COME BACK

861 95 5
                                    

P.S Pls while you read this listen to Kina Granis - Can't Help Falling In Love With You (cover) to make it more dramatic :)

Pintu didepannya terbuka, menampilkan sesosok pria separuh baya yang terlihat lelah, yakni mertuanya.

"Ah, ayah. Apa dokternya masih disini?"

"Dokternya sudah pulang dari jam delapan tadi. Masuklah, mereka dikamar."

Baru beberapa langkah Jisoo masuk ke rumah itu, ibu mertuanya sekarang yang tiba-tiba memeluknya. Ia menangis tersedu, oh cucu semata wayangnya sekarat sekarang. Jisoo benar-benar hancur, hatinya sakit, ia amat berdosa meninggalkan anaknya hingga seperti ini.

Jisoo masuk ke kamar berukuran sedang dengan cat bewarna biru muda. Putranya tergolek lemas di kasur putih bergambar teddy bear. Dilihatnya Jinyoung yang wajahnya semakin menua. Pria itu juga tak baik-baik saja. Jisoo menghampiri putranya dan merengkuhnya ke dadanya. Di dekapnya Jiwon ke pangkuannya.

"Oh Bunda, aku benar-benar telah berdosa," lirihnya.

Di dalam pelukannya Jiwon merintih memanggil namanya. Wajahnya pucat, bibirnya kemerahan, tubuhnya benar-benar panas.

"Sudah hampir dua minggu dia begitu. Terus-terusan mencari ibunya tapi Jinyoung tidak mau mengantarnya padamu. Oh anakku yang malang," ucap ibu mertuanya.

"Tifus?" tanya Jisoo sambil mengusap-usap wajah Jiwon yang mengecil. Kemana hilangnya pipi tembam itu, ya ampun keterlaluan.

"Iya, dia menolak makan. Tidak mau main-main dan terus menangis." Suasana itu berubah haru, Jinyoung juga hampir saja menangis setelah melihat Jisoo datang. Ia yakin benar istrinya itu pasti sudah hampir melupakan Jiwon. Ia tahu dari telfon singkat bersama Yerim tadi, mereka sedang minum-minum. Dasar jalang sialan, pikirnya.

"Sudah, karena ibunya sudah datang sekarang ayah dan ibu tidur saja." Jinyoung membawa kedua orang tuanya keluar dari kamar.

Terima kasih, akhirnya Jisoo bisa menangis puas sekarang. Bodoh, dirinya amat bodoh. Ia terlalu sombong sampai-sampai anaknya harus menderita seperti ini. Buat apa dia sekolah tinggi-tinggi, pergi jauh mencari kebahagian untuk dirinya, tapi anaknya menderita. Menanti ibunya yang amat egois untuk kembali memeluknya. Menunggu ibunya yang membencinya seumur hidup karena dosa ayahnya. Menunggu ibunya untuk kembali menimangnya tidur dimalam hari.

Jinyoung kembali ke kamar, ia memerhatikan Jisoo yang rajin menyeka peluh putranya. "39℃ ?"

"Iya, sejak kemarin belum turun-turun." Jinyoung duduk di sisi kasur yang lainnya. Ah pria itu sama saja pucatnya. Jinyoung memandangi putranya yang kini bisa tidur sedikit lebih tenang.

Pukul tiga pagi Jisoo kembali mengecek suhu tubuh Jiwon. Sudah turun jadi 37℃, hatinya sedikit lega sekarang. Tangannya masuk ke bantal Jiwon untuk membenarkan posisinya, tak sengaja tersentuh olehnya barang yang berada di bawah bantal Jiwon. Sebuah kalung, dengan pendant berinisialkan namanya. Jisoo tersentak, "iya, itu milikmu. Aku pikir Jiwon akan kembali tenang saat aku memberinya salah satu barang milik ibunya."

Jisoo hanya bisa menahan tangisnya yang sekali lagi ingin pecah. "Dia sudah baik-baik saja. Kau tidurlah."

Jisoo berdiri dari duduknya, ia lalu mengecup kening anaknya yang kini terlihat lebih baik. Ada dua pintu di luar, yang sebelah kanan adalah kamar tamu yang kini dipakai orang tua Jinyoung. Sedang yang di sisi kiri adalah kamar Jinyoung. Sebenarnya Jinyoung ingin bilang kalau ada kamar kosong untuk Jisoo di lantai bawah tapi tak berani juga suaranya keluar untuk memanggilnya. Jisoo langsung saja masuk ke kamar di sisi kiri, milik Jinyoung.

Terhenti langkahnya di ambang pintu. Sebuah lukisan dari pensil itu membuatnya tercengang. Oh Tuhan, apa lagi sekarang.

 Oh Tuhan, apa lagi sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LUST || [JinJi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang