1🍭

6 8 15
                                    

Bulu mata lentik nan panjang itu bergetar lembut saat seorang gadis membuka matanya secara perlahan.

Hazel mata yang bewarna coklat keemasan madu tersebut nampak menawan dan teduh saat di pandang.

Lalu hazel keemasan tersebut melirik kearah nakas di samping tempat tidur nya guna melihat jam.

Tak mau berlama lama dalam selimut ahirnya dia bangkit dan melangkahkan kaki jenjang nya kekamar mandi.

Setelah selesai mandi dia bergegas keluar kamar dengan seragam yang terpasang manis di badannya.

Saat menuruni tangga langkahnya terhenti akibat mendengar suara gelak tawa yang begitu hangat dan bahagia, seketika rasa sesak lansung menyelimuti hatinya. Ingin rasanya ia berada ditengah tawa yang hangat nan bahagia tersebut, namun sayangnya takdir belum mengizinkannya.

Menghela nafas pelan lalu kembali melanjutkan langkahnya menuruni tangga. Ingin sekali kakinya melangkah ke arah meja makan untuk bergabung dengan yang lain, tapi apakah itu mungkin terjadi untuknya?

Ah lupakan saja, cukup melihat canda dan tawa keluarganya saja sudah sangat cukup baginya.

"Bi bekal nya lifa sudah siap?" suara halus nanti lembut tersebut keluar dari bibir tipis pink alami tersebut sambil memberikan senyuman hangat pada wanita paruh baya dihadapannya.

"Sudah non, sudah bibi siapkan sandwich kesukaan non lifa jangan lupa dimakan ya non" ucap nya seraya memberikan sekotak bekal pada gadis cantik dihadapannya

Bibirnya kembali terukir senyum saat menerima kotak bekal dan diiringi anggukan.

"Lifa berangkat dulu ya bik. Assalamu'alaikum" ucapnya sambil mencium tangan yang sudah mulai keriput tersebut.

"Waalaikum salam"

Bi asih menatap sendu punggung ringkih gadis cantik tersebut. Betapa ia sangat tau bagaimana rasanya terabaikan oleh keluarganya, tak ada satupun diantara keluarganya yang mau memperhatikan gadis tersebut. Entah salah apa yang gadis itu lakukan hingga ia dilupakan oleh keluarganya sendiri. Entah lah ia sangat tidak mengerti akan hal tersebut, sedari kecil mereka sudah mengabaikan lifa dan hanya fokus pada kembarannya lia.

Ya. Lifa memiliki kembaran bernama Alia Putri Demorgantza Elfatih yang kerap disapa lia.

🍭🍭🍭

Alifa Assyakkil, sungguh nama yang indah bukan? Tentu saja selain nama, parasnya juga sama cantik. Tapi sayang seribu sayang kenapa nasibnya tak secantik nama dan parasnya?.

Ia terduduk termenung memikirkan kenapa dirinya selalu di asingkan dalam keluarganya sendiri. Apa salahnya? Kenapa mereka mengacuhkannya?

KELUARGA???. Pantaskah ia sebut itu sebagai sebuah keluarga? Bahkan nama lengkap saja tak tersemat kan nama keluarganya yaitu Demorgantza Elfatih. Lagi lagi ia hanya bisa tertawa miris membayangkan nasibnya itu. 17 tahun sudah ia mengalami kesepian di antara keramaian. Dia ada tapi tak dianggap sama sekali oleh keluarganya.

Ingin sekali rasanya ia dia dianggap dan diakui oleh mereka. Ia ingin seperti kembaran nya Alia Putri Demorgantza Elfatih yang selalu dianggap, disayang dan dicintai banyak orang. Ia ingin itu semua tapi kenapa rasanya sangat sulit. Ia ingin kebahagian dalam hidup. Tapi adakah bahagia itu dalam garis takdirnya?

Seringkali ia menertawakan  nasib  yang tak menentu tersebut. Benar benar miris, apa gunanya hidup tapi tak diakui. Bahkan tak jarang juga ia ingin pergi dari dunia ini, tapi kenapa dalam hati kecilnya ia tak rela hengkang dari dunia ini. Hatinya terus berteriak bahwa ia tidak boleh pergi sebelum merasakan bagaimana bentuk dari bahagia tersebut.

Andai saja keluarganya menyanyangi nya, andai saja keluarganya mengakuinya, andai saja keluarganya mencintai nya, andai saja keluarganya menganggap nya, pasti ia sudah lama merasakan apa yang namanya itu bahagia.

Setetes air mata mulai turun membasahi pipi chubby tersebut, diikuti oleh tetesan lainnya. Mengusap pelan tetesan tersebut lalu tersenyum hampa, semua nya hanya lah andaian saja. Bahkan ia sudah hidup selama ini dilingkaran yang sama tapi tetap saja dirinya tak di akui, di sayang, dicintai bahkan dianggap. Miris memang sangat miris. Bolehkah dia marah pada takdir yang seakan memposisikan kan nya pada posisi ada tapi tak dianggap?

Tapi dia bisa apa, mau semarah apapun dia pada takdir juga tak akan mengubah kenyataan kalau dia memang tak pernah dianggap oleh keluarganya sendiri.

Kringgggggggggggggggg

Bunyi bel pertanda sekolah telah bubar menyentak lifa dari lamunnnya. Buru buru ia menghapus air mata nya dan bergegas menuju kelas guna mengambil tas dan berlalu untuk pulang. Memang sedari jam terahir merupakan jamkos jadi lifa memilih menyendiri di taman belakang sekolahnya.

Sesampainya lifa di kelas, kelas sudah sepi karna semua teman sekelasnya sudah lebih dulu ngacir keluar saat mendengar dering bell berbunyi.

Melangkah kan kakinya pelan menuju bangku tempat ia duduk lalu membereskan nya dan bergegas keluar dari sana.

🍭🍭🍭

Ting....

Bunyi bell dipintu pertanda ada pelanggan yang masuk. Kaki jenjang lifa melangkah memasuki ramainya keadaan coffe tersebut lalu mencari meja kosong. Ia memesan satu cake tiramisu kesukaannya dan lemon tea sebagai minumannya. Lantas memandang keluar jendela dan memandangi lalu lalang kendaraan yang lewat.

Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 tapi lifa masih betah duduk sambil memandangi jalan yang semakin padat. Seragam masih melekat indah di tubuhnya. Ya. Ia belum pulang sama sekali ke rumah, ia terlalu malas untuk pulang karna ia merasa seperti orang asing di rumahnya sendiri.

Disinilah selalu lifa menghabiskan waktu sepulang sekolahnya dan akan pulang saat jam sudah menunjukkan pukul 16.05 tepat.























Holla guysss gimana ceritanya?. Kalau kurang dapat fellnya maaf ya karna authornya masih kurang pro.

Jangan lupa tinggalin jejak berupa vote and komentar nya ya teman teman 😊




DESTRUIDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang