Happy reading ✨
****
"GUE NGGA NYANGKA SAMA LO!" Bintang menyuarakan kata-katanya dengan keras, tatapannya penuh kebencian, seolah-olah ingin membakar habis setiap inci dari diri Inggit.
Inggit terdiam, terpaku di tempatnya. Seperti ada guruh yang menggelegar di dalam dadanya, membingungkan, dan membuatnya kehilangan kata-kata. Ini bukan Bintang yang ia kenal-temannya yang selalu tersenyum, sahabatnya yang penuh canda. Mengapa tiba-tiba dia berubah begitu?
Rasa dingin merayapi tulang belakang Inggit. Namun, ia tetap membalas tatapan Bintang dengan senyum lembut yang dipaksakan. Senyum yang terasa begitu rapuh, seperti kaca yang siap pecah.
"NGGA USAH SOK POLOS KAYA GITU!" Bentakan Bintang semakin keras, menggetarkan udara di sekeliling mereka. Kelas yang semula sunyi, kini dipenuhi bisikan dan tatapan penasaran dari teman-teman yang berkumpul melihat pertengkaran ini.
"Kamu kenapa?" Inggit bertanya, suaranya bergetar, seolah-olah ingin mengerti, mencari kepastian di tengah kebingungannya. Ia melangkah mendekat, berharap bisa meredakan amarah Bintang. Namun, yang ia terima justru tatapan dingin yang penuh kemarahan.
"Gue kira lo beneran polos. Tapi, lo lebih busuk dari pada Sasa!" Sindiran Bintang begitu tajam, menghunjam langsung ke hati Inggit. Ia terpana, semakin tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
"Aku ada salah?" Suara Inggit terdengar pelan, penuh kebingungan. Matanya mencoba mencari jawaban di wajah Bintang yang kini terlihat begitu jauh, seperti seorang asing.
"Lo itu aslinya bego atau gimana si?!" Bentakan Bintang semakin keras, ia mendorong bahu Inggit dengan kasar, membuat gadis itu terhuyung mundur dan jatuh tersungkur ke lantai.
"Lo udah bikin gue malu! Mulut lo nggak bisa dijaga!" Teriakan Bintang semakin membabi buta, menyentakkan setiap kata yang keluar dari mulutnya.
"Ada apa? Aku nggak ngerti..." Inggit bertanya, wajahnya masih polos, namun di dalam hatinya, rasa sakit mulai meresap. Tidak ada penyesalan di mata Bintang, hanya kebencian yang semakin menggunung.
Plak!! Plak!! Plak!! Tamparan di kedua pipi Inggit datang bertubi-tubi. Rasa perih itu menyebar, bukan hanya di wajahnya, tetapi di hatinya. Bagaimana mungkin sahabatnya sendiri bisa melakukan ini padanya?
"Gue nyesel temenan sama lo!" Bintang mengucapkan kata-kata itu dengan penuh kebencian, seolah-olah ingin menghapus seluruh kenangan mereka.
"Dasar kampungan! Mulut lo nggak bisa dijaga! Nggak tau terima kasih! Otak lo di tungkak!" Bintang menyemprotkan setiap kata seolah-olah itu adalah senjata yang tajam. Inggit hanya bisa terdiam, merasa seperti terhempas oleh badai kata-kata yang menghantam hatinya.
Inggit mencoba melangkah maju, meraih bahu Bintang, namun dengan gerakan cepat, Bintang menepis tangannya dengan kasar. "Nggak usah pura-pura!" Jerit Bintang, mata yang penuh kemarahan menatap Inggit dengan penuh kebencian.
"BANGSAT!!!" Inggit semakin menggenggam tasnya, gemetar. Matanya mulai memerah, dan air mata yang ia tahan akhirnya tumpah, membasahi pipinya. Setiap tetesnya terasa seperti luka yang dalam. Ia merasa begitu rapuh, begitu tak berdaya.
"Aku nggak tau kamu kenapa. Aku minta maaf kalau aku ada salah..." Kata-kata Inggit terdengar lemah, hampir tenggelam dalam isakannya.
"Ck!" Bintang mendecak kesal, ia menarik rambut Inggit dengan kasar, membuat gadis itu terhuyung kesakitan. "Lo lihat?! Gue malu gara-gara berita yang lo sebar! Lo kenapa sih suka banget nyebar aib orang?! Lo itu nggak tau terima kasih! Sialan! Bangsat lo!"
"Mau nangis? Lo punya siapa di sini? Lo nggak punya siapa-siapa! Bahkan gue pun sangat benci sama lo!" Kata-kata Bintang semakin tajam, menusuk hati Inggit lebih dalam lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/250320631-288-k432032.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPOTONG HATI
Random[ °° 𝗦𝗘𝗣𝗢𝗧𝗢𝗡𝗚 𝗛𝗔𝗧𝗜 °° ] 𐙚 Dalam perjalanan hidup, setiap orang setidaknya sekali akan bertemu dengan seseorang yang meninggalkan bekas begitu dalam, hingga waktu pun tak mampu menghapusnya. Sosok itu, meskipun hanya hadir sebentar, meng...