#66 Keterlibatan

505 94 21
                                    

Setelah membatalkan janji temu dengan dokter dan membujuk Tzuyu, kini lelaki itu menunggu kedatangan seseorang yang mengaku sebagai Soojin. Tanpa pendamping, Jungkook berdiri di persimpangan dekat hutan dengan gusar. Bukan karena sosok itu masih belum menunjukkan batang hidung. Ia hanya takut kemalangan justru menimpanya. Ia tak mau pergi saat triplets masih sangat membutuhkannya.

Jungkook mengerutkan dahi saat pandangannya tiba-tiba gelap. Lalu, ia merasa seseorang mengikat tangannya dengan kencang. Ia sempat berontak. Namun, itu malah membuatnya mendapat sebuah pukulan keras di perut.

"Maju." Interupsi itu terdengar begitu tubuhnya tersungkur di atas jok mobil. Ia merasa tak mengenal suara itu. Namun, ia cukup yakin saat ini ia memang dibawa menuju sosok yang mengaku sebagai Soojin.

Ah ya, jam!

Jungkook menyentuh jam hitam yang iagunakan. Ia kemudian menekan salah satu tombol, berharap itu adalah tombol yang tepat. Ia tak mau membuat Tzuyu khawatir dengan hilang kabar setelah memutuskan untuk pergi. Ia harap, GPS dari jam tangannya memang menyala saat ditekan.

Aku harap tidak terjadi sesuatu yang buruk.

Jungkook mencoba menerka ke mana ia akan dibawa. Namun, ia merasa rute yang diambil oleh orang yang membawanya, benar-benar asing. Ia pikir, mereka sengaja melakukannya, untuk membuat Jungkook bingung.

Setelah hampir selama 10 menit mobil itu melaju, sang sopir kemudian berbelok ke kiri, memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah tua. Mereka kemudian turun, menyeret Jungkook untuk ikut masuk sesuai yang diperintahkan oleh atasan mereka.

Ikatan itu tak kunjung dilepas. Justru, saat ini orang-orang itu malah mengikatnya pada sebuah kursi kayu. Tentu, ini membuat Jungkook kesal kemudian berteriak.

"Yak!"

"Diamlah jika kau ingin tetap hidup," ujar lelaki dengan tubuh penuh tato itu. Ia lantas membungkukan tubuh saat sang atasan tiba. Ia juga membuka penutup kepala Jungkook sebelum pergi.

Jungkook berdecih saat mendapati seseorang berjubah hitam serta bertopeng, berdiri di hadapannya. Ia tahu, itu pasti Heesung. Ia menyeringai sebagai bentuk merendahkan. Lagi pula, Heesung begitu rendahan untuknya. Lalu sekarang? Asistennya itu malah berdiri dengan penyamaran penuh.

"Tidak perlu bersembunyi. Bukankah kau yang memintaku untuk bertemu? Kau mengatakan kau Soojin, bukan? Ah ... Apa kau hanya berpura-pura?"

Mendengar sindiran keras dari Jungkook, tentu membuat Jisu segera membuka jubah yang menutup kepalanya. Ia juga membuka topeng untuk menunjukkan wajah. Padahal, Heesung sudah meminta sang adik untuk sedikit mengulur waktu. Bahkan, lelaki itu mengusap kasar wajahnya saat melihat tingkah sang adik. Ini sudah keluar dari rencana awal mereka.

Jungkook mengerutkan dahi saat Jisu yang muncul. Ia pikir, Heesunglah yang akan ia lihat. "Jisu?"

Gadis itu melipat kedua tangan sembari berjalan lebih dekat. "Ya, ini aku." Ia lantas berdecih, menatap wajah bingung lelaki itu. "Kenapa? Kau terkejut karena bukan Soojin yang datang?"

Jungkook mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Ia mulai bertanya-tanya hubungan antara Heesung juga Jisu dan teror itu. Yang ia tahu, Heesung hanya punya satu Kakak perempuan. Itu pun, Jungkook pernah menemuinya. Ia yakin, Jisu punya hubungan dengan Heesung.

"Oppa masih mengharapkan dia hidup? Sayangnya, dia sudah mati." Jisu menatap tangannya lalu terkekeh. Ia kemudian menunjukkan tangannya pada lelaki itu. "Di tanganku. Ya ... Mati di tanganku."

Lithe✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang