SURYADINI : Takdir Perawan Palsu
-- Sudut pandang Awing --
Ini adalah kisah dari sebuah negeri yang belum diberi nama, aku hampir kelelahan untuk berperang setiap harinya. Tapi tidak ada pilihan, kami harus bertahan demi orang-orang yang kami sayangi, karena hidup kami adalah untuk bertahan bersama mereka yang kami sayangi.
Aku membuka mata dan melihat dia masih terlelap di depan wajahku, terlihat begitu damai, di usia kami yang sudah tidak muda lagi dia tidak terlihat memilki kerutan di wajahnya, padahal anaknya sudah mau dua. Mungkin dia benar-benar menjalani hidup yang baik bersama keluarganya.
Aku mengusap kulit wajahnya yang masih saja terasa lembut bahkan setelah kami baru pulang berperang. Aku menarik selimutnya untuk menutupi seluruh badannya, kemudian memeluk tubuhnya.
Tatang mengubah posisinya tidurnya membelakangiku, aku hanya tersenyum kemudian merapatkan pelakukanku di tubuhnya.
"Apa ini sudah pagi?" Gumam nya.
"Belum, ini masih malam,"
"Kenapa sangat dingin?"
"Karena kau melepaskan pelukanku,"
"Tuan, bangunkan aku sebentar lagi, aku harus segera pindah ke tendaku, aku tidak ingin Sudam mencariku nanti."Tatang mengelus tanganku yang ku tempelkan di perutnya. Lalu aku mencium pundaknya.
Kami baru pulang berperang, ini adalah kesempatan kami untuk menghabiskan waktu bersama karena jika di rumah, Tatang akan kembali menjadi milik kelurganya lagi, anaknya, ibu juga istrinya. Semua pasukan kami sudah pulang lebih dulu, kami sengaja pulang lebih akhir, untuk ini.
Dari dalam selimut, aku perlahan meremas kedua puting Tatang, dan bibirku lincah bergrilia di tengkuknya yang begitu harum, dan Tatang pun mulai membuat gerakan yang erotis mengikuti kenikmanatan yang di dapatnya.
"Winata, hentikan ini, apa kau tidak merasa lelah? Aku sudah tidak sanggup untuk memulainya lagi." suara Tatang bercampur dengan desahan yang lembut.
"Aaaakkkh," dia hampir menjerit ketika aku menusukkan kemaluanku kedalam lubangnya.
"Jangan berani menyebut namaku, tanpa diawali dengan kata tuan, apa kau lupa siapa aku? Aku adalah Kepala Adat mu, apa kau ingin mendapatkan hukuman?" Geramku sambil terus memaju-mundurkan pinggulku dan menggoyangkannya sesekali.
"Aaakkh.... Tidak, kau hanyalah seorang pengecut yang lari dari tanggung jawab untuk melindungi rakyatmu," seru Tatang bercampur dengan suara desahannya.
"Tapi buktinya aku kembali karena aku perduli," tegas ku.
"Siapa? Siapa yang kau perdulikan? Apakah rakyatmu atau lelaki tua yang begitu mencintai Ibu dan juga istri serta anaknya ini?" Tanya Tatang.
"Kau pun rakyatku bukan?"Aku tidak lagi membiarkan mulut Tatang berbicara omong kosong yang mendorongku untuk merasa menyesal, padahal semua sudah berlalu dan aku memenangkan peperangan ini tepat setelah aku berhasil memenggal kepala si Kepala Ada desa sebelah.
Semakin lama permainan pun berubah, dari pelan lalu perlahan menjadi begitu cepat aku menggenjot lubang pantat Tatang. Semakin aku menikmatinya, aku semakin tidak rela menerima kenyataan bahwa Tatang harus kembali kepada anak dan istrinya nanti.
"Aaaaaakkkhhh.... Enak tuan." Tatang memekik kenikmatan pejuhnya sudah muncrat.
*******
Aku duduk termenung di tepi jurang, menikmati dinginnya udara pagi berpadu dengan hangatanya sang surya yang masih begitu dini dan belum segarang saat di siang hari nanti. Kemudian aku menoleh dan melihat Tatang sudah berdiri di belakangku.
"Tuan, tenda sudah saya rapihkan, kita siap untuk pergi,"
"Sudam dimana?" Tanyaku menghadap Tatang.
"Dia sedang mandi di sungai, sebentar lagi selesai,"
KAMU SEDANG MEMBACA
SURYADINI
FantasiSeorang anak laki-laki yang takdirnya telah di tentukan oleh orang lain membuat dirinya terpaksa menjalani hidup sebagai seorang anak perempuan.