tuan andre tadi.
Terlarut dengan pekerjaan sambil terus memfokuskan pendengaran untuk mendengar presentadi di depan karena aku hanya dapat menunduk saat ini banyak mata yg memandangku dengan tajamnya membuatku bergidik ngeri.
Pitu ruang rapat kembali terbuka lebar memunculkan seorang wanita lansia yg terlihat masih segar dengan wajahnya yg masih nampak cantik menggunakan riasan serta tatanan rambut elegannya.
Semua orang berdiri lantas akupun ikut berdiri dengan canggungnya karena saat ini lansia itu menampilkan wajah bingung dengan kehadiranku.
Buru-buru jhon mengampirinya dan membisikkan sesuatu, setelahnya wajahnya langsung sumringah dah menghampiriku, aku masih terdiam di tempat hingga seorang wanita dewasa dari arah belakangku dengan sengaja menubrukku untuk mengampiri lansia tadi yg sepertinya nyonya besar disini.
Aku masih tersentak kaget karena tubrukkan tadi hanya diam, untung saja ga sampai jatuh, kalo sampe jah pasti malu banget. Masih melamun memikirkan bagaimana cara keluar dari situasi yg diluar kuasaku ini hingga sapaan lansia tadi menyadarkanku.
"Siapa ini? Ada wajah baru yg menyegarkan ruang rapat yg membosankan ini" katanya dengan senyum tak luntur dengan jhon di belakangnya.
"Nyonya ini nona Nayyana pegawai baru yg di minta tuan andreas untuk membantu peluncuran produk baru serta pengajuan kerjasama dengan perusahaan lain"
"Nona perkenalkan diri anda pada nyonya Widya Tyas Abyantara nenek dari tuan andreas sendiri" tutur jhon dengan formalnya.
"Maaf tidak mengenali anda nyonya, anda terlihat lebih muda dari kabar yg beredar. Perkenalkan saya Nayyana Meriane nyonya"
"Ah kamu bisa aja, manis banget sih kamu bikin gemes" ucap nyonya sambil mencubit pipi kiriku, kutanggapi dengan kekehan canggung.
"Nyonya silahkan" jhon mengarahkan nyonya besar pada kursi tuan andreas.
"Kalian bisa duduk dan lanjutkan kembali rapatnya" tanya nyonya dengan tegasnya.
"Kamu juga duduklah Nayya" lanjutnya kujawab anggukan dan mendudukkan diri disampingnua.
Ini lebih canggung dari sebelumnya, aku mencoba mengalihkan perhatian pada berkas dan pekerjaanku namun ini lebih sulit karena sedari tadi nyonya widya menatapku, aku berinisiatif bertanya padanya.
"Ada yg bisa saya bantu nyonya?" Tanyaku.
"Tidak ada, dan jangan panggil nyonya panggil nenek saja atau oma juga boleh" sahutnya semangat.
"Sepertinya itu kurang sopan nyonya" tolakku halus.
"Aku yg memintamu jadi itu sopan, kalau kau menolak baru tak sopan nayya" sahutnya tak suka.
"Mmm baiklah nyo, ah maksudku nenek" aku dengan tersenyum kakunya.
"Jadi apa yg kau lakukan disini?" Tanya nenek penasaran melirik laptop di hadapanku.
"Tak banyak nek aku hanya menyusun kembali ini saja, tadi tuan memintaku" sambil menggeser laptop agar nenek dapat melihatnya dengan mudah.
"Astaga sebanyak ini kau kerjakan sendiri? Berapa lama kau disini? Apa tidak bosan mendengarkan mereka bicara omong kosong?" Tanya nenek dengan sindirian di akhirnya.
"Aa itu iya dan sepertinya sudah satu jam saya disini. Tidak juga ini cukup menarik" kataku sambil menunjukkan data yg telah tersusun rapi.
"Sudah letakkan itu dan ikut nenek berkeliling, ayo" nenek langsung menarik tanganku keluar ruangan.
"Jhon tolong rapikan meja nayya, aku akan berkelilinh" perimtah nenek pada jhon yg beridir di depan pintu.
Nenek mengajakku naik kelantai atas untuk mengunjungi tim perencanaan dan pengembangan lalu ke tim trategi dan marketing lalu terakhir keruang presdir awalnya aku menolak karena merasa tak sopan orang luar malah masuk tempat yg begitu sensitif namun nenek bersikeras ingin menyapa cucunya itu.
Ini mau di bawa kemana lagi 😭 pengen pulang aja-nayya
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You (END)
Short StoryKata yg tak pernah di ucapkannya untuk sebuah syukur Kata yg hanya di ucapkannya untuk formalitas semata Terimakasih Nayya Sep-2021