4| Dia Ada

7 4 0
                                    

Jangan lupa VOMENT!

Selamat membaca🤍
.
.
.

Seluruh siswa SMA Cempaka berhamburan seusai upacara bendera. Gweny berlari membelah kerumunan guna menghampiri Seira.

"SEIRAAAA!!!!!" pekiknya yang sukses membuat Seira menoleh ke arahnya. Bukan hanya Seira, Bara dan beberapa siswa juga menoleh kearahnya.

Gweny, teman cewek terdekat Seira di sekolah itu langsung merangkul Seira yang masih sedikit terkejut dengan kedatangan Gweny nya yang cukup heboh.

"Ra.. lo mesti tanggungjawab!" tuntut Gweny. Bara yang berjalan di belakang mereka pun memasang telinga dengan baik, guna mendengar sayup-sayup percakapan.

"Ha? Tanggungjawab apa?" tanya Seira tidak mengerti.

"Cerita tadi malam belum selesai! Lo udah matiin telepon aja.."

Seira tertawa. "Ya maaf, pas kita teleponan tadi malam, mbok Eli masuk ke kamar gue. Lo kan tau sendiri, mbok Weli itu punya mesin copy-paste yang keren di tubuh dia. Apa yang si mbok dengar, pasti bisa diulang lagi kalimatnya sama si mbok. Kan serem juga ya kalau si mbok ngasih tau ke mama papa. Gue belum siap!"

"Yahhh.. tapikan gue jadi penasaran sama kelanjutan cerita lo. Jadi gimana sih?" Gweny pun mendekatkan wajahnya tepat di telinga Seira. "Lo beneran udah jadian sama cowok toko buku?"

Mendengar pertanyaan itu, perlahan kedua pipi Seira pun memerah. Sembari menahan senyumnya, Seira lantas mengangguk.

"Serius lo?! Gila! Keren juga tuh cowok bisa naklukin lo."

"Jangan percaya kalau nggak ada bukti. Seira tukang bohong." Tiba-tiba, Bara yang sejak tadi menguping di belakang mereka pun berjalan memisah rangkulan Seira dan Gweny.

"Eh enak aja! Ngapain juga gue bohong!"

"Emang!!" tutur Bara sembari duduk di kursinya ketika mereka sudah sampai di kelas.

Seira pun berdiri di depan meja Bara. "Oke!"

"Oke apa?"

"Gue buktiin! Itukan ya lo mau?" Kemudian dia meraih ponselnya. "Kenapa sih dari kemaren-kemaren nggak pernah percaya sama kisah percintaan gue? Harusnya disupport dong!" imbuhnya lagi sembari menekan layar ponselnya.

Senyum Seira lantas terkulum saat membaca kontak bernama 'Rahsya'. Dia lalu menghubunginya. Gweny dan Bara dengan serius menunggu jawaban dari sang penerima yang mereka tidak ketahui wujud dan namanya.

Sayangnya, senyum Seira yang teramat lebar itu perlahan pupus. "Apa jangan-jangan dia masih sibuk ngurusin kepindahannya, ya?" tanya nya pada diri sendiri.

Tawa Bara sukses mengudara. Terdengar cukup singkat, karena ia menghentikannya dengan cepat saat Seira menyalang ke arahnya. Dan secepatnya pula Gweny menepuk bahu Seira.

"Udah, nggak apa-apa Ra. Tanpa dibuktiin gue udah percaya kok sama lo. Emang nih si Bara suka cari masalah."

Beruntungnya, seorang guru masuk ke dalam kelas, dan pelajaran pun segera dimulai, sehingga mereka menyudahi perdebatan itu.

****

Minggu ini adalah minggu tersibuk sebelum SMA Cempaka dihadapi ujian kenaikan kelas. Terlihat dari kegiatan Seira, Bara dan beberapa teman sekelas mereka yang hampir setiap pulang sekolah mencari tempat ternyaman untuk belajar kelompok.

Sebenarnya tidak semua yang berteman dengan Seira dan Bara adalah murid yang sama pintarnya seperti mereka, atau masuk ke dalam sepuluh besar. Contohnya saja Jifran, dia pelanggan setia ranking 23, tapi cukup dekat dengan Bara saat di kelas. Jifran sendiri mau-mau saja jika Bara mengajaknya untuk belajar bersama.

Teruntuk SeiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang