3

187 35 42
                                    

"Eh itu makanan gua bambang,"

"Kita layaknya SCTV-"

"Satu untuk semua," ucap seisi ruangan yang lumayan besar itu.

"Awas aja lu nanti pacar lu juga SCTV," ucap laki-laki itu dengan senyum smirk.

"Coba aja kalo mau jadi krisna," ucap orang yang di panggil bambang itu.

Suara tawa mereka memenuhi hingga sudut ruangan itu, sebelum akhirnya seorang gadis datang.

"Eh si eneng muka kusut amat amat aja mukanya kagak kusut, iya ga mat-" ucapannya seketika di hadiahi tatapan tajam dari anak-anak Avgator.

"Tumben Cel nyuruh kita kumpul, kenapa?" tanya Dhiren

"Gua pindah dan sekarang gua satu sekolah sama inti anak Danostra, dan-"

"APA!!!" seru anak Avgator

"Heh santuy napa gua belum selesai ngomong udah pada nyaut aja," ucap Graciela.

"Ya maap kita kan kaget gitu Cel secara lu anti banget ama geng satu tu, tapi kenapa tiba-tiba lu bisa satu sekolah ama inti itu geng," ucapZabran.

"Oke jadi gini, kemaren kan gua buat kasus lagi di SMA Kejora dan parahnya kakek gua tahu. Dan ya kakek gua marah terus dia bialang mau pindahan gua ke tempat temannya, yang ternyata itu SMA Bhakti Darma tempat inti anak Danostra sekolah, untung gua kagak satu kelas ama tuh anak-anak," jelas Ela panjang lebar.

"Eh tapi Cel kok anak SMA situ kagak ada yang kenal elu? lu pake ilmu apaan sampe anak SMA Bhakti Darma kagak bisa liat lu?" tanya Haikal.

"Etdah buset lu bang gini-gini adek lu pinter, jadi gua nyamar gitu nama panggilan gua juga bukan Shamara ataupun Graciel, gua ganti jadi Ela," ucap Graciela dengan bangga.

"Ela kek lagu itu kan apa namanya gua lupa," ucap Oziel

Macarena, macarena, baila, baila, ella, ella
Macarena, macarena all night long
Macarena, macarena, baila, baila, ella, ella
Macarena, macarena all night long

suara Zian terdengar nyaring, dan membuat Graciela sedikit merasa kesal.

"Eh Zian suara lu bagus tapi lebih bagus lagi kalo lu diem," ucap Graciela

"Eh lu pada diem diem bae hiyuk lanjut, Macarena, macarena-" ucap Zian samil mengacungkan tangan lagaknya seorang penyanyi yang sedang konser dan membiarkan para penonton ikut bernyanyi.

"Baila, baila, ella, ella," sambung anak Avgator.

"Anj*ng emang tu anak," ucap Graciela sambil melempar sepatu pada Zian.

Lemparan Graciela tepat sasaran sehingga membuat Zian mengaduh kesakitan.

"Terusin aja Zi kalo mau muka lu kagak berbentuk"

"Iya-iya, lu jadi cewek harusnya bersikap manis gitu bukan malah main nge-gampar orang bae," protes Zian sambil memegang pipi yang terkena lemparan sepatu.

"Eh Zi, lu tuh kalo di lihat ganteng juga ya-"

"Jelas baru nyadar lu kalau seorang Ziandra Valerio ganteng," ucap Zian pede.

"Apalagi kalo ga punya mulut uh tambah ganteng," ucap Graciela dengan sengaja menekan kata ga punya mulut yang sukses membuat se-isi ruangan menyemburkan tawa.

"Canda elah Zian baperan amat sih lu, amat aja nggak baperan," ucap Graciela.

"Iya Ela," ucap Zian yang langsung mendapat tatapan tajam dari sang empu.

"Oke, silahkan pulang hari ini gua tidur di mari. Yang mau balik silahkan yang masih mau ngumpul jangan brisik, gua mo tidor bye," ucap Graciela sambil menghampiri tangga menuju ruang atas.

"Cel, ada masalah lagi? cerita dong sama kita-kita lu udah punya beban berat dan tanggung jawab buat Avgator, dan lu cewek. cerita sama kita kalau kita bisa, kita bakal bantu nyelesain," ucap Haikal yang membuat langkah Graciela terhenti seketika.

"Nggak ada masalah kok bang cuma lagi capek aja serius, dan Avgator yang jadi tanggung jawab gua sebisa mungkin gua bakal jalanin dan ga bakal buat kalian kecewa. Walaupun gua cewek tapi gua yakin dengan adanya kepercayaan kalian, dukungan kalian gua mampu jalanin tanggung jawab ini. Kalian sahabat gua, enggak kalian udah kaya keluarga bagi gua." butiran air lolos begitu saja dari matanya, beruntung tidak ada yang melihatnya karena Graciela sama sekali tidak berbalik menatap Avgator saat mengucapkannya. Ia menunduk, ia hanya tidak mau sampai sahabat-sahabatnya ini melihat betapa terpuruknya dia sekarang.

"Cel kita bakal disini nemenin lu," ucap Ozian

"terima kasih," ucap Gracelia nyaris tak bersuara.

Sesampainya di ruang atas Graciela membuka pintu ruangan itu, terdapat spring bed yang tidak terlalu besar dan ya masih layak lah di sebut kamar.

Tanpa pikir panjang lagu Graciela menjatuhkan tubuh penatnya, ia memejamkan mata berharap mimpi indah segera menjemputnya. Tapi kenyataanya saat ini ia sedang bergelut dengan pikirannya sendiri, kata-kata neneknya seolah menjadi boomerang pada ingatannya.

______________________

Flashback on

"Shamara dimana kamu, cepat ke-sini saya mau bicara denganmu,"

Suara Pramadita terdengar sangat marah dan tidak sabaran.

PLAKKK

Tamparan yang begitu keras mendarat di pipi mulus gadis tersebut.

"Saya tidak habis pikir dengan kamu, sudah di beri hati malah ngelunjak. Dimana rasa balas budi kamu, selama ini anak dan suami saya membiayai hidup kamu dan apa yang kamu perbuat sekarang, dengan seenak hati kamu menghancurkan perusahaan yang selama idi di bangun suami saya. Dimana letak otak kamu, apa sebenarnya yang kamu mau sampai perusahaan kami kamu buat gulung tikar. Dan sekarang kamu berhasil," ucap Pramadita dengan nafas yang menggebu-gebu.

"Apa mak-"

PLAKKK

belum sempat gadis itu menyelesaikan ucapannya tamparan Pramadita kembali mendarat di sisi lain pipi sang gadis.

"Masih berlagak polos kamu, kemarin keuangan perusaan melapor uang tidak mencapai 340 juta minggu ini karena kamu ambil 200 juta. kamu kecil-kecil sudah belajar jadi maling ya, mau jadi apa kamu besar nanti. dasar penjilat sungguh menjijikan," ucapan Pramadita berhasil menyulut emosi ang gadis.

"Maaf sebelumya nyonya Pramadita yang terhormat, sebenarnya siapa disini yang penjilat. Apakah anda sedang membicrakan diri anda sendiri," ucap gadis itu sambil menunjukan senyum smirk.

"Dasartidak punya sopan santun," ucap Pramadita kembali menampar pipi gadis itu.

"Pramadita apa yang kamu lakukan," ucap Virendra yang lebih tepat disebut teriakan.

"Dia mengambil uang perusahaan sebesar 200 juta, Rendra ini sudah tidak bisa di-diamkan, yang ada dia semakin menjadi dan har-"

Ucapan Pramadita terhenti ketika tiba-tiba Virendra menatapnya tajam.

"Pramadita aku bilang cukup, dan kamu Shamara ikut keruangan kakek sekarang," ucap Virendra.

Shamara pun mengekori kakeknya hingga ke ruang kerja sang kakek.

"Tutup pintu dan duduk di depan kakek." perintah Virendra.

"Kek sumpah Ara nggak ngambil uang kantor sedikitpun, semua ya-"

"Kakek tidak meminta penjelasan darimu. Kakek hanya sudah muak dengan kelakuan mu yang kerjaanya hanya membuat masalah di sekolah, minggu depan kamu pindah ke SMA Bhakti Darma,"

"Tap-" ucapan Shamara kembali terhenti ketika virendra kembali bersuara.

"Kamu tahu kan kakek tidak suka penolakan, dan kamu ingat kamu jangan sampai memberitahu memberi tahu Reyfan dan Louly. Kakek tidak suka di bantah,"
ucap Virendra dan hanya di angguki Shamara.

"Dan kamu harus bisa menjaga rahasia kalau sebenarnya uang perusahaan bukan hilang tapi di investasi untuk membuat perusahaan baru, satu lagi di sekolah baru nanti kamu jangan memperkenalkan diri dengan nama shamara kamu pikirkan nama samaran untuk kamu." sambung Virendra.

Flashback off

____________________




GracielaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang