EDEN

780 76 14
                                    

Sepasang kaki kecil dan bantet itu berlari kecil menghampiri pintu dua muka sembari menggendong boneka kesayangannya. Sudah 3 kali bel berdering ke seluruh penjuru rumah tapi tak ada yang membukakan pintu dan menyambut tamu. Tangannya yang pendek itu meraih kenop pintu dengan sedikit dorongan yang lalu menampilkan sesosok pria jangkung dengan kulit pucat dan alis tebal, Jiwon tidak pernah lihat sebelumnya.

"Halo... Ji-Jiwon," sapa pria tadi ramah. Hampir saja ia tersedak ludahnya sendiri. Balita didepannya menatapnya bingung, seakan terheran darimana orang asing ini tahu namanya.

Pria jangkung itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal tapi diselimuti rasa gugup. "Umm, eomma ada?"

"Oom sakit?"

Pria itu terbelalak. Pertanyaan macam apa itu tadi? Oh hampir lupa olehnya kalau istri si empunya rumah adalah dokter.

"Ya sakit."

"Kenapa tidak ke rumah sakit eomma saja?"

Mampus, harus jawab apa dia. Mana mungkin bilang kalau, hi aku ini ayah tiri potensialmu. Bisa histeris anak itu nanti. "Ugh, rumah sakitnya bilang oom disuruh kemari. Jadi eomma-mu ada?"

Jiwon mengangguk pelan. Tangannya masih memegangi kenop pintu sambil memeluk bonekanya yang baru saja sembuh. Bocah itu melirik jam dinding silver yang tergantung di ruang tamu, baru pukul 2 lewat 10, bisa kena marah dia kalau membangunkan ibunya yang sedang lelah begitu.

"Eomma masih tidur, oom datang saja lagi nanti. Jam 4," katanya sambil menjukkan jarinya yang gendut sebanyak empat.

"Umm, rumah oom jauh. Oom Sehun boleh menunggu saja disini? Sampai eomma bangun."

Dilihatnya balita itu sedikit bimbang. Oom ini tahu namanya dan mencari ibunya, tapi rasa-rasanya membiarkan orang asing masuk kedalam rumah adalah tindakan tidak benar. Ia tidak mau dimarahi ayahnya karena berteman dengan orang yang tak dikenalnya.

"Kalau gitu oom tunggu disitu saja biar Jiwon panggilkan eomma sebentar."

-

"Eomma?" bisiknya ragu-ragu.

"Kenapa? Teddy lagi? Atau snorlax?"

"Bukan. Ada tamu, eomma."

Jisoo membuka matanya sedikit, "siapa? Tidak bilang, kalau eomma sedang tidur?"

"Sudah, tapi tamu itu........ mau menunggu sampai eomma bangun."

"Siapa? Siapa yang mencari eomma?" tanyanya.

"Oom.... Oom Sehun."

-

Sehun duduk bersandar di sofa empuk bewarna abu-abu yang memiliki banyak bantal berbagai corak. Hmm, pasti selera si nyonya besar. Rumahnya lumayan, hanya saja tata ruangnya tak sebagus rumahnya di London. Sudah jelas, rumah impian mereka. Mati-matian dia hidup hemat selama empat tahun demi mewujudkan impian tunangannya tentang rumah idaman mereka. Semuanya putih bersih, tamannya juga luas request langsung oleh Jisoo. Dulu cuma ditaburi benih bunga mawar bewarna-warni, sekarang bungannya sudah menjalar kemana-mana. Tapi semuanya percuma sekarang.

Tangannya mengepal kuat saat melihat foto besar yang terpajang di ruang tengah. Foto keluarga yang bahagia. Tidak! Tidak seharusnya Jisoo berada disitu. Jisoo adalah miliknya, hari ini dia datang kemari. Tak jelas tujuannya apa, mengapa dirinya mesti datang lagi kemari?

Tak lama, sesosok figur yang dirindukannya selama beberapa tahun terakhir muncul dengan rambut hitamnya yang di potong sebahu. Wajahnya masih sama, Eden-nya masih yang dulu. Hanya saja, tatapan penuh cinta yang dulu selalu menyambutnya kini berganti dengan tatapan cemas dan menyesal.

LUST || [JinJi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang