#7 Mulai Memikirkannya

906 150 34
                                    

"Heesung akan mengantarmu," ujar Jungkook, membuat Tzuyu segera menoleh lalu meletakkan telunjuknya di bibir. Saat ini triplets sedang tidur. Tzuyu tak mau jika Jungkook membuat mereka terbangun. Apalagi, Jina harus bangun sesaat karena tak bisa digendong.

Tzuyu beranjak, menarik tangan pria itu menjauh dari kamar triplets. Tentu, lelaki itu segera melepasnya. "Kau hampir membuat mereka bangun."

"Aku Ayah mereka."

"Tidak ada jaminan kau tidak akan membuat mereka menangis." Sungguh, Tzuyu merasa puas karena bisa membalas ucapan-ucapan tajam Jungkook sebelumnya.

Jungkook mengepalkan tangan. Ia hampir mengangkat tangannya. Namun, Tzuyu sudah lebih dulu menahannya.

"Tuan Jeon, aku rasa kau juga tahu betul bagaimana hukum di negara ini. Kau berani menyakiti seorang wanita? Astaga, itu tak sebanding," ujar Tzuyu diakhiri senyum. Ia meraih kantung belanjaan miliknya lalu membungkukan tubuhnya. "Terima kasih untuk semua hal hari ini."

"Kau–" Jungkook menghentikan langkah saat kenangan Soojin lagi-lagi memenuhi pikirannya. Tingkah Tzuyu cukup mengingatkannya pada Soojin. Dulu, ia juga hampir memukul gadis itu karena kesal. Namun, Soojin yang pemberani malah menahan pukulannya lalu tersenyum meremehkan.

"Apa? Kau masih ingin aku di sini? Otakmu sepertinya kotor karena terlalu lama sendiri."

Jungkook tertarik paksa, kembali pada kenyataan. Lagi-lagi, ia harus merasa sedih karena Soojin tak lagi bersamanya. Bahkan, matanya mulai basah. Ia terlalu menyesali banyak hal. Termasuk karena ia merasa belum membahagiakan Soojin.

Tzuyu menutup mulutnya tak percaya. Namun, jangan anggap ini nyata. Gadis itu hanya bergurau untuk sedikit menghibur Jungkook yang terlihat akan menangis. "Astaga, kau menangis karena aku akan pulang?"

Tzuyu berjalan mendekat lalu melipat kedua tangannya. "Hah, sepertinya ahjumma itu benar. Kau bayi besar."

"Pergi sebelum aku benar-benar menghajarmu."

Tzuyu segera berlari. Namun, ia kembali menunjukkan wajahnya di sela pintu yang terbuka. "Tuan Jeon, jika kau menangis, artinya kau sama seperti Jisung."

"Aish, gadis itu," kesal Jungkook. Ia merasa tenaganya benar-benar terkuras karena harus berdebat dengan Tzuyu. Ditambah dengan kegiatannya yang padat. Ia harap triplets takkan bangun dengan cepat. Sehingga, ia bisa tidur siang dengan tenang.

Marah marah membuatku sangat lelah, batin Jungkook.

👶🏻👶🏻👶🏻

"Aigo, aigo." Wanita paruh baya itu memukuli Tzuyu dengan sendok sayur di tangan. Tentu, gadis bertubuh tinggi itu dengan cepat menghindar lalu bersembunyi di balik tubuh Joie.

"Ampun, Bibi, ampun."

Joie memutar malas kedua bola matanya lalu duduk di salah satu meja kosong. Ia membuka minuman kaleng yang tentu langsung direbut oleh sang ibu.

"Anak nakal. Bagaimana seorang polisi bisa minum-minum seperti ini?"

Joie berdecak. Ia memang seorang polisi, tapi itu tak menghilangkan statusnya sebagai seorang manusia 'kan? "Ayolah, aku memerlukannya, Ibu."

"Aigo, apa pun alasanmu, berhentilah minum." Minseok berjalan menuju tempat sampah, membuang bir kalengan berharga milik putrinya. Ia akan pastikan putrinya berhenti minum-minum agar tak mengalami masalah kesehatan di masa depan.

Lithe✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang