Anak Genderuwo 3

289 25 19
                                    

Cerita ini telah diupload di lapakku Valent C di Dreame atau Innovel. Boleh mampir kesana kalau mau versi yang lebih lengkap.  Ada di cerita PENGANTIN SANG GENDERUWO mulai chapter 46 keatas.

Berhubung sudah diupload di Dreame atau Innovel, maka sebagian cerita ini akan dihapus sehari setelah tayang.  Pastikan kalian membacanya dengan cepat setelah diupload

HEPI reading.

❤️❤️❤️

Leo Totok Tinular menyambut kedatangan Johny Gimbal dengan gegap gempita.  Dia memeluk lelaki ganteng itu dengan wajah sumringah.

“Welcome, My Goldie Boy,” sambut Leo dengan senyum lebar yang hampir memenuhi seluruh wajahnya.  Senyumnya surut saat melihat bekas tamparan di pipi Johny.  Bibirnya mendecak geram.

“OMG!  Siapa yang lancang membogem cowok berlianku?” Leo memegang dagu Johny, menolehkan kesana-kemari untuk memeriksa apakah ada memar yang lain.  Johny mirip korban kekerasan rumah tangga, membuat Leo prihatin.  Barbar sekali pasangan cowok ini.

Johny berdiri kaku dengan raut wajah masam.  Walau dia messum, tapi dia tak suka disentuh sesama jenisnya.  Dalam kamusnya tak ada jeruk makan jeruk.  Johny mengurai pelukan Leo dan mundur selangkah.

“Mr Leo, no jeruk makan jeruk!” tegur Johny sembari menggoyangkan telunjuknya.

Wajah bulat Leo memerah menyadari arti teguran Johny.  “I see, Johny.  Saya hanya menyayangkan kekerasan yang menimpa kamu saat menjadi tamu kami.  Apa kamu ingin membalasnya?  Saya bisa mengusahakan, kalau dia lelaki kita bisa kebiri.  Kalau perempuan ....”

“Saya tiduri!” sahut Johny memotong cepat dengan seringai messum di wajah tampannya.

“Exactly!” Mr Leo menyetujuinya spontan.

Johny melirik culas pada Rudy Gempal, sohibnya yang pendiam kalau gak nyinyir.  “Rud, kamu jadi saksi.  Mr Leo mengijinkan saya untuk menidurinya.”

Mr Leo mengerutkan kening heran.  Mengapa dia merasa dijebak?

“Tunggu, tunggu ... jangan bilang saya tahu siapa orangnya?”

“Tentu saja Anda tahu karena dia adalah ....” 

Johny Gimbal berhenti sejenak saat Jamilah yang belum menyadari kehadirannya masuk ke dalam mess sambil memaki-maki geram.

“Sial!  Dasar bule messum!  Bedebah Gimbal!  Enak saja main nyeruduk pantat orang.  Emang aku kebo, apa?  Awas kalau ketemu, mau ta sunat habis perkutut bule itu!  Biar ndak bisa main-main sama ....”

Jamilah berhenti begitu menyadari keberadaan beberapa lelaki yang menatapnya dengan berbagai ekspresi.  Ada yang bingung, ada yang acuh, ada manik biru yang memandangnya penuh hasrat.    

Jamilah melotot pada makhluk tak bermoral di hadapannya.  Ingin sekali dia menjambak rambut gimbal pirang yang membuatnya kesal itu.

“Mila, siapa yang membuatmu kesal?” tanya Leo ingin tahu.

“Seseorang messum dan paling durjana di dunia!” jawab Jamilah gusar.

“Tunggu, tunggu ....”  Leo memandang bergantian pada Johny dan Jamilah.  “Kalian ... pernah bertemu?” tanyanya penasaran.

“Ndak mau!” bantah Jamilah sebal.

“Tentu saja.”  Johny mengakuinya segera.

“Yang benar siapa?”  Leo garuk-garuk kepala.  Tapi otak bisnisnya telah mempertimbangkan dengan baik, tentu dia mendukung seseorang yang menguntungkan baginya.

“Milah, kamu harus jujur.  Apa orang yang kamu maksud orang messum itu ... dia?” Leo menunjuk pada Johny.
Yang ditunjuk justru bangga disebut sebagai cowok messum.  Johny cengar-cengir mirip orang mabuk kepayang. 

“Kita bertemu lagi Seksiii ...,” sapa Johny dengan manik birunya yang berbinar cerah.

“Bedebaaah busuk!” maki Jamilah geram.  Dia berniat menampar Johny lagi, namun kali ini Johny tak membiarkannya.  Dia menahan tangan Jamilah, lantas menariknya kuat hingga tubuh Jamilah tersentak masuk ke dalam pelukannya.

Nyuuut!

Melom kembar Jamilah otomatis menekan daada bidang Johny.  Cowok messum itu menikmatinya dengan sepuas hati.  Sengaja dia menempel serapat mungkin, terus menggesek-gesek dadanya ke bukit kembar menggiurkan itu.  Mata Jamilah mendelik menyadari pelecehan yang dialaminya, kedua kalinya dari cowok kurang ajar yang sama! 

Hiaaat!

Jamilah menendang selakangann Johny sekeras mungkin.  Pemuda nakal itu meloncat kaget. lalu terhuyung jatuh ... dengan liciknya dia menyeret Jamilah bersamanya.  Mereka berdua terjatuh dengan keadaan Johny Gimbal menindih Jamilah.

“Lepaskan!  Bedebaaah Gimbal!” teriak Jamilah kesal.

“No way.  Si gentong itu sudah menghadiahkanmu pada saya,” bisik Johny dengan senyum licik terlukis di wajah tampannya.
Lagaknya sih berbisik, namun suaranya cukup santer terdengar kemana-mana.  Leo yang mendengar namanya disebut sontak ternganga lebar.  Dia menunjuk dirinya sendiri.

“Aku?  Kapan aku menyodorkan Jamilah ...?  Tunggu, tunggu!  Apa yang menampar pipi ....”  Leo menunjuk pipi Johny yang memar berbentuk tangan.  “Adalah ...,” lanjut Leo sembari menunjuk Jamilah.
Kali ini kedua orang yang bertikai di depannya sepakat mengakuinya.

“Ya!” sahut Jamilah.

“Benar!”  Johny menjawab bersamaan.

Mereka lantas saling menatap, yang satu dengan sengit ... yang lain dengan cengiran tengil.  Dan ...

Cup!

Johny memanfaatkan kesempatan itu dengan mengecup bibir Jamilah.  Gadis itu semakin meradang.  Dia bergerak cepat, menggigit bibir Johny dengan gemas.  Bukannya mengaduh, Johny justru balas memagutnya kasar.  Seharusnya Jamilah memberontak, tapi dia malah tertegun. 

Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Johny sebaik mungkin.  Dia terus mencumbu gadis yang ditindihnya.  Jamilah tak mengerti, kulitnya meremang ... ada gelenyar yang tak dimengertinya.  Walau dia sering bercumbu dengan lawan mainnya, namun semua terasa hambar.  Dia melakukannya dengan ahli, tapi tak menimbulkan respon apapun di tubuhnya kecuali rasa muak yang mati-matian dilawannya dengan menampilkan wajah bergairah dan desahan yang terdengar menjijikkan di telinganya. 

Tidak!  Ini tak boleh diteruskan.  Gila!  Jamilah mendorong tubuh Johny yang masih bertengger di tubuhnya saking PW-nya.  Tangannya yang mendorong Johny justru dimanfaatkan oleh pemuda messum itu untuk memeluk pinggangnya.  Jamilah jadi tak berdaya.  Kedua tangannya terhimpit tubuh Johny, kakinya dijepit kaki Johny.  Dia berusaha meronta ketika pemuda sinting itu menggesek tubuhnya hingga dia merasakan sesuatu yang keras dan tumpul menekan perutnya. 

DIHAPUSSS..

Jamilah berniat menghampiri Satrya, namun suara keras dari plafon mengalihkan perhatiannya.  Dia mendongak dan terpana seketika. 

Ya Allah, apa yang terjadi?
 
==== >(*~*)< ====
 
Bersambung

42. Anak Genderuwo (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang