Beginning

22 1 0
                                    

Australia

Sedari kecil Daniel telah terbiasa hidup dengan keteraturan tanpa adanya membuang waktu secara sia-sia.
Ya, Daniel merupakan seseorang dari keluarga Louise yang menguasai 40% perusahaan besar yang telah terdaftar di KOSDAQ dan memiliki 60% saham dari perusahaan tersebut.
Kesempurnaan melekat dibalik dirinya yang ia dapatkan sedari lahir.
Dibalik itu semua, ia juga memiliki berkat yang tidak bisa didapatkan dari orang biasa seperti halnya kebebasan, ketenangan, kebahagiaan, ataupun kasih sayang keluarga.

"NIEL!"panggil seseorang didepanku yang menyadarkan Daniel dari lamunannya.

"Yes mom, sorry Niel tadi melamun mom"jawab Niel dengan mengangkat tangannya dengan posisi melakukan peregangan ringan pada lehernya yang lelah.

"Bagaimana kalau besok kamu mewakili mom menghadiri acara peluncuran produk kecantikan perusahaan Tante Jesica. Mom nggak bisa hadir besok ke peluncuran produknya karena besok mom harus menemani daddymu menemui koleganya di Paris, bisa kan Niel?"tanya Lily kepada putra semata wayangnya dengan penuh harap.

"Besok Niel free schedule sih mom jadi Niel bisa mewakili mom datang ke acara peluncuran produk kecantikan Tante Jesica, acaranya itu jam berapa mom dimulainya?"tanya Niel kepada mom nya dengan ekspresi datar.

"Kalau untuk acara peluncurannya itu akan dimulai jam 8 malam di hotel Aston Palembang Niel dan untuk tiket penerbangan sudah mom pesankan. besok jam 6 pagi penerbanganmu ke Indonesia"Jawab Lily dengan senyuman mengambang.

"Okey kalau begitu Niel mau packing pakaian Niel dulu mom" ucap Niel sembari berdiri meninggalkan momnya dan menuju kamarnya yang berada di arah barat rumah mewah keluarganya ini.

"Mom masih ingin berbincang denganmu Niel"ucap lirih Lily yang melihat putranya telah berjalan jauh meninggalkannya di mini bar dapur menuju barat rumah mewah itu. Ya, hubungan Lily dan Niel tidak sehangat dulu lagi semenjak peristiwa itu, sebuah peristiwa yang menghancurkan kepercayaan Niel kepada momnya, Lily.

.
Di kamar Niel

Sementara itu, di sebuah kamar di barat rumah mewah keluarga Louise, terdapat seorang pria yang sibuk mengepack pakaian-pakaiannya untuk persiapan besok ke Indonesia.

"Ternyata yaps bukan pilihan buruk kalau besok gue ke Indonesia, gue sangat butuh refreshing sejenak dari hiruk pikuknya kehidupan yang melelahkan ini selama disana."ucap Niel sendiri kepada dirinya sendiri yang memang akhir-akhir ini merasa sangat kelelahan bekerja.

"Oh iya,gue mesti hubungi Sekretaris gue, Mr. Beni buat reschedule ulang jadwalku untuk seminggu ke depan"Ucap Niel dengan menatap dan menyentuh layar Handphonenya dan mengklik tanda telpon di no sekretarisnya itu.

"Hello Ben,tolong reschedule ulang dan kosongkan jadwalku selama seminggu ke depan"salam Niel tanpa basa-basi ke Ben. Seperti biasanya Niel sangat tidak suka menghabiskan waktu dengan basa-basi nggak penting karena toh baginya time is money jadi waktu yang terbuang tanpa adanya hal produktif baginya hanyalah pemborosan dan ketidakefektifan individu tersebut dalam manajemen waktu.

"Iya pak, baik akan saya reschedule ulang jadwal bapak tapi kenapa mesti dikosongkan pak selama seminggu?Bapak mau kemana?"cerca Benny dengan sangat penasaran kepada bosnya yang workholic ini karena tumben-tumben sekali bosnya ini meminta reschedule jadwalnya apalagi sampai seminggu hal yang terdengar tidak masuk akal. Hal yang masuk akal itu kalau hari libur pun ia akan tetap menyibukkan dirinya dengan tumpukan dokumen sehingga hal ini membuat Beni mau tidak mau harus ikut kerja juga. Tanpa sadar Beni terkekeh dengan pikiran konyolnya tersebut ke bosnya yang penggila kerja itu.

"Gue mesti refreshing diri dulu Ben, gue rasa sangat kelelahan akhir-akhir ini dengan tuntutan pekerjaan serta pertunangan gue. Gue besok bakalan pergi ke Indonesia mewakili mommy gue menghadiri acara peluncuran produk kecantikan perusahaan Tante gue, Ben"ujar Niel dengan jujur kepada sohibnya yang meringkus menjadi sekretaris pribadinya juga yakni Beni. Ya,Beni merupakan temannya sedari sekolah menengah atas sampai sekarang. Jadi, menurut Niel, Beni bukan hanya sekedar sohibnya tapi sudah Niel anggap juga sebagai keluarganya menilik kedekatan mereka sedari masa sekolah.

The Sixth Sense of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang