HOT MAIL

186 29 9
                                    



Jisoo menyalakan macbook miliknya dan segera disambut dua wajah familiar yang berebut untuk berbicara dengannya lebih dulu. Jiwon yang manis duduk di pangkuan ayahnya yang kini hanya terlihat separuh saja wajahnya.

"Eomma lihat! Aku mendapat huruf A+ di kelas menggambar!" seru Jiwon antusias.

"Wah hebat sekali. Kau mendapatkan bakat menggambar dari eomma, iya kan?"

Jinyoung mencoba untuk protes dan menggeser putranya untuk duduk disamping. "Bakat apanya? Tulisanmu saja membuat orang lain pusing."

"Hei, itu kode etik."

"Ck, hari gini semua resep dikirim melalui sistem. Tulisanmu memang tidak tertolong sejak dulu."

Jisoo tertawa bersama suami dan anaknya. Rasanya senang sekali. Sudah tiga bulan sejak mereka rujuk dan berbaikan. Awalnya Jisoo meragukan niat Jinyoung padanya. Suaminya kembali kerumah karena diancam oleh ayahnya dan temannya. Tapi kini dirinya tidak peduli, mau dia kembali karena diancam atau karena anaknya, yang penting dia kembali ke pelukannya.

"Jangan bekerja terlalu berat, bilang pada Prof Lee kalau junior itu rewel bukan main."

"Kau masih memanggilnya junior? Hasil usg-nya kan perempuan."

Jinyoung memangku dagunya dan menatapnya malas. "Sebutan junior tidak hanya untuk anak laki-laki, kan bisa jadi Jisoo junior. Maknanya sama saja sayang."

"Iya-iya aku tahu. Istilah medis lebih sulit dipahami ketimbang makna kata junior. Kau sudah makan? Bibi masak apa?"

"Bibi masak bimbimmyeon eomma! Aku makan yang pedas dan hanya minum dua gelas." Jiwon memberi tahunya dengan suara lantang. Anak itu sudah sibuk bermain di belakang.

"Hmm, sudah dengar kan? Jiwon sudah siap menjadi kakak yang baik, dia bahkan minta adiknya untuk datang lebih cepat."

"Oh akan sangat buruk kalau itu terjadi. Katakan padanya untuk bersabar, setidaknya sampai ibunya sebesar kepala sekolah."

Jinyoung tertawa meringis mengingat kepala sekolah Jiwon yang berpawakan gemuk dan sedikit lebih pendek. "Besok minta di jemput jam berapa?"

"Jam 9 sepertinya oke. Tapi Jeongyeon dan Jennie mengajakku naik ambu—"

"Jangan gila! Kalau ambulan mu berjalan 30km per jam aku tidak masalah. Akan ku jemput setengah delapan jadi jangan bertemu Jennie dan Dokter Yoo, mereka berpengaruh buruk padamu."

Jennie yang sejak tadi mendengar percakapan temannya itu melayangkan protes keras "Hei! Aku yang menjaganya selama disini, setidaknya beri aku tumpangan pulang juga besok tuan muda Park yang agung!"



__



Pukul tujuh pagi Jisoo rolling terakhir dengan Prof Lee ke stase anak. Beberapa diantaranya sudah diperbolehkan pulang siang nanti setelah hasil cek urin keluar. Tidak ada yang parah hari ini jadi Prof Lee mengizinkan Jisoo dan yang lain pulang jam setengah delapan tepat.

"Sekarang aku yakin sekali kalau anakmu benar-benar perempuan."

"Mengapa begitu?"

"Wajahmu menjadi lebih cerah dibanding sebulan yang lalu. Apa rahasianya?"

"Apanya yang apa? Bukannya kau yang lebih hebat? buktinya sudah goal tiga anak."

Seungyoon tertawa terbahak-bahak, "Mengapa kau bertanya padanya? Sudah tahu Jisoo selalu main aman."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LUST || [JinJi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang