Jika bisa, aku ingin pergi. Berlari sekuat tenagaku untuk pergi. Tapi, aku terlalu mencintai mama. Hingga, aku hanya bisa diam tanpa bisa berlari atau pun pergi.Inilah aku, Sang pengantin Pengganti.
*****
"Hana." Suara panik disusul dengan wajah pias mamanya mengundang tatapan bingung Hana yang saat itu kebetulan dia ingin keluar kamar.
"Mama, ada apa?" Tanyanya bingung. Mengayunkan langkah kaki mendekat, memangkas jarak antara dirinya dan mamanya yang kini berdiri di depan pintu kamarnya dengan wajah pucat pasih.
Seketika Hana dilanda heran. Meski begitu dia tetap bersikap biasa-biasa saja.
"Ma!" Tegur Hana sekali lagi. Melihat mamanya yang hanya diam tak kunjung menjawab membuat perasaan Hana menjadi ikut cemas.
Apalagi ketika mamanya yang menatapnya penuh keringat dingin.
Apa terjadi sesuatu?
"Kakakmu Hana, Tias."
"Ada apa dengan kak Tias, ma? Apa terjadi sesuatu dengan dia?" Tanya Hana pelan.
Meski dia penasaran, tapi dia tidak bisa memaksa hingga membuat mamanya kian dilanda panik. Mamanya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Tidak jika tidak ada sesuatu yang mendesak dan juga urgent.
"Dia lari Hana. Tias kabur." Bagaikan disambar petir. Hana membeku, membatu dengan tatapan mata tak percaya. Bahkan mendadak suasana di sekitarnya menjadi pengap. Dia kesulitan hanya untuk sekedar menarik nafas.
Ya Tuhan, bagaimana mungkin kurang sehari pernikahan, kakaknya melarikan diri?
Apa yang membuatnya melakukan hal senekat ini sih?
"Ma, mama yakin?" Tanya Hana begitu sudah menguasai diri dari keterkejutannya. Menatap mamanya menuntut.
Sedang Anes, dia pun tak kalah takut dengan Hana. Dia sama terkejutnya. Tadi ketika dia ingin menemui Tias, ingin berbicara empat mata dengan putrinya itu. Tias tidak ada di kamarnya. Kamar putrinya itu kosong dengan beberapa barang di lemari menghilang.
Seketika dia langsung panik. Keluar kamar dan mencari Tias di seluruh rumah. Berharap jika dia pasti hanya sedang berhalusinasi atau setidaknya ini hanya mimpi. Tapi begitu dia tiba di kamar Hana. Dia tak kunjung bangun, semua ini nyata dan dia tidak sedang bermimpi.
"Iya Han. Mama sudah mencari kakak kamu di seluruh rumah, tapi gak ada. Bahkan bik Surti terakhir kali melihat Tias pergi lewat pintu belakang kemarin. Sendiri." Penjelasan mamanya dengan suara bergetar membuat Hana merasa tidak percaya.
Kak Tias, bagaimana bisa kamu senekat ini sih? Geram Hana dalam hati.
Hana memejamkan erat matanya. Menghela nafas pendek, sebelum menatap mamanya menenangkan. Dia tidak boleh panik seperti mamanya. Semua pasti akan baik-baik saja. Ya begitu.
"Ma, mama tenang dulu. Sekarang mama duduk dulu. Ayo masuk!"
Hana menuntun Anes masuk ke dalam kamarnya, mendudukkannya di pinggir ranjang setelahnya ia pun duduk di samping mamanya. Menggenggam erat tangan mamanya yang bahkan sudah sangat dingin.
"Mama gak bisa tenang Han. Gimana kalau Tias beneran lari? Pernikahan dia hanya tinggal besok. Apa yang harus mama katakan pada om Bastian kalau begini. Mereka pasti bisa marah."
"Mama gak perlu khawatir, Hana akan cari kak Tias. Sekarang mama tenang dulu! Nanti takut darah tinggi mama kambuh." Pesan Hana yang sama sekali tak diindahkan oleh Anes.
Dia malah menggeleng dengan wajah hampir menangis. Semua sudah siap, pernikahan Tias sudah selesai semua. Bahkan undangan yang di sebar tidak lah sedikit. Apa yang mau dia katakan pada keluarga besar. Terutama keluarga Bastian. Malu seperti apa yang akan dia tanggung setelah ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti (SELESAI)
RomanceSehari sebelum pernikahan, sang kakak kabur dari rumah. Hana yang mendapati kenyataan itu dari sang mama sudah mencari ke mana-mana. Bahkan dengan berani, menghadapi cercaan dari keluarga calon iparnya, yang bersikeras akan menarik dana investasi ya...