Jenguk

0 0 0
                                    

Pagi, 07.30

Pagi-pagi wanita dengan sapaan bibi itu menghampiri seorang pemuda yang sedang duduk diruang tv.

"Gimana den, luka lebamnya?" Tanya sambil pegang sapu.

"Lumayan udah mendingan bi." Sambil memegang remote tv.

"Kalo begitu bibi nyelesain nyapu dulu iya den kebelakang."

"Ting dong..Ting dong..Ting dong..." Suara bel.

"Bi... Ada tamu bi.. Mana sih bibi ini kebiasaan kalo udah nyapu di belakang pasti gak denger." Sambil berdiri dan memegang kain kompresan.

"Ting dong..Ting dong..." Bel berbunyi lagi.

"Siapa sihh? ga sabaran amat." Berjalan ke arah pintu.

"Cari siapa mba?" Bertanya cewek yang berada diluar pagar.

"Cari kak Adji mas." Sambil berbalik badan.

"Syafiza... Kamu kok disini, tau darimana rumah saya??" Bingung dan sambil membukakan pagar.

"Masuk..masuk Syafiza." Ajakan Adji.

"Iya kak..."

"Duduk dulu iyaa.. sebentar kakak kebelakang sebentar."

"Pantesan aja gak denger dipanggil, rupanya pake headset." Dengan perasaan heran.

"Bi..bi..." Sambil melepaskan headset dari telinga bibi.

"Iya den, iya den apa den..." Kaget bibi.

"Bi.. tolong buatin minum iya didepan ada tamu sama sekalian cemilannya.

"Oke siap denn..." Tangannya hormat seperti diberi perintah dari panglima besar.

"Oke bi.. Saya tunggu iya." Tangannya beri jempol kepada bibi.

"Maaf, lama iya.."

"Gak kok kak..."

"Oiya, saya mau tanya kamu kok tau rumah saya?" Bertanya ke cewek yang didepannya.

"Ehhmm.. dari sepupu kakak, dari Thalia." Jawab dengan menunduk.

"Ohhh... Iyaya, terus kamu kerumah saya ada perlu kah?" Tanya lagi ke cewek didepannya.

"Ada kak, saya mau minta maaf gara-gara semalem."

"Minta maaf gara-gara apa?" Memikirkan permintaan maaf dari Syafiza.

"Itu yang semalam ayah aku yang tiba-tiba pukul kakak."

"Ohhh yang itu.. gak apa-apa ayahmu kan cuma salah paham aja saya ngerti kok."

"Tapi kan dari kesalahpahaman itu kakak kena imbas nya..."

"Permisi maaf den." Sambil membawa nampan yang berisi minuman dan cemilan.

"Oiya bi... Sebentar dulu." Menahan artnya.

"Itu yang ditangan kamu apa??" Tanya cewek yang didepannya.

"Ini buah kak, buahnya buat kakak." Dengan tangannya memegangi kantong plastik berisi buah.

"Makasih banget kamu udah bawain buah..."  "kalo gitu buahnya kita makan sama-sama aja  dan buahnya kamu kasih ke bibi."

"Iya kak." Tangannya memberi ke bibi.

"Bi.. tolong kupas buah nya iya, beberapa aja sisanya buat bibi."

"Iya den, kalo gitu bibi permisi ke belakang dulu."

"Ayok diminum dulu, cemilannya dimakan juga." Menawarkan cewek yang ada dihadapannya.

"Aduhh.. kakak ga perlu repot-repot begini. Aku disini cuma mau jenguk dan minta maaf kakak bukan mau bertamu."

"Iya gapapa, udah diminum sama dimakan." Menawarkan sekali lagi ke cewek didepannya.

"Iya kak, makasih kak." Sambil memegang gelas yang berisi sirup.

Tiba-tiba ruangan tamu menjadi sunyi dan mereka berdua pun terdiam membisu tidak percakapan sama sekali.

Dan perempuan dari arah belakang tiba-tiba memanggil dengan membawa buah-buahan dalam piring.

"Den, mba ini buahnya." Berdiri sambil memegang piring berisi buah.

"Astaghfirullah.. bibi ini ngagetin aja." Sambil memegang dada.

"Aden gimana sih bibi kan cuma bawa buah yang disuruh Aden potong. Bibi gak ngagetin aden hehe." Senyum dengan menutup bibir nya dengan telapak tangannya.

"Iya dehh.. bi makasih iya bi."

"Sama-sama den, sok dimakan. Kalo gitu bibi kebelakang lagi iya den." Berdiri lagi dan kembali ke belakang.

"Ayok Za, buah dimakan juga. Ga usah malu hehe." Menawarkan lagi ke cewek didepannya.

"Iya kak. Ehhmm kak itu luka lebam masih sakit?" Tanya ke cowok yang dia panggil kakak.

"Iya lumayanlah sakit hehe. Nanti juga sembuh tinggal di kompres aja." Sambil memegang lukanya.

"Maaf sekali lagi iya kak, Ayah kadang suka salah paham dia gamau ngeliat aku deket cowok tapi kayaknya ayah ku terlalu berlebihan." Dengan muka yang bersalah.

"Iya gpp kok, kalo kata saya wajar ayah kamu begitu hehe." Dengan wajah yang tersenyum.

"Aku baru ingat kak, ditas ku kayaknya ada obat untuk obatin luka lebamnya kakak." Sambil mengeledah tasnya.

"Bener kah?"

"Ini kak obatnya, itu obat gel lidah buaya cepet sembuh kok kak kalo pakai itu." Menjulurkan tangannya ke cowok yang didepannya.

"Makasih iya Za." Mengambil obat nya itu dari tangan cewek didepannya.

"Iya kak, sama-sama." Sambil makan buah yang dipotong bibi tadi.

Satu jam mereka mengobrol, akhirnya cewek yang menjenguk cowok itu pamit pulang.

"Kak.. kalo gitu saya pamit pulang dulu iya." Badan berdiri dari tempat sofa.

"Kamu pulang sama siapa?" Tanya dihadapan cewek yang sedang berdiri.

"Nanti pesan taxi onlen Kak." Dengan tangan memegang handphone.

"Gausah pesan taxi onlen kamu pulang saya antar aja. Sebentar tunggu saya saya ganti baju dulu." Menahan cewek itu keluar dari rumahnya.

"Iya kak." Dengan santai menunggu cowok itu.

10 menit berlalu cowok menuruni anak tangga dengan menuju ke Syafiza.

"Ayo Za. Sebentar bi.. bi.. bibi... Saya mau pergi dulu antar Syafiza, nanti kalo tamu bilang aja saya pergi sebentar."

"Baik den. Hati-hati den."

"Oke bi, kalo ada apa-apa kabari saya."

Akhirnya Syafiza dan Adji pun menaiki mobil. Didalam mobil mereka mengobrol layak seperti pasangan kekasih tak pernah ada habisnya topik pembicaraan. Dan mereka pun sampai di rumah Syafiza.

"Terimakasih iya kak, saya udah ngerepotin kakak terus."

"Gak kok santai aja Za."

"Sekali lagi terimakasih iya kak." Sambil tangan kanan ingin membuka pintu mobil.

"Syafiza sebentar." Memegang tangan sebelah kirinya cewek yang ada di sebelahnya.

"Iya kak, ada apa lagi?" Menoleh ke arah cowok disebelahnya.

"Hmm.. maaf Za, saya boleh tidak mampir sebentar kerumah kamu."

"Boleh kak.. boleh banget."

"Serius nih Za?"

"Iya kak, saya serius hehe. Ayo kak turun." Perintah kepada cowok yang disebelahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

After Getting to Know YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang