#38 Mari Saling Menguatkan

676 142 32
                                    

Jungkook masih di sana, duduk di balik pintu dengan air mata yang tak berhenti. Sebuah fakta yang sangat ingin iatolak. Namun, ia takkan pernah bisa melakukannya. Ia melihat bukti itu sendiri, meski tak berada di tempat kejadian pada hari itu.

Suara ketukan membuatnya segera mengusap air mata. Namun, ia enggan untuk membuka pintu kamarnya. Ia kecewa dan marah dalam waktu yang bersamaan. Andai ia mengetahui ini lebih awal, mungkin rasanya tak sesakit ini. Kenyataan bahwa tingkah manis Soojin hanya sebuah manipulasi, membuat Jungkook merasa penyesalannya selama ini sia-sia. Ia sama saja mengharapkan seorang monster bangkit kembali, tanpa memikirkan seseorang yang mungkin akan begitu terluka jika mengetahuinya.

"Ini bukan salahmu, sungguh. Kau tidak tahu soal dia 'kan? Ayo keluar, jangan membuatku khawatir. Aku akan sangat marah jika kau melompat dari jendela. Kau harus pikirkan triplets."

🐾🐾🐾

"Jika aku menceritakan yang sebenarnya, apa kau akan percaya?" Tzuyu menoleh. Sungguh, melihat tatapan hancur Jungkook saat ini, membuatnya tak sanggup untuk bercerita. Ia sangat tahu seberapa besar rasa cinta Jungkook pada gadis itu. Apalagi, lelaki itu membutuhkan waktu lama untuk melupakan segalanya.

"Katakan saja."

"Dia terlibat dalam pembunuhan ayah temanku. Kejadiannya sekitar tiga tahun lalu." Tzuyu menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. "Aku sangat marah, hingga berpikir ingin membunuh Soojin dengan tanganku sendiri. Hari itu, aku sungguh melihat Soojin ditangkap. Dia terlihat tak merasa bersalah dan justru tersenyum. Kau tahu apa yang terjadi setelahnya? Beberapa hari kemudian, kasus itu ditutup dan sampai saat ini, aku tidak tahu apa alasannya."

Bibir Jungkook gemetar, bersamaan dengan air mata yang kemudian menetes. Ia punya begitu banyak hal yang ingin dikatakan untuk membela. Namun, lidahnya terasa kelu. Apalagi, Tzuyu mengatakan jika ia melihatnya langsung saat ditangkap.

Pikiran Jungkook terlempar pada hari di mana Soojin mengatakan ia tengah hamil. Hari itu, Jungkook tak menemuinya karena harus mengurus perusahaan kecilnya yang baru saja dimulai. Yang Soojin katakan hanyalah ia akan meyakinkan ayahnya untuk menikah. Namun, beberapa hari berlalu, gadis itu justru hilang kontak. Ia pikir, sesuatu terjadi. Ternyata tidak, Soojin kembali, mengatakan jika ia harus pergi menemui neneknya lebih dulu.

Semua yang kudengar, kulihat, dan kupercaya, ternyata semuanya hanya kebohongan.

"Aku sangat percaya dan mencintainya. Dia adalah gadis terbaik yang pernah kutemui, Tzuyu. Aku harus apa?" Jungkook berusaha meyakinkan diri jika semuanya tidak benar. Berusaha percaya bahwa Tzuyu bisa saja keliru soal isterinya yang sudah tiada. Namun, tatapan Tzuyu begitu yakin. Ditambah, isi buku harian milik mendiang Soojin yang sangat mengarah pada sebuah pembunuhan.

"Baiklah, anggap Soojin tidak melakukannya. Anggap aku tidak mengatakan apa pun. Kau sudah membuka lembar yang baru."

"Aku ingin melakukannya, tapi fakta jika Soojin terlibat, itu membuatku begitu terpukul. Jadi, selama ini aku membiarkannya hidup bahagia di saat dia justru membunuh ayahnya sendiri, Tzuyu." Jungkook beranjak. Ia takkan diam saja. Ia akan lakukan apa pun yang bisa ialakukan. Namun, Tzuyu lebih dulu menghentikannya.

"Kasusnya sudah selesai. Soojin sudah tiada dan tidak mungkin kasusnya dilanjutkan."

"Aku yang seharusnya dihukum."

🐾🐾🐾

Jungkook menoleh saat mendapati secarik kertas muncul dari bawah pintu. Ia tersenyum kemudian meraihnya.

Lithe✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang