HAPPY READING
000
Seminggu Kemudian
Kedekatan Vano dan Inggit semakin hangat, menepis jarak yang dahulu membeku di antara mereka. Layaknya bunga yang mekar di musim semi, hubungan mereka memancarkan kebahagiaan yang membuat siapa saja yang melihatnya terbelenggu iri. Bisik-bisik kecil mulai mengalir, menyebut Inggit gadis beruntung yang mampu meruntuhkan tembok dingin seorang Vano-cowok yang dikenal berhati beku dan penuh ketajaman.
"Eh, lo udah denger gosip terbaru, Sa?" tanya Aurel sembari merapikan rambutnya di depan cermin kecil yang ia bawa dari rumah.
Sasa menoleh, begitu pula Anggun yang berada di sampingnya, keduanya penasaran dengan nada misterius Aurel.
"Gosip apa?" Wajah Sasa terlihat serius, sorot matanya seakan memerintah agar rahasia segera diungkapkan.
Aurel tersenyum kecil, berdehem sebelum berbicara, "Ekhem... Masa lo nggak tau, sih? Inggit sama Vano tuh makin deket, kayaknya mereka udah resmi jadian."
Belum sempat Sasa merespons, Anggun menyambung dengan nada penuh antusias, "Gue bahkan liat mereka kemarin di taman kota! Vano, yang biasanya kayak batu es, tiba-tiba berubah jadi lembut banget ke Inggit. Kalau ini bukan cinta, gue nggak tahu lagi itu apa." Anggun mengakhiri ucapannya dengan mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahnya, seolah ingin mengusir rasa kaget yang meluap.
Aurel dan Sasa saling bertatapan, mencoba mencerna kabar tersebut. Namun, di balik wajah tenangnya, hati Sasa bergejolak. Iri yang membakar hatinya melahirkan tekad penuh dendam. Tangannya yang memegang lipstik terkepal erat, sementara sorot matanya berubah tajam seperti elang yang siap menyergap mangsanya.
"Lo percaya mereka bakal langgeng? Gue nggak. Cupu kayak Inggit nggak bakal tahan lama sama Vano. Dan gue yakin, nggak lama lagi Vano bakal muak dan benci sama dia," ujar Sasa dengan tawa dingin yang menyelipkan niat tersembunyi.
"Maksud lo apa, Sa? Gue nggak ngerti," tanya Aurel, bingung dengan arti di balik ucapan Sasa.
Sasa tersenyum samar, penuh teka-teki, "Kali ini, biar gue yang mengatur permainan."
Tanpa menunggu tanggapan, Sasa melangkah pergi, meninggalkan kedua sahabatnya yang masih terjebak dalam tanda tanya. Angin yang berhembus di ruangan seakan membawa aura rencana besar yang Sasa simpan rapat-rapat.
000
"Inggit!"
Nama itu menggema di udara, seolah angin sengaja membawa panggilan itu ke telinga pemiliknya. Gadis bernama Inggit menoleh dengan kening berkerut tanda tanya. "Ada apa, Kak Oky?" tanyanya lembut, seperti alunan musik yang menenangkan.
Oky tersenyum kecil, menatap gadis itu dengan sorot mata yang penuh arti. "Nggak ada apa-apa kok. Gue cuma mau bilang kalau nanti pulang sekolah, gue pengin ngajak lo ke rumah gue." Suaranya terdengar ringan, tapi menyimpan seribu misteri.
Inggit mengerutkan dahi, wajahnya semakin dipenuhi rasa penasaran. "Ke rumah Kak Oky? Ada apa, Kak?"
Oky menarik napas dalam, berusaha mengatur detak jantungnya yang tak karuan. "Ada sesuatu yang penting banget, yang cuma bisa gue bicarain langsung sama lo." Tangannya terangkat pelan, mengacak rambut Inggit dengan lembut, seperti angin sore yang menggoda dedaunan.
Inggit sempat terdiam, terpaku pada sentuhan itu, sebelum akhirnya tersadar. "Kalau gitu, aku usahain ya, Kak," jawabnya sambil tersenyum manis, senyum yang mampu menghidupkan kembali bunga-bunga yang hampir layu di hati Oky.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEPOTONG HATI
Random[ °° 𝗦𝗘𝗣𝗢𝗧𝗢𝗡𝗚 𝗛𝗔𝗧𝗜 °° ] 𐙚 Dalam perjalanan hidup, setiap orang setidaknya sekali akan bertemu dengan seseorang yang meninggalkan bekas begitu dalam, hingga waktu pun tak mampu menghapusnya. Sosok itu, meskipun hanya hadir sebentar, meng...