THE GUEST

985 91 12
                                    

Minggu itu, sepulang dari gereja paman dan bibi Jisoo yang merupakan orang tua Yugyeom dan Yerim mengundang mereka untuk makan bersama. Mereka ingin membahas pernikahan Yugyeom bulan depan. Jisoo sangat bahagia karena akhirnya sepupunya itu akan menikah setelah sepupunya yang satu-yakni Junmyeon kakak Yugyeom- sudah lebih dulu menikah dan tinggal di New York bersama istrinya.

Selain itu alasan mereka mengundang Jinyoung dan Jisoo karena bibinya rindu sekali dengan Jiwon yang sudah dianggap seperti cucunya sendiri. "Jiwon itu manis sekali, ah sangat tampan. Iyakan Chaeyoung?"

Gadis yang di panggil Chaeyoung itu turut tersenyum. Jisoo akui selera sepupunya dalam memilih pasangan hidup patut diacungi jempol. Jisoo mulai mengenal Rose saat ia ditunjuk sebagai mentor dirumah sakit tempat Rose magang sekarang. Dengan kata lain Rose adalah salah satu koas Jisoo, di bagian anak juga.

"Jadi bagaimana persiapannya? Apa sudah semua?" malah Jisoo yang merasa exicted karena memang dia tidak pernah punya pesta pernikahan seperti ini.

"Semuanya sudah beres, cuma tinggal tunggu tanggal mainnya." Yugyeom duduk di samping Chaeyoung dan bermain dengan Jiwon.

"Ngomong-ngomong kapan Jiwon punya teman?" tanya imo pada Jisoo yang sedang mengupas buah-buahan.

"Huh?"

"Iya, anak itu dari tadi bilang ingin punya adik biar ada temannya. Ia bosan main dengan Yerim melulu, tidak bisa diajak main kereta-keretaan. Kalau dia punya adik katanya sebagian mainannya boleh diberikan pada adiknya, kalau sudah begitu seharusnya sih dia sudah siap punya adik. Iya kan?"

Jisoo hanya tertawa canggung. Kenapa semua orang mengungkit perkara yang satu ini sih? Hawanya tiba-tiba jadi panas.

-

Setelah makan malam yang ramai di rumah paman dan bibi Jisoo, keluarga kecil itu kembali ke rumah. Pangeran kecil sudah tepar di kursi belakang karena terlalu lelah berlarian kesana-kemari. "Besok bibi Seo datang, kau jemput ya? Penerbanganku pagi sekali."

Jisoo sibuk memainkan ponselnya, tapi pendengarannya masih berfungsi dengan baik. "Aku usahakan, kalau ujiannya selesai lebih cepat aku bisa pulang dulu dan membawa Jiwon bersama."

"Ngomong-ngomong, Jennie mau nitip alat makan untuk Naeun."

"Kenapa mesti dari Jepang? Disini kan juga banyak, kau lebih tahu tempatnya."

"Iya memang disini ada, tapi disney baru mengeluarkan edisi terbatas, jadi dia nitip. Belikan satu set juga untuk Jiwon."

"Nanti kalau sempat aku belikan," Jinyoung masih fokus memerhatikan jalanan.

Sudah hampir larut saat mereka sampai dirumah. Jiwon benar-benar tidak berkutik saat sudah berbaring di kasurnya yang lembut, dia pasti capek sekali. Jisoo mandi duluan, karena dia terlalu lama memasak di dapur tadi, jadi tubuhnya masih bau masakan. Selesai mandi, ia melakukan perawatan rutin. Jujur saja, wajahnya memang cantik bak artis-artis yang sering muncul di tv. Itulah kenapa suaminya posesif, karena dia tahu kalau istrinya cantik, makanya harus dijaga.

Jinyoung belum-belum sudah berbaring di ranjang. Tubuhnya terlalu capek untuk pergi mandi. Bahkan untuk berganti pakaian pun rasanya malas. "Hei pak tua, mandi dulu. Badanmu bau keringat."

Jinyoung menggeleng, ia Cuma mau tidur sekarang. "Ya sudah kalau tidak mau mandi, aku tidur dengan Jiwon saja. Selamat malam," goda Jisoo sambil berlagak pergi keluar kamar.

Mendengar ancaman istrinya, Jinyoung segera masuk ke kamar mandi. Cuma lima menit, pria itu sudah keluar dengan handuk di pinggang. "Mandi atau cuma siram air?"

LUST || [JinJi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang