4. Tuan Muda

14 1 0
                                        

SURYADINI : Perawan yang Perkasa

--- Sudut Pandang Winata ---

Entah sejauh apa aku berjalan, kini aku telah berdiri di ujung jurang diterpa hembusan angin senja hari.

Tempat yang begitu nyaman, tempat terakhirku bersama dengan Tatang bukan? Sebuah pedang masih menancap di dadaku, rasanya begitu sakit.

"Apakah negeri impianmu sudah membaik, Tuan?" Tanya sebuah suara yang menghampiri ku, Tatang.

"Tidak, semuanya terasa masih sama, memuakan dan sepi," Jawabku.

"Kau terluka, Tuan?" Tatang memandang kearah pedang yang menancap padaku.
"Mungkin karena aku sangat merindukan mu, sehingga aku menjadi selemah ini,"
"Atau anak-anak memang sudah tumbuh lebih kuat dari kita," Tatang tersenyum sambil memegang pedang itu. Dia menariknya perlahan.

"Sakit?" Tanya Tatang.
"Tidak," Jawabku sambil terus menatap wajahnya.

Setelah pedang itu dicabut, aku segera menyentuh wajah Tatang dan memeluk tubuhnya, tidak untuk mengatakan apapun, aku hanya merindukannya.

Aku tidak pernah memimpikannya selama enam belas tahun terakhir, mungkin karena Suryadini tidak memiliki kenangan apapun untuk dimimpikan bersama Bapaknya.

"Sudah waktunya Tuan untuk kembali,"
"Jadi segini saja perjuanganku? Baiklah, asal bersamamu aku akan melepaskan semuanya, bahkan dendam."
"Tidak Tuan, anda sudah memutuskannya, takdir diantara kita sudah usai, kembali dan buka matamu Tuan," Tatang pun lenyap bersama semilir angin.

Aku dan Tatan, kami sudah bersama sejak masih usia sangat muda, perasaan ku sudah tumbuh bersamanya.

Suatu hari perang itu pecah, orang-orang saling membunuh satu sama lain, tidak ada yang berkuasa, tidak ada aturan, semua bertindak sesuai kehendak hati masing-masing dan menghukum orang lain sesuka hati. Negeri yang sangat hancur.

Kami harus berjuang melindingi orang-orang yang kami sayangi, Tatang kembali kepada keluarganya, begitupun aku.

Terlahir sebagai orang yang lemah, jangankan untuk melindungi orang lain, melindungi diriku sendiripun aku tidak mampu. Akhirnya aku memutuskan untuk mencari kekuatan yang bisa membuatku menjadi yang paling kuat diantara yang terkuat.

Aku pergi bertapa dibawah sebuah air terjun, entah berapa purnama aku diam disana, sampai akhirnya keinginanku tercapai, sebuah batu kecil dengan corak warna berwarna-warni seperti pelangi muncul di hadapanku, ternyata dengan batu itu aku menjadi sangat kuat dan terasa lebih kuat setelah aku menenui Tatang.

Setelah peperangan panjang, akhirnya rakyat yang merasa telah dilindungi olehku mulai mempercayakan semua keputusan kepadaku, mereka mengangkatku menjadi pemimpin, aku mereka sebut sebagai Kepada Adat.

"Aku akan mempersunting seorang gadis pilihan Ibu ku," Itu adalah kalimat terbodoh yang pernah aku dengar dari Tatang.
"Bagaimana bisa?"

Kami yang baru saja memadu kasih, bahkan keringatku saja belum kering.

Segera aku melepaskan dekapan hangat Tatang. Setelah aku mendapatkan semuanya, kekuatan, kekuasaan juga kekayaan. Aku merasa tidak adil jika harus kehilangan setengah hidupku karena dia menikahi orang lain.

"Jangan salah faham. Aku ingin memiliki keturunan, sejak awal bukankah kita sudah tahu masa ini akan tiba?" Jelas Tatang.

Sayangnya aku tidak pernah berpikir seperti itu, aku terlalu menyayangi Tatang, bahkan aku tidak mengindahkan keinginan beberapa orang yang mengharapkan agar aku menikah, termasuk permintaan Ibu ku sendiri.

SURYADINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang