Part 27: Bingung mau kasih judul apa

857 215 118
                                    

Part 27: Bingung mau kasih judul apa

Terlepas dari pikiran yang tertuju pada Dimas, Nindi melangkah tergesa-gesa menghampiri Mahes yang telah menghabiskan banyak waktu untuk menunggunya.

Laki-laki itu bersandar di pilar, memunggunginya. Nindi menyentuh pundaknya, hingga reaksi terkejut dapat Nindi lihat dari tubuhnya yang terhenyak. Saat Mahes berbalik, dapat ia lihat kotak makanan milik ibunya yang beberapa hari ada pada Mahes.

Ingatannya merambat pada perkataan Mahes tempo hari soal Tupperware itu. Mahes akan mengembalikannya kalau-kalau suatu hari ada masalah di antara keduanya, dan benarnya rupanya. Mahes bersungguh-sungguh dengan ucapannya, pasti dia datang sekalian meminta baikan. Ingat, baikan! Bukan balikan!

"Nin, gue mau balikin ini." Mahes menyodorkan benda itu, yang langsung Nindi terima sambil tersenyum kaku.

"Makasih," ujar Nindi, lirih.

"Kok, lo yang bilang makasih? Harusnya gue."

Karena suasana canggung ini, Nindi beberapa kali salah tingkah. Suara yang biasanya lepas, sedikit tertahan di tenggorokan, hingga yang keluar hanya nada bisikan.

"Soal yang kemarin, gue minta maaf. Nggak ada niatan selingkuh Hes, gue beneran nggak selingkuh. Tapi lo terlanjur nganggep gue gitu."

Nindi merutuki nasib hubungannya dengan Dimas yang beda tipis dengan hubungannya dulu dengan Mahes. Ia jera, tak ingin membuat Dimas merasa diselingkuhi. Tak ingin terus dituduh mendua, namun juga tak tahu cara menjaga jarak dengan Radit atau pun Mahes.

Ini salahnya, harusnya ia tak terburu-buru menerima Dimas disaat ia tengah dekat dengan dua cowok sekaligus.

"Iya, gue tahu."

"Hm, lo perlu denger dari sudut pandang gue Hes, jangan salah paham dulu."

"Iya, jelasin."

Sebelum membuka mulut untuk menjelaskan, dering ponselnya kembali berbunyi. Membuat fokus Nindi dan Mahes bercabang pada ponsel yang di genggam Nindi.

Karena Nindi tak ingin Dimas marah, ia memilih menerima telepon darinya.

"Bentar ya, Hes. Angkat telepon." Nindi tersenyum kikuk, hingga akhirnya mengambil beberapa langkah menjauh dari Mahes.

"Main dimatiin aja, gue bilang jangan dimatiin!" Orang di seberang sana langsung ngegas, membuat telinga Nindi berdenging seketika.

"Ada tamu," kata Nindi, kali ini yang tak berbohong. Mahes adalah tamu, bukan?

"Siapa?"

"Sepupu gue."

Nindi menggigit bibir menahan resah. Kali ini ia berbohong. Lagi pula, kenapa Mahes harus datang di waktu yang tidak tepat? Dan Dimas jelas mengganggu jadwal telepon ia dan Radit. Coba jelaskan, ini salah siapa?

"Dari tadi banyak alasan. Jangan bohong deh."

"Habisnya, gue takut lo marah."

"Kalau lo jujur, gue cancel marahnya."

Napas lega Nindi menghambur. Kini ia punya keberanian untuk mengatakannya dengan jujur.

"Ada Mahes. Jadi sebenarnya kita lagi marahan, dia ada niat baikan, gue juga demikian."

"Oh, gitu?"

"Udah ya? Entar gue telepon lagi."

"Pap coba Mahes-nya."

"Nggak percayaan banget sih!"

Kelewat berang, ia memutuskan sambungan telepon, dan kembali menghampiri Mahes dengan mimik masam.

GUE CANTIK, LO MAU APA?! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang