The Star 13.0

39 11 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ponselku berdering. Aku menyahutnya dan menatap layar benda pipih itu yang kini menampilkan nama Renjun di sana. Aku mengatur napasku dan meyakinkan diri sebelum mengangkat panggilan itu.

"Renjun?"

"Hei."

"Ada apa?"

"Bisakah aku menemuimu saat ini?"

Aku melirik jam di nakas yang menunjukkan pukul sebelas malam.

"Tentu. Tapi, mengapa kau ada di luar? Ini sudah larut."

"Aku hanya ... ingin menunjukkan sesuatu padamu."

"Baiklah, aku akan berganti baju terlebih dahulu."

"Ya. Akan kukirim alamat untukmu setelah ini."

"Tunggu aku."

"Tentu."

Setelah itu sambungan telepon terputus.

Aku berganti baju dan segera menuju ke tempat di mana Renjun menungguku. Tempat itu tidak jauh, hanya beberapa blok dari apartkostku. Dan Renjun selalu mencari tempat yang aman untuk kami berdua jika ingin bertemu. Yah walaupun selama ini jika dia mengajakku bertemu di luar itu artinya pertemuan rahasia di atap gedung. Sama halnya dengan saat ini. Dia menuntun kakiku menuju lift yang bergerak menuju ke lantai puncak.

Saat aku baru melangkahkan kaki keluar dari lift, Renjun tengah berdiri menatap kota dengan tangannya yang bersandar di pagar pembatas. Dia menoleh padaku lalu melepas maskernya. Dia tersenyum padaku. Aku tersenyum padanya sambari mendekat ke arahnya.

"Kau ingin menunjukkan apa padaku?" tanyaku.

"Wow, tidak bisakah kau memberikanku kesempatan untuk berbasa-basi terlebih dahulu?" tanyanya kembali yang membuatku tertawa. Dia ikut tertawa kamudian mengulurkan tangannya. Aku menyambutnya, lalu dia membawaku untuk melihat kota dari atas.

"Kau lihat cahaya kota ini?" tanya Renjun. Aku mengangguk dengan mataku yang mengamati gemerlap lampu entah dari kendaraan maupun bangunan. Renjun melepas genggamannya padaku. Hal ini membuatku seketika menoleh padanya.

"Sebelum aku mengenalmu, aku sering pergi ke atap gedung perusahaanku. Aku menatap gemerlap cahaya kota dan berkali-kali mengingatkan diriku bahwa aku tinggal di kota yang cantik. Walaupun aku begitu merindukan rumahku, setidaknya aku memiliki sesuatu yang bisa kutatap untuk menyadarkanku bahwa di sini aku masih memiliki hal yang patut untuk kunanti." Ucap Renjun. Dia kemudian tersenyum.

"Tapi setelah aku bertemu denganmu, semuanya berbeda. Kau seperti membawakanku cahaya yang tidak bisa kudapat dari manapun. Kau membawaku ke tempat yang lebih terang, dan membuatku tinggal di sana. Bagiku, kau adalah oksigen untuk paru-paruku yang payah." Tuturnya. Mau tidak mau aku tersentuh. Lagipula, gadis mana yang tidak tersentuh jika mendengar pacarnya mengucapkan kalimat seperti tadi?

The StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang