2

267 66 212
                                    

Suasana kantin saat ini sangat riuh, banyak siswa lalu lalang, dan sayang keduanya tidak dapat meja kosong.

"Em El gimana nih kita nggak dapet meja mau makan di mana coba, mana cacing di perut udah pada disko," ucap ola

"Bentar tunggu sini gua pesen makan, lu mau makan apa? bakso aja deh biar ga lama,"

"Percuma nanya kalo endingnya lu yang milih, eh tapi kan," gerutu ela dan dia sadar dia kan ga dapet meja "ELA KITA MAU MAKAN DI MANA?" ucap ola sambil berlari menghampiri Ela.

Ela tetap berjalan tanpa mengindahkan teriakan Ola. setelah baksonya siap Ela memberikan baksonya pada Ola.

"Nih pegang,"

"Lah lu mau ngap-, buset dah tu anak di kata gua Mr. Bean yang suka ngomong ma boneka, iya die ngomong ma boneka gua ngomong ma bakso, mana baksonya diem-diem bae," cerocos ola berhenti seketika ketika melihat Ela membawa kursi plastik,

"Tu anak mau ngapain lagi sih ah,"

Ela menarik kursi panjang yang letaknya tidak begitu jauh darinya, dan menempatkan ke-dua kursi plastik di depannya.

"Dah yok maan,"

Ola hanya terdiam, ia tidak menyangka kalau temannya satu ini memang orang yang susah di tebak namun juga menguntungkan pastinya.

keduanya makan sambil bertukar cerita dan ya kini bakso di depan mereka telah habis. Tidak ada rasa malu pada mereka, walaupun mereka seperti makan di warung lesehan.

"Dah get out capek gua," ucap ola

"Iya nih gua juga masih ngantuk,"

Brukkk

Demen banget ni bokong nyium lantai

"Eh sory, gua ga liat lu," ucap cowok itu sambil mengulurkan tangan untuk menolong Ela, "Anak baru ya," sambung nya.

"Hem iya terima kasih," ucap ela dengan raut wajah yang sulit di artikan.

"Kenapa? oh iya kenalin gua Ravindra,"

Vindra kok gua kaya kenal nama itu, tapi sape sumpah ni otak kagak bisa dia ajak kompromi, aduh pake ngelag segala. Fiks pulang laundry otak.

"Ela itu Ravi ngajak lu ngomong," ucap Ola sambil menyenggol lengan Ela

"Eh Vindra gua ela," ucap sepontan Ela,

Ravinndra mengangkat sebelah alisnya yang dan menampakkan ekspresi yang emm-

"Eh Ravi maksud gua, iya gua ela,"

Ucapan ela membuat Ravindra memicingkan mata

Eh buset dia ngarti gua sebenernya siapa apa ya kok sampe segitunya, aduh mampus.

"Panggil gua vindra juga gak papa," ucap Ravindra sambil mengacak-acak pelan rambut Ela.

Ela menatap punggung cowok itu yang semkakin menjauh darinya,

"Yakin itu Ravindra dia bisa bersikap semanis itu ke cewek, demi apa sih,"

"Dia siapa sih la?" tanya Ela

"Oh dia tu Ravindra lu pasti tau Danostra kan, nah dia itu wakil Danostra dan dia itu kaya dispenser cool tapi hot-"

_______________

Flashback on

Seorang gadis terlihat sedang beradu argumen dngan sosok laki-laki yang kiranya mereka seumuran,

"Elo kalau gak bisa mimpin Avgator mending cabut aja, bikin malu anak Avgator aja lo. Gua yakin mereka sebenarnya enek punya ketua kek lo yang bisanya cuma nyusahin. Inget pemimpin itu harusnya cowok bukan cwek dan lo sama sekali nggak pantes buat jadi pemimpin Avgator, ngerti lu!" suara laki-laki itu terdengar menggema di ruangan persegi.

Gadis itu hanya tersenyum sambil menunggu kata-kata yang akan keluar dari mulut sampah laki-laki itu.

"Napa diem lo nggak punya mulut ha, lo bisu!"

"Udah selesai ganggu waktu gua aja lu, inget gua nggak mau ngeladenin banci kek lu," ucap gadis itu sambil menunjukan senyum smirk-nya.

"Anj*ng lo," ucap laki-laki itu menganggkat tangan siap meluncurkan bogem mentah pada gadis di depannya ini. Tanpa dia duga tangannya dengan mudah di halau gadis tersebut.

"Rian gua nyuruh lu bawa dia kesini bukan untuk main cemen kek banci," terdengar teriakan cowok dari belakang laki-laki yang di panggil Rian ini.

"Danostra wow gua kaget bisa lu semua ngerekrut anggota sampah kek dia, juih" dengan berani gadis itu meludahi laki-laki di depannya.

"Kalau aja gua nggak abis lu, dan buat lu wakil Danostra yang terhormat silahkan di urus anggota sampah lo ini," ucap gadis itu sengaja menekan kata anggota sampah.

"Oh ya satu lagi jangan sok jago kalau ngadepin satu cewek aja musti satu geng ikut, situ jagoan apa beban," ucap gadis itu sebelum akhirnya melenggang pergi dari ruang persegi itu."

flashback off

_______________

"Ela lu dengerin gua nggak sih,"

Suara Ola membuat Ela serasa di tarik kembali dari alam yang berbeda.

"Iya gua dengerin kok,"

Saat ke-dua gadis itu kembali bercanda tiba-tiba kantin menjadi riuh karena sekelompok cowok XII MIPA 5 datang.

"Gila ganteng banget doi gua,"

"Aaaa bebeb Zovan,"

"Aa Rzevan menggoda iman adek nih,"

"Rendra sayanggg,"

"Aa Ravi sini yok biar eneng yang cairin es nya,"

"Ardian duduk bareng aku yuk,"

dan masih banyak celotehan cabe disana yang membuat telinga sakit,

Lima orang yang berpengaruh disini, owh gua inget mereka inti Danostra, eh tapi kok gua nggak liat cowok sampah itu dimana, udah di buang apa gimana. Tapi nggak papa deh biarin gua nggak mau sibuk ngurun tu manusia sampah.

"Maklum aja ya El emang cewe di sini suka gitu, gua juga risi sebenernya ama mereka. Fiuh tapi mereka emang ganz banget uwwu,"

"Sama aja lu la, udah yok ah balik kelas," ajak Ela.

Baru beberapa langkah Ela merasa ada tangan besar memegang bahunya.

"Eh cupu lu tadi belum sempet minta maaf sama gua, main kabur aja. Sekarang sebagai gantinya lu antri sono pesenin gua makan," ucap cowok itu

Etdah buset siapa yang nabrak siapa yang suruh minta maaf gila ni anak kasihan mana masih muda,

"Punya tangan punya kaki, ngapain nyuruh orang,"

seketika ela menjadi pusat perhatian anak-anak di kantin, tidak sedikit dari mereka yang menggerutu betapa beraninya anak baru ini apa dia tidak tau sedang berhadapan dengan siapa dia saat ini. Seisi kantin di buat kembali tercengang ketika suara Ela terdengar lagi.

"Anda tidak cacat Rezvan Elvano,"

Setelah mengatakan itu Ela menarik tangan Ola meninggalkan inti Danostra, siapa sangka gadis berpenampilan cupu bisa membantah keinginan seorang Rezvan Elvano. ucapan Ela berhasil membuat Rezvan terdiam sambil menatap kepergian Ela. Seisi kantin juga di buat tercengang dengan keberanian cewek itu.

Rezvan tidak tahu ada apa dengan dirinya, ada rasa benci namun rasa benci itu tiba-tiba sirna terganti dengan rasa aneh Rezvan sendiripun tidak tahu perasaan macam apa itu.

Di sisi lain Ela dan Ola sudah berada di kelas,

"El lu kok berani banget sama Rezvan dia kan-" ucapan Ola terhenti ketika Ela tiba-tiba mengeluarkan suara.

"Seorang petinggi kelompok pasti akan memilih lawan yang sebanding ," ucap Ela tanpa mengangkat wajahnya sedikitpun.

Ela mengabil benda pipih yang ada di sakunya, dengan segera menekan tombol telpon yang Ola tidak tahu itu siapa.

"Kumpul malem ini,"

Sambungan terputus begitu saja, benda pipih itu kembali ia kembalikan ke asalnya.

GracielaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang