Anak Genderuwo 2

401 27 17
                                    

Cerita ini telah diupload di lapakku Valent C di Dreame atau Innovel. Boleh mampir kesana kalau mau versi yang lebih lengkap. Ada di cerita PENGANTIN SANG GENDERUWO mulai chapter 46 keatas.

Berhubung sudah diupload di Dreame atau Innovel, maka sebagian cerita ini akan dihapus sehari setelah tayang. Pastikan kalian membacanya dengan cepat setelah diupload

HEPI reading.

❤️❤️❤️

Satrya menahan senyumnya melihat tingkah Jamilah yang bergaya sok anggun bak nyonya bangsawan namun terkesan konyol.

"Jadi Sat, kamu kok tahu toh aku ada disini?" tanya Jamilah sembari mengipas-ngipas wajahnya dengan kipas bulu berwarna pink norak. Dadanya mantul-mantul saat melakukannya, sungguh membakar hasrat lelaki yang melihatnya.

Satrya membuang pandangannya kearah lain dengan wajah merona. Setelahnya dia terus menunduk, tak berani bertatapan muka langsung dengan Jamilah, khawatir tatapannya tersesat ke sepasang gunung kembar yang bergerak mengaiirahkan itu.

"Sat ... halo, kok diem toh? Moso ganteng-ganteng budek (* tuli)? For your info, Sat. Adanya itu film Ganteng-Ganteng Serigala." cetus Jamilah gemas, lantas dia mendekat dan berbisik di dekat telinga Satrya dengan cengiran usil, "tapi kamu ganteng-ganteng genderuwo toh."

Nafas Satrya tercekat. Bukan hanya karena Jamilah menyingung identitasnya yang rawan, namun juga karena dari jarak sedekat ini dia bisa melihat bulatan montok payudaraa Jamilah yang mengintip dari belahan gaunnya yang rendah. Satrya menelan ludah kelu. Dia bertemu dengan Yu Gemi yang baru selesai berbelanja, dan inang pengasuhnya yang montok itu menceritakan tentang Jamilah yang baru kembali ke desa. Satrya tak dapat menahan kerinduannya dan bergegas kemari. Ternyata yang ditemuinya disini bukan gadis polos yang pemberani lagi ... tapi wanita jallang berpakaian minim. Sungguh menggoda dan membikin rusuh dirinya!

"Mbakyu, bisa mundur sedikit?" pinta Satrya sembari mengusap peluh di dahinya.

"Kamu kenapa toh? Sakit?" tanya Jamilah bingung.

Tangan Jamilah memegang kening Satrya. Normal kok, hanya sedikit panas.

"Ndak panas, tapi kamu berkeringat, Sat. Masuk angin toh?"

Satrya merebut kipas bulu milik Jamilah lalu mengipasi wajahnya yang merah padam, dia butuh didinginkan supaya akal sehatnya kembali. Tapi memang makhluk Tuhan paling seksii yang duduk merapat padanya sungguh tak tahu diri.

"Ya Allah, wajahmu merah, Sat! Sini aku bantu kipas!" Dengan seronoknya Jamilah merebut kembali dan memakainya untuk mengipasi Satryo. Sekuat tenaga dia meggoyang kipas centil itu hingga melon kembarnya berguncang heboh. Mata Satrya mendelik menyaksikannya.

"M-mbakyu, saya kerjakan sendiri," ujar Satrya kikuk. Dia berusaha menarik kipas bulu Jamilah namun gadis itu menahannya.

"Wes lah, Sat. Sama aku, buat apa sungkan? Aku saja yang mengipasi!"

Satrya jadi serba salah, dia tak dapat menolak Jamilah yang suka memaksakan kehendaknya pada orang. Namun merasakan tubuh semok Jamilah yang menempel padanya membuat sesuatu di bagian bawah tubuhnya bereaksi. Si jagur yang biasa hanya bangun di pagi hari sampai dia berusia duapuluh tahun, kini menggeliat di siang hari. Satrya panik. Lebih baik dia pulang sekarang juga untuk menenangkan dedeknya.

"Maaf, Mbak. Saya kembali dulu. Sudah janji sama Ibu akan membantunya memanen mangga," ucap Satrya beralasan.

Mendadak wajah Jamilah berubah sayu. Dia tersenyum mengingat ibu asuhnya yang cantik dan baik hati.

"Sat, sampaikan salamku pada Ibu. Bilang aku kangen, nanti kapan-kapan aku akan menemuinya. Ohya satu hal lagi, jangan bilang Bapak Gege aku kembali ke desa. Aku ndak mau ketemu wong sadis iku!"

42. Anak Genderuwo (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang