Anak Genderuwo 56 (Tamat)

70 6 0
                                    

Chapter sebelumnya telah ditarik.

Baca selengkapnya di akunku Valent C di Dreame atau Innovel.

atau di Karyakarsa.

Buruan dibaca ya besok saya hapus.

HEPI reading.

❤️🌸❤️🌸❤️🌸❤️
.

Janur tengah mengikir kuku kakinya ketika Sumi mendekati genderuwo cantik nan gemulai itu.

“Dia belum meninggal toh?”
Janur tahu siapa yang dimaksud ‘dia’ oleh nyonya majikannya.  Namun Janur tak bisa menjawabnya sekarang.

“Nyonya telah melihat sendiri,” sahut Janur ambigu.

“Saya ndak mengerti yang saya lihat.”

Mata Sumi berkaca-kaca,  dia tak sanggup mengartikan apa yang dilihatnya.  Sumi tak mau mengakui suaminya telah meninggal.  Tidak!  Gege-nya tak mungkin meninggal semudah itu!

“Nyonya akan mengerti.  Ndak lama lagi.”

Airmata Sumi menetes karena membayangkan sesuatu yang tak diinginkannya.  Dia tak akan melihat mayat siapapun yang dibawa Janur padanya!

“Ohya Nyonya … ada surat wasiat yang diminta Tuan harus segera dilaksanakan,” cetus Janur tiba-tiba.

Mata Sumi berbinar mendengarnya.  “Apa dia baru saja menyampaikan?”  Kalau iya, berarti Gege masih hidup!

“Baru saja?  Mana mungkin!  Tuan memberikan pada saya sebelum kejadian … itu.”

Bahu Sumi menjadi lunglai.  Dengan lesu dia membuka surat wasiat yang diserahkan Janur padanya.  Hanya ada satu kalimat tertulis disana.
Nikahkan Johny dua hari lagi, tanggal 13, malam Jumat suro.
.
Mendadak Sumi terpikir akan satu hal.  Apakah Gege akan muncul saat putranya menikah?  Benar atau tidak Sumi harus melaksanakan wasiat itu!

***

Pernikahan Johny dan Jamilah lebih mirip pesta rakyat.  Hampir semua penduduk desa berduyun-duyun datang menghadirinya.  Berbagai pertunjukan rakyat dipersembahkan untuk menghibur para undangan.  Ada musik orkestra, wayang golek, tari jaipongan, maupun dangdutan.   Semua yang menyaksikan tampak takjub dan gembira.   Justru sang tuan rumah tak terlalu sumringah, wajah mereka sendu sekaligus bahagia. 
Seandainya saja dia ada disini ….

“Mbal, seharusnya kita ndak menikah saat Bunda berduka begini,” bisik Jamilah sembari melirik Sumi dengan tatapan trenyuh.

“Bunda yang mendesak, katanya ini wasiat dari Bapak.  Kita ndak bisa berbuat apapun toh?” sahut Johny prihatin.
Mereka menatap prihatin pada Sumi yang tatapannya terus tertuju ke pintu luar.  Tak lama kemudian Sumi menghampiri anak dan menantunya.

“Mengapa bapak kalian belum datang juga toh?” keluh Sumi tak sabar.

Johny dan Jamilah saling bertatapan prihatin.  Mereka mengira ibunya telah kehilangan akal sehat karena terlalu depresi sepeninggal ayahnya. 

“Sepertinya Bunda terlalu capai, mengapa Bunda tidak istirahat di dalam kamar?” usul Johny lembut.

Sumi menggeleng kuat.  “Ndak!  Bunda akan menunggu bapakmu disini.  Dia pasti datang!”

Jamilah memegang lengan mertua sekaligus ibu angkatnya, mengelusnya perlahan.  “Mengapa Bunda ndak istirahat dulu.  Nanti kalau Bapak Gen … Bapak datang, Milah akan memberitahu Bunda,” bujuk Jamilah.

Lagi-lagi Sumi menggeleng, tak mau.  “Kalian jangan membujuk Ibu lagi.  Bapakmu pasti datang.  Ibu ndak mau kehilangan kesempatan melihatnya datang.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

42. Anak Genderuwo (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang