Bibidibobidiboo! - Briwoon

44 5 0
                                    



Kang Younghyun.

Anak tunggal bangsawan kelas atas, tapi diperlakukan seperti babu cuma karena ayahnya menikahi janda muda yang salah. Sejak hari pertama ibu tirinya datang bersama kedua saudara barunya, Younghyun sudah disindir dan dimaki-maki setiap kali sang ayah tidak melihat. Sebenarnya anak laki laki itu bisa melawan perlakuan buruk mereka, dan pernah dilakukannya beberapa kali, tapi entah dari mana yang sampai ke perhatian ayahnya selalu kabar bahwa ia membuat masalah.

Reaksi yang ia dapatkan juga selalu sama: "Mendiang ibumu pasti sedih melihatmu seperti ini..."

Kalau sudah membawa nama ibunya, anak berpipi chubby itu sudah tidak bisa berkutik. Rasa sayangnya pada sang ibunda membuatnya merasa tidak enak telah membuat masalah, tidak peduli sebenar apa alasan yang ia punya. Apalagi karena ibunya selalu berpesan pada Younghyun kecil agar 'jadi anak yang baik hati, lembut, dan pemaaf ya Younghyun-ah. Jangan menindas dan jangan mendendam. Kau anak yang kuat, jadi lindungilah yang lebih lemah darimu. Ibu selalu menyayangimu, uri Younghyunie.' Hatinya tidak sampai untuk mengingkari perkataan perempuan yang paling disayanginya itu.

Jadi Younghyun berhenti melawan. Lebih baik ia memfokuskan energi dan emosinya ke hal lain. Ada sebuah kotak terkunci di pojok loteng yang sekarang menjadi kamarnya berisi bukti pelampiasannya.

Semenjak mendiang ayahanda menyusul ibunya ke surga, hidup anak bermarga Kang tersebut makin terpuruk setiap harinya. Dijadikan pelayan sembari dicemooh dan terkadang tidak diperbolehkan ikut makan makanan yang ia siapkan sendiri. Sering sekali saudara-saudaranya dengan sengaja merusakkan barang atau mengotori rumah, lalu menjadikan Younghyun kambing hitam.

Parahnya lagi tidak ada satupun dari keluarga tirinya yang pandai mengurus uang. Bisnis ayahnya terbengkalai karena ibu tirinya tidak bisa mengurus, sementara anak bermata tajam terlalu sibuk dengan tanggung jawab tidak penting dari saudara tirinya untuk bahkan membaca berkas yang ada. Yang paling membuatnya frustasi adalah mereka tahu pendapatan sudah buntu, tapi masih berani-beraninya menghamburkan uang untuk hal-hal remeh.

Jaminan terakhir yang ia punya hanyalah sebuah kebun yang berada jauh di ujung halaman belakang mansion yang luas, persis berbatasan dengan hutan. Kalau semua harta yang mereka punya sudah habis, paling tidak mereka bisa memakan hasil kebun miliknya, pikir Younghyun kecil. Disanalah tempat ia menghabiskan waktu senggangnya kalau ada, seringkali menulis sajak mencurahkan isi hatinya atau mengurus tanaman sambil bernyanyi. Terkadang beberapa burung datang mendengarkan suaranya, saking seringnya remaja berpipi chubby tersebut sudah menganggap mereka sebagai teman baik.

Younghyun tahu berteman dengan burung di kebun dan tikus di loteng terdengar menyedihkan, tapi itu jauh lebih baik dari mencoba bersosialisasi dengan kedua saudara tirinya atau teman-teman mereka. Yang ada malah ia akan dicemooh dan dijadikan bahan tertawaan. Stress pekerjaan rumah tangga sudah cukup untuknya, thank you very much.

Begitulah kehidupan seorang Kang Younghyun selama ini, sebelum seorang ajudan kerajaan datang membawa surat tentang pesta besar di istana.

.

.

.

"IBUUUUUUU-"

"IBU IBU IBU IBU"

Derap kaki kedua saudaranya menggema di lorong panjang rumah, diikuti dengan langkah pelan Younghyun di belakang. Surat dari istana! Heh, terkadang menjadi pelayan memang memiliki beberapa kelebihan. Salah satunya informasi yang lebih cepat, seperti saat ini. Pemuda bermata tajam itu sedikit merasa bangga bisa mengetahui isi surat tersebut terlebih dahulu, apalagi berita baik yang dibawanya turut membuat sang pemuda bersemangat.

Prompts to PagesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang