Prolog

2.3K 212 11
                                    

Bugh! Bugh! Bugh! Ack!

Suara pukulan dan rintihan terdengar samar di taman belakang sekolah. Di bawah sinar matahari senja, segerombolan anak berseragam sekolah terkapar di tanah dengan wajah babak beluk dan tidak sedikit yang bersimbah darah. Di antaranya, ada 2 anak lainnya, satu berbadan cebol tengah memukuli orang berbadan gendut, dan satunya lagi memiliki tubuh tinggi di atas rata-rata, hanya menonton dengan wajah datar walaupun tidak bisa dipungkiri dari jejak berantakan di tubuhnya, anak tinggi ini juga ikut berkelahi.

Anak itu menahan tangan yang berbadan cebol, "Mikey, cukup."

Mendengar itu, Mikey menghempaskan pemuda gemuk di tangannya.

"Ack!"

"Dasar kalian anak SMA, cuma berani mengeroyok kami yang masih SMP, huh?" ujar Mikey sombong. Dia jijik dengan orang-orang ini sampai dia menendang mereka sekali lagi.

"Ah! Sakit! Maaf, maafkan aku!" rintih pemuda gemuk itu.

Semakin orang itu merintih, semakin Mikey kesal! Saat dia ingin memukul pemuda itu, Draken sudah menduga hal ini akan terjadi, dia langsung berkata, "Ayo pulang, Mikey!"

"Jangan buang waktumu untuk sampah seperti mereka."

Perkataan Draken membuat saraf Mikey santai, dia berbalik dan tersenyum pada Draken, "Kau benar. Ayo kita pulang, Kenchin!"

Dua anak SMP itu pun pulang meninggalkan gerombolan yang terkapar itu dengan senyum di wajah mereka.

"Oh iya, Kenchin, orangtuaku pergi ke luar negeri lagi saat ini," ujar Mikey. Dia dan Kenchin berjalan bersama sambil menyesap es krim.

Kenchin melirik Mikey, "Jadi?" tanyanya walaupun sudah tau apa yang akan dikatakan Mikey selanjutnya. Dan benar saja, lelaki imut itu tersenyum.

"Biarkan aku menginap di kost-anmu! Boleh ya? Aku tidak menerima jawaban selain boleh," Mikey selalu bersikeras.

Draken tahu Mikey kesepian tapi menginap di kost-annya bukan pilihan yang baik terutama untuk dirinya sendiri. Dia menghela nafas, "Kau tahu tempatku sangat kecil, ingat? Itu sangat tidak nyaman bagimu."

"Siapa bilang aku merasa tidak nyaman? Aku suka dimana pun asal Kenchin ada di-"

Draken membekap mulut Mikey sebelum kalimat konyol itu keluar, "Baik, baik. Kau bisa menginap asal jangan katakan hal bodoh lagi."

Mikey tertawa, "Baik, Kenchin!"

Tak lama kemudian, mereka pun tiba di tempat tinggal Kenchi yang kecil. Hanya ada 2 ruang disana. Kamar untuk mandi, dan kamar multifungsi alias bisa untuk tidur, makan, nonton tv, dll.

"Hah, Kenchin, aku merindukan tempat ini!" seru Mikey.

"Jangan terlalu nyaring! Nanti pemilik kost bisa marah!"

Keduanya mandi, berganti baju, memasak, makan, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Mikey sangat menikmati apa saja yang dia lakukan dengan Draken, dan tentu saja Draken merasakan hal yang sama. Malah dia selalu ingin tinggal di bawah atap yang sama dengan Mikey. Namun dalam beberapa aspek, tinggal bersama Mikey bukan pilihan yang bagus baginya.

"Kenchin, aku mandi dulu!"

Draken melihat Mikey yang berjalan ke kamar mandi, "Mandi lagi?"

"Kenapa? Ada yang aneh?"

Sebenarnya bukan hal yang aneh lagi Mikey selalu mandi sebelum tidur, itu memang kebiasaannya jadi karena tidak ada teman mengobrol, Draken tiduran di ranjangnya sambil memainkan handphone. Diam-diam, dia tidak bisa menahan gugup.

Clek! Pintu kamar mandi terbuka.

"Kenchin! Coba lihat aku!"

Meskipun Draken tidak mau melihat Mikey karena bisa mengganggu stabilitas kaki ketiganya, dia tetap melihat Mikey dan tenggorokannya tercekat.

Mikey berdiri di depannya dengan kaos oversize yang menutupi setengah pahanya tanpa celana.

"Mana piayama yang ku berikan tadi?!"

"Disitu. Aku tidak memakainya, aku lebih suka ini. Kau tidak boleh memaksaku memakai piayam seperti terakhir kali atau lubang hidungmu terancam!"

Draken mendesah frustasi, "Kenapa aku punya teman cabul yang tidak suka memakai celana, oh Tuhan..."

"Aku pakai celana!"

"Oh?"

Tanpa malu, Mikey mengangkat baju oversizenya dan membuat Draken nyaris menyemprotkan darah dari hidungnya.

"Itu celana dalam, bodoh!"

"Kalian anak nakal jangan ribut! Ini sudah malam!"

Mikey dan Draken menutup mulut mereka mendengar teriakan marah pemilik kost.

Tidak ada lagi yang bisa Draken lakukan, dia tidak mau lagi berdebat dengan Mikey yang terlihat senang tidak mengenakan celana.

"Ayo tidur, sudah larut."

Mikey setuju dengan perkataan Draken, lantas melemparkan dirinya ke pelukan Draken.

"Mimpi indah, Kenchin!"

Draken membiarkan Mikey memeluknya tetapi dia tidak membalas pelukan Mikey. Namun di sisi lain, dia tidak bisa tidak merona. Walaupun Draken lahir di lingkungan yang cabul dan banyak wanita cantik mengelilinginya, dia tidak pernah tertarik dengan mereka. Tetapi dengan Mikey, ketahanan nafsunya benar-benar diuji karena hanya Mikeylah yang membuatnya terpikat.

Dengkuran halus lelaki imut itu terdengar pertanda bahwa dia telah tertidur. Di saat seperti inilah jantung Drake berpacu lebih cepat lagi. Dia menoleh ke samping dan menemukan wajah damai Mikey.

Wajah tidur Mikey begitu cantik, sampai Drake ingin melakukan hal buruk padanya. Tapi sekali lagi dengan ketahanan nafsu Drake yang sudah ditempa sejak dini, dia berhasil menahannya.

Walau bagaimana pun, Mikey temannya. Hanya teman dan tidak lebih. Jika dia memaksakan nafsunya dan membuat Mikey membencinya....

.....tidak, Draken tidak mau membayangkannya.

.
.
.

Bersambung

A/N : Hola gengs! Aku lagi mabok kapal Drakey nih dan ini fanfic pertama aku soal mereka. Perihal ending, tenang aja gengs aku gak suka BE, so ceritanya pasti happy ending kok ^^

Hope you guys enjoy it! See you on the next chap!

Stop Flirting me! [Draken x Mikey aka Drakey] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang