The Star 20.0

23 6 0
                                    

Hai gais!!! Chapter ini chapter terakhir dari The Star ya!
Thanks buat temen temen yang udah ngikutin cerita ini dari awal sampe akhir♡♡
Dan fyi hari ini adalah hari tepat 2 tahun Fanfic ini rilis loh ^^

Makasi banyak ya yang udah support KouKei selama ini! Ini fanfic kedua KouKei yanh udah end.
Next time KouKei belum tau ada projek lagi apa engga, KouKei juga gatau bakal lanjut projek fanfic di lapak KouKei lainnya apa engga :(

Semoga kalian sehat sehat terus di manapun kalian berada ya ♡♡
Happy Reading♡♡
***

Ketika ponselku berdering, aku sudah setengah tertidur. Aku mengembuskan napas pelan kemudian menyahut ponselku yang berada di nakas. Setelah melihat nomor teleponnya, aku menengok ke arah jam di dinding.

Pukul 1 pagi.

Renjun meneleponku. Ini adalah pertama kalinya dia menghubungiku sejak kami putus seminggu yang lalu. Aku mengucek mata pelan kemudian bersiap mengangkat telepon itu. Mengapa Renjun meneleponku selarut ini? Aku bergeming hingga panggilan dari Renjun berhenti. Beberapa detik setelahnya, ada panggilan lain yang masuk namun bukan Renjun.

Aku mengangkat panggilan masuk dari nomor tidak dikenal itu.

"Apakah kau sedang bersama Renjun?" Ucap suara yg kuketahui milik Mark.

Aku mengerjap. "Tidak. Ada apa?" Tanyaku.

"Dia menghilang. Aku sudah mencarinya selama 30 menit. He's drunk. Aku meninggalkannya di bar setelah kukira dia tertidur. Kau tahu, aku harus ke kamar mandi. Tapi setelah aku kembali, dia tidak ada." Jelas Mark. Aku berpikir sejenak.

Ke mana Renjun akan pergi jika dia sedang mabuk?

Dan mengapa dia mabuk? Aku tidak pernah melihatnya mabuk sekalipun karena kutahu dia tahan akan alkohol. Aku mengembuskan napas pelan dan memutuskan untuk berpura-pura tahu ke mana Renjun pergi.

"Oh, kupikir aku tahu di mana dia. Aku akan ikut mencarinya. Akan kutelepon lagi nanti." Ucapku pada Mark.

"Baiklah. Beri aku kabar jika kau sudah bertemu dengannya." Balas Mark. Aku mengangguk sambil bergumam.

"Hm."

Setelah itu panggilan telepon terputus. Aku berganti pakaian secepat yang kubisa lalu bersiap untuk mencari Renjun. Namun ketika aku hendak memakai sepatuku, aku sedikit terkejut akan bunyi dari pintu. Seseorang di luar sana tengah mencoba masuk ke apartkostku. Dia menekan kombinasi sandi yang salah.

Sudah dua kali orang itu menekan kombinasi yang salah. Lalu aku mendengar suara seseorang yang kurindukan selama ini.

"Mengapa tidak bisa? Mengapa passwordnya salah?"

"Ayo terbukalah. Aku harus bertemu Soo Kyungku. Orang yang kucintai."

Itu adalah suara Renjun. Aku menahan napasku selama beberapa detik, kemudian mendekat ke pintu.

"Soo Kyungku ... aku ingin memeluknya." Kata Renjun dengan suara khas orang mabuk. Aku mengulum bibir dan menahan tangisku, lagi.

Dengan gerakan cepat, tanganku mengetik pesan singkat yang kutujukan pada Mark Lee. Aku memberi tahu Mark bahwa Renjun ada di depan apartkostku dan memintanya untuk datang menjemput Renjun.

Renjun terus mengoceh hal-hal random tentangku sedangkan aku duduk terdiam di balik pintu. Aku tidak bisa membukanya, aku tidak bisa menemui Renjun lagi. Jika kami bertemu, aku tidak yakin kami akan baik-baik saja ke depannya. Aku tidak yakin kami akan bisa melewati hari-hari kami berikutnya.

The StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang