Last

0 0 0
                                    

Andreas POV

Setelah semalaman aku tak bisa tidur bukan karena pekerjaan yg menumpuk bagaikan gunung itu, namun karena rasa bersalah yg terlampau besar di lubuk hatiku.

Perasaan yg belum pernah aku rasakan sebelumnya, rasa risau, gelisah, takut ya sara takut kehilangan yg menyeruak begitu sulit untuk di kendalikan.

Tak dapat ku bayangkan bila ia tak selamat, atau bila nenek yg menimpanya, sungguh itu sangat mengerikan.

Aku yg hingga pertemuan terakhir kami hanua menyisakan perasaan canggung namun terus teringat tentangnya, dengan diam-diam aku terus memeperhatikannya.

Namun kejadian semalam membuatku menyadari sesuatu, rasa yg mungkin tak pernah ku miliki sebelumnya.

Rasa tak karuan itu sedikit berkurang ketika aku melihatnya masih bernafas, aku yg berkali-kali memastikan itu tetap tak merasa tenang.

Hingga ia mulai merintih dalam tidurnya dengan nafas terenggah, membuatku cukup terkejut dan memutuskan menghampirinya.

"Nayya!" panggilku sambil menepuk pipinya

"Nay!"

"Nayya!"

"Jangan buat aku takut nay!"

"Nayya!"

"Nay!"

Akhirnya kedua mata itu perlahan terbuka dengan nafasnya yg terengah, saat itu juga rasa bahagia serta syukur ku panjatkan.

Terimakasih tuhan

———————————————————

Nayya POV

"Sekarang jam berapa?" Aku bersuara.

"Jam 10 malam, berarti tepat 24jam kamu tidur" jawabnya setelah mengecek jam tangannya.

"Kamu perlu sesuatu? Ayo minum dulu" ia bertanya lalu membantuku duduk untuk minum.

"Akh" ringisku merasakan sakit di bagian perut.

"Pelan-pelan" dengan telaten membantuku.

"Termakasih" ujarku setelah selesai minum.

"Nenek dimana?" Tanyaku.

"Akanku panggilkan" ia langsung beranjak.

"Kalau sudah tidur jangan" ia berhenti dan kembali memandangku.

"Aku mengerti, sebentar biarku periksa dulu"

Clek suara pintu tertutup lalu dia benar-benar pergi dari ruangan ini.

Aku memandang sekelilingku, namun terasa aneh, ruangan ini lebih besar sari yg sebelumnya juga jelas dengan nuasa yg berbeda, kamar sebelumnya yg aku gunakan di dominasi dengan warna soft sedangkan kamar ini lebih seperti monokrom.

Di dalam kamar juga ada meja kerja, sepertinya tuan sedang bekerja di lihat dari banyaknya dokumen yg ada di sana serta komputer yg menyala, jelas ia sedanh bekerja.

Clek pintu kembali terbuka menampilkan tuan seorang diri namun membawa sebuah nampan di tangannya, sepertinya nenek sudah tidur -pikirku.

"Nenek sudah tidur, sebaiknya makan dulu setelahnya minum obat" jelasnya sambil berjalan mendekat padaku.

"Hmm baiklah" ujarku sambil menjulurkan tangan meminta mangkuk makanan.

"Biar aku aja, ga liat itu tangan di perban semua?" Sindirnya remeh.

"Lah udah ky mumi aja di perban semua" ujarku saat melihat kedua tangan yg terbalut perban.

"Ya lagi siapa yg pegang pisaunya?" satkasnya seraya menyodorkan sendok penuh bubur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Thank You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang