LOVE ME, BETTER

1K 95 5
                                    

Bona baru berusia enam tahun saat masuk ke IGD karena muntaber. Jisoo kembali memeriksa berkas yang ada ditangannya, sudah banyak kemajuan. Anak malang, ia terlalu lemah bahkan untuk diajak tersenyum. Jisoo selalu merasa kesal setiap ada pasien anak-anak yang terlantar begini. Keadaan ekonomi pas-pasan tapi memaksa ingin punya anak banyak. Alhasil kalau sakit pun sulit untuk berobat. Bagaimanapun kampanye Keluarga Berencana sekarang ini sedang gencar dilakukan untuk menghindari hal-hal semacam ini. Jisoo adalah seorang ibu, tentu ia merasa iba pada anak-anak yang tidak terurus begini.

Jisoo menarik napasnya dalam, cenderung melenguh. Diambilnya map tadi sambil membawa glucose untuk mengganti isi botol yang hampir habis. "Selamat siang Dok, bagaimana Bona? Dia sudah dua hari tidak poop lagi nih."

"Iya, sebaiknya Bona di-af saja. Nanti akan saya tuliskan dietnya. Botol yang ini diberikan juga sesuai dengan instruksi saya, sampai habis ya."

"Baik Dok terima kasih."

"Ok beres."

Jisoo meneruskan ronde siangnya dengan Suster Kim. Biasanya para mahasiswa ikut keliling juga, tapi sampai sore mereka belum kelihatan juga. Sudah jelas bahwa ujian oleh si Killer itu belum selesai juga alias tidak mudah untuk lulus.

Sore itu Jisoo berkumpul bersama rekannya yang lain setelah selesai ronde. Sampai sekarang Jisoo dan Jennie masih satu tempat kerja, Jennie bahkan menikah dengan Jackson teman satu kampus mereka dulu.

"Kalau sudah tidak ada tugas lagi kalian boleh pulang," kata si Bos.

"Tumben sekali, biasanya kami akan ditahan sampai anda puas memelonco koas-koas polos itu."

"Katakan kalau aku sedang baik Seungyoon, kalau tidak mau ya tidak apa-apa keburu saya berubah pikiran."

"Ayolah sudah hampir jam empat, jam segini Naeun sudah bangun, nangis dia nanti mencari ibunya tidak ada dirumah." Jennie buru-buru beranjak dari kursinya dan nyelonong pergi dengan tasnya.

Jisoo dan Seungyoon segera mengikutinya dan menyamakan langkah. "Eiy, bagusnya. Jam baru? Dari luar?"

"Iya, Jackson baru balik dari Paris, lumayan oleh-oleh. Sekali-kali ingin juga aku berlibur lama-lama."

Mereka bertiga sudah berkeluarga. Jennie dan Jisoo masing-masing sudah beranak satu, tapi Jisoo baru tahu kalau Jennie sudah isi lagi. Sedang Seungyoon sudah beranak dua yang paling tua sekelas dengan Jiwon sedang yang bungsu masih delapan bulan.

"Hahaha, boleh-boleh saja. Paling saat kau pulang namamu sudah hilang dari daftar pegawai." Seungyoon merapihkan kemejanya.

"Menyesal juga dulu sekolah kedokteran ujung-ujungnya kerja rodi begini."

"Kau tidak masuk hitungan Jisoo. Kalau kau tidak kerja pun suamimu mampu menggajimu secara penuh, iyakan?"

"Dia itu pelit jangan berharap banyak. Beli bedak dan lipstick pun aku harus rolling jadwal dengan Dokter Yoo."

"Hmm boleh juga kau, istriku cuma bisa menghasilkan bayi montok melulu,"ucap Seungyoon bersungut.

Jisoo dan Jennie tertawa keras sambil memegangi perut mereka yang hampir kram, "hati-hati kalau bicara. Bisa saja istrimu punya mata-mata disini, kalau dia tahu kau pasti akan mati."

"Kalau aku besok resign artinya dia benar-benar punya mata-mata."

"Kujamin kau akan resign besok karena aku mata-matanya, hahaha."

Mereka berpisah di parkiran, Jisoo membuka pesan masuk di ponselnya. Jiwon mengirim pesan lewat Yerim. Yerim sekarang tinggal dirumah mereka selama kuliah, ongkos untuk hidup di Seoul sangat mahal.

LUST || [JinJi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang