DISASTER

400 50 12
                                    


"KimJis!" sudah pasti itu suara teman lamanya- Kim Namjoon. Ngomong-ngomong sedang apa dia dirumah sakitnya?

"Namjune!" serunya dibuat-buat.

Namjoong tersenyum seraya menghampiri Jisoo yang berencana pergi ke coffee shop di lobby. "Heiiiii apa kabar?"

Jisoo tersenyum lebar, "sangat baik seperti yang kau lihat kan?"

Tatapan Namjoon menelisik, Jisoo merasa sangat tidak nyaman. Ini yang dia takutkan jika bertemu dengan Namjoon. Psikolog kriminal seperti dia tidak bisa dibohongi. "Oke aku tidak akan bilang apa-apa kalau kau tidak cerita." Katanya. Dan itu sangat ambigu.

"Tidak akan. Ngomong-ngomong sedang apa kau di rumah sakit?"

"Kau belum dengar kalau ada kasus pembunuhan baru-baru ini?"

Jisoo mengernyit sambil mengingat-ingat di saluran berita mana kabar pembunuhan itu pernah dilihatnya. "Pembunuhnya berada dirumah sakit setelah melawan polisi dan tertembak di dada." Namjoon melihat jam tangannya, "jam 10 tadi dia selesai di operasi dan aku diminta stand by."

"Good luck then. Sooyoung dan si kembar apa kabar? Sudah lama aku tidak main kerumahmu."

Mereka berbincang cukup lama sampai Namjoon harus kembali ke pekerjaannya dan Jisoo perlu menghabiskan pesanan kopinya siang itu.

-

Pukul 2 siang Jisoo sudah pulang kerumah. Hari ini bibi Seo membuat siomay ayam kesukaan Jiwon. Yugyeom sedang sibuk di proyek karna sebentar lagi musim dingin sehingga pekerjaannya harus dipercepat. Yeri si gadis baliho kampus sudah mulai sibuk dengan teman-temannya. Tadi pagi Jinyoung telfon dan mengabsen keluarganya sebelum Jiwon berangkat sekolah. Karna ini hari Jumat, Jisoo bisa sedikit lebih santai dari biasanya. Besok rencananya mereka akan ke Villa untuk menikmati sejuknya embun.

"Eomma?"

"Ya?"

"Oom Sehun sudah datang!" seru Jiwon dari bawah. Mampus ia.

-

Jisoo melihat dari ekor matanya dimana Jiwon dan Sehun sedang asyik menelungkup di ruang tengah mengamati kereta-keretaan miik Jiwon hadiah dari Jinyoung saat ulang tahunnya yang kedua. Dirinya sibuk menyiapkan makan malam didapur sedang bibi Seo keluar dengan teman-teman arisannya. Mereka hanya bertiga dirumah besar itu, jantungnya berdegub kencang tanpa alasan.

"Yahh1 keretanya berhenti oom!" Jiwon melompat dari posisinya dan menunjukkan raut wajah terkejut yang cukup lucu sehingga mengundang tawa dari Sehun.

"Hmm, sepertinya baterainya habis. Dimana ayahmu menyimpan obeng dan baterai?"

Jiwon menghampiri ibunya di dapur, "eomma, dimana appa menyimpan obeng?"

"Sepertinya dia menyimpannya di garasi, di box perkakasnya yang bewarna oranye. Coba kalian cari, eomma akan mencarikan baterai untukmu."

Jiwon bergegas menarik oom Sehun untuk mengikutinya ke garasi belakang dan mencari box oranye milik ayahnya. Tidak lama mereka kembali dengan obeng dan beberapa kunci yang Jisoo tidak tahu fungsinya untuk apa. Tangannya sibuk meraih kabinet tempat bibi Seo biasa menyimpan barang-barang urgent.

"Ada dimana baterainya?" Sehun berdiri dibelakang punggungnya. Dagunya hampir mengenai kepalanya. Jisoo mematung ditempatnya.

"D... di.. disitu," ucapnya gugup.

Sehun melongok isi kabinet lalu meraih dua baterai kecil bewarna hitam. Oke krisis sudah lewat. Mungkin tidak.

Jisoo melihat Jiwon yang antusias saat Sehun dengan gagahnya melipat kemejanya kesiku dan membongkar kereta-keretaan Jiwon. Biasanya Jinyoung yang akan membenahi mainan Jiwon. Perkakas itu milik Jinyoung, tidak seharusnya Sehun berada disitu dan bermain dengan anaknya.

LUST || [JinJi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang