The Star 1.0

127 13 0
                                    

Hai, ini KouKei. Maaf lama nggak muncul dan sekali muncul selalu dateng sama work baru. Tapi serius, KouKei nggak ada niatan buat anggurin lapak-lapak yang lain. Kalo KouKei ada tenaga buat nulis lapak-lapak sebelah, bakal KouKei lanjut deh huhuhu :") 

Tapi sekarang balik lagi sama Renjun. Lapak sebelumnya Renjun as orang biasa. Tapi di lapak ini, Renjun jadi idol. Dia jadi dirinya sendiri. 

So, happy reading ya

***

Langit, sesuatu yang tidak akan pernah bosan untuk kupandang. Di balik warna birunya yang lembut, di sana ada tempat di mana seluruh dunia terlihat. Setiap detiknya, langit menatap kita. Dia mengetahui segala yang terjadi di bumi. Saat malam, langit mendekap bumi dengan kegelapan, membuat kekosongan semakin terlihat. Ketika tertutup awan mendung, dia menyembunyikan dirinya dari bumi.

Begitulah langit dengan segala wajahnya.

Dia akan terlihat cantik dan menyenangkan ketika hari terang benderang, tetapi akan terlihat kesepian saat kegelapan malam. Dia akan menyembunyikan dirinya ketika dia sedih, sama seperti awan mendung yang menutupinya. Tetapi dia selalu ada. Dia selalu ada untuk menatap bumi, memerhatikan setiap detik yang berlalu di bumi. Tetapi sejatinya dia... kesepian.

Sama seperti sosok yang kutemui beberapa waktu lalu.

Dia sama kesepiannya seperti langit, tetapi dia juga begitu kuat karena kesepian itu.

Aku menyukainya. Aku ingin memeluknya hingga rasa sakit dan kesepiannya itu menghilang. Dia pantas untuk bahagia.

Kudapati ponselku bergetar.

Aku menoleh ke Tae Joo, rekan kerja paruh waktuku di kafe, dan mengodenya untuk pergi mengangkat telepon. Tae Joo mengangguk, membuat kakiku melangkah menuju ke ruang penyimpanan.

Aku menatap layar ponselku yang sudah mati. Dengan segera aku menelepon kembali oknum yang meneleponku tadi.

"Hei," sapaku di telepon.

"Hei," balasnya.

"Maaf, aku sedang ada di kafe. Ada apa?"

"Ya, aku tahu kau sedang ada di sanaKau senggang nanti malam?"

"Um... kurasa aku akan menyelesaikan laporanku terkait mikroba di rambut, kau mau mampir?"

"Yeah... kurasa aku ingin secangkir kopi setelah latihan nanti. Aku akan datang, kau pulang pukul sembilan seperti biasanya?"

"Ya. Kau mau menungguku? Atau kau datang setelah aku sampai rumah?"

"Tidak, aku akan datang pukul setengah sepuluh."

"Okey,"

"Maaf mengganggumu bekerja, see ya,"

"Tidak apa, sungguh aku senang kau meneleponku. Dan tentu saja, see ya,"

Panggilan berakhir. Aku memasukkan kembali ponselku ke saku apron lalu berjalan menuju ke dapur kafe.

"Americano meja 8," kata Tae Joo saat aku baru menampakkan hidung.

Aku mengangguk sebagai jawaban dan langsung memenuhi pesanan yang ada.

Kafe tutup tepat pukul Sembilan. Itu artinya, jam kerja paruh waktuku berakhir.

Aku melepas apron dan bersiap untuk pulang.

"Kau mau mampir untuk makan malam?" tanya Tae Joo.

The StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang