#17 Lanjutkan Hidupmu

790 153 26
                                    

Kondisi Jisung masih belum membaik. Wajahnya pucat dengan tatapan sayu. Sesekali ia juga merengek atau menangis. Ia tak mau diajak ke dokter dan terus berontak jika melihat Jungkook mengganti pakaiannya. Bahkan, sekarang wajahnya sangat sembab karena terus menangis.

"Baiklah, Jisung tidak akan menemui dokter. Kau ingin bersama Bibi? Tapi kau harus makan buburnya, ya?" Tzuyu menyendok bubur itu kembali. Namun, balita itu kembali menolak. Ia merasa makanan apa pun tidak enak. Lidahnya hanya mengecap rasa pahit alih-alih rasa lain. Itulah kenapa ia menangis karena merasa kesal. Apalagi kepalanya terus terasa berkedut dan berat.

"Kau tidak akan sembuh jika tidak makan, Jisung. Makanlah." Kali ini Jungkook yang menyuapi. Cara biasa yang ia lakukan untuk membuat triplets makan jika sedang sakit. Namun, itu malah membuat Jisung menangis dan menolak.

"Biar aku saja. Kau antar Jihyun dan Jina saja. Aku akan menjaga Jisung." Tzuyu meraih mangkuk bubur itu. Ia akan gunakan cara lain agar Jisung mau makan lalu minum obat. Kondisinya tidak akan membaik jika balita itu terus menolak makan.

"Kalian juga lebih baik istirahat, hm? Ayah akan beritahu ibu guru kalau kalian tidak akan ke sekolah." Jungkook membantu mereka berdua turun dari kursi lalu mengantar mereka ke kamar. Triplets punya ikatan batin yang kuat. Itulah kenapa, Jungkook akan sangat kerepotan jika salah satu dari mereka sakit.

"Jisung, apa makanan yang paling kau sukai?" tanya Tzuyu setelah ia duduk di depan balkon. Dengan pintu kaca, tentu membuat mereka bisa dengan mudah mendapat cahaya matahari juga melihat pemandangan dari luar. Ia harap, suasana hati Jisung membaik dan ia mau makan.

"Aku suka es krim."

"Es krim? Wah Bibi juga menyukainya. Kalau begitu, mau bermain dengan Bibi?"

Balita itu tampak tertarik dengan ajakan Tzuyu. "Bermain?"

"Iya, bermain. Ayo bayangkan bubur ini adalah es krim." Tzuyu menyendok sedikit bubur itu. Ia tahu, pasti rasanya tak enak. Namun, ia harap sugesti itu bisa membantu. Dulu, ayahnya selalu melakukan itu agar ia mau makan, tapi ia tak yakin itu akan berpengaruh untuk Jisung.

Tzuyu menunggu jawaban dari balita itu. Namun, dari jeda yang ada, ia yakin Jisung tak mau. "Baiklah, jika Jisung tidak mau. Bibi tidak akan memaksa, tapi, bisa kau makan untuk Ibu?"

"Ibu?"

Jungkook menghentikan langkah saat mendengar pembicaraan itu. Ia berniat menghubungi Heesung agar sang asisten bisa mengurus segalanya. Namun, ia teralihkan oleh pembicaraan antara Tzuyu juga Jisung.

Tzuyu mengangguk lalu menyodorkan setengah sendok bubur pada Jisung. "Kau mau 'kan? Untuk hari ini Bibi akan jadi Ibunya Jisung."

"Benarkah?" Balita itu tersenyum lalu menerima bubur itu. Memang, terasa sangat pahit. Namun, rasa bahagia yang membuncah dalam hatinya, membuat rasa itu sedikit tersamarkan. Hatinya selalu berdetak kencang jika mendengar kata 'ibu'. Ia terkadang iri pada anak seusianya yang berbelanja dengan ibu mereka. Namun, ia tak mau bicara pada sang ayah karena tidak ingin membuat lelaki itu sedih.

Tzuyu mengecup pucuk kepala Jisung lalu mengecupnya. Ia sungguh semakin tak tega melihat triplets. Ia tak bisa bayangkan sepanik apa Jungkook jika mereka bertiga sakit secara bersamaan. Semalam saja ia sudah kalut. Ia kagum bagaimana lelaki itu bertahan sampai saat ini.

Astaga, ingat kontrak itu, Tzuyu. Kau juga sudah menegaskannya tadi.

Jungkook menyeka air di sudut matanya. Jisung terlihat sangat senang memanggil Tzuyu dengan sebutan itu. Padahal, belum lama mereka saling mengenal. Namun, mengingat sifat Tzuyu, ia yakin semua orang pasti akan mudah menyukainya.

Lithe✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang